Cristiano Ronaldo Hattrick di Portugal, Bukti Ada yang Salah dari Juventus
FOOTBALL265.COM - Cristiano Ronaldo baru saja cetak hattrick untuk Timnas Portugal di Kualifikasi Euro 2020, Jumat (15/11/19) dini hari tadi dan ini menjadi bukti ada yang salah dari klub Serie A Italia, Juventus.
Ya, Portugal vs Lithuania yang diselenggarakan di Stadion Do Algarve memang seperti menjadi ajang pelampiasan atas kekecewaan yang dialami oleh Ronaldo akhir-akhir ini.
Bagaimana tidak, pemain yang menjalani musim keduanya bersama Juventus ini, mencetak tiga dari 6 gol yang dicetak Portugal ke gawang Lithuania.
Cristiano Ronaldo hanya butuh 7 menit untuk mencetak gol pertamanya lewat titik putih kotak penalti. Menit ke-22, dia menambah golnya berkat assist dari Goncalo Paciencia.
Eks pemain Manchester United itu resmi mencatatkan hat-trick (tiga gol) saat mencetak gol terakhir Portugal di menit ke-65. Dia meneruskan umpan dari gelandang sayap Manchester City, Bernardo Silva.
Ini jelas sangat kontradiksi dengan apa yang dialami oleh Ronaldo di Juventus baru-baru ini. Dalam dua laga terakhir bersama Bianconeri, dia diganti di tengah pertandingan oleh Maurizio Sarri yang membuat kabar dirinya tak senang.
Bahkan pada laga terakhir Juventus sebelum jeda internasional, Cristiano Ronaldo dikabarkan kesal hingga meninggalkan stadium saat pertandingan menghadapi AC Milan belum selesai.
Kini, situasi buruk tersebut pun terus berlanjut hingga kabar terbaru Ronaldo dikabarkan siap hengkang dan kembali ke pelukan Real Madrid, menurut laman berita bursa transfer, Calciomercato.
Lantas melihat apa yang terjadi dengan Ronaldo di Juventus dan torehan hattrick yang baru saja diukirnya saat membela Timnas Portugal, siapa yang salah? Berikut INDOSPORT akan berikan ulasannya.
Cristiano Ronaldo Seperti Dipermalukan
Cristiano Ronaldo memang harus merasakan pengalaman yang pahit di Juventus. Dalam dua pertandingan terakhir menghadapi Lokomotiv Moskow dan AC Milan, dirinya ditarik dan digantikan oleh Paulo Dybala.
Pada saat menghadapi Lokomotiv Moscow di Liga Champions, Sarri yang melihat timnya imbang 1-1 pun memutuskan untuk memasukkan Dybala dan menarik keluar Ronaldo yang memang kurang efektif.
Alhasil, Juventus akhirnya sukses mencetak gol kedua mereka dan menang 2-1 atas Lokomotiv Moskow berkat gol Douglas Costa menit ke-92.
Setelah Lokomotiv Moskow, pertandingan Juventus vs AC Milan juga membuat situasi Ronaldo dan Maurizio Sarri tambah buruk. Ya, eks pelatih Chelsea itu lagi-lagi menariknya keluar saat laga baru berjalan 55 menit dan kembali memasukkan Dybala.
Keputusan tersebut pun seperti disetujui oleh fans Juventus yang ada di tribun saat itu. Mereka menyoraki Ronaldo atas penampilan yang dinilai mengecewakan, dan menyemangati Dybala yang masuk menggantikan sang mega bintang.
Benar saja, Dybala menjadi pencetak gol tunggal saat menit ke-77, yang membuat Juventus menang tipis 1-0 atas AC Milan di giornata ke-12 Serie A Italia 2019/2020.
Sikap Ronaldo yang marah karena diganti di menit ke-55 itu pun membuat sejumlah tokoh klub berang dengan sikap sang superstar. Bahkan eks Direktur Olahraga Juventus, Luciano Moggi meminta Juventus bersikap tegas.
"Jika kita berbicara tindakan, kita harus memberi Ronaldo 5,5 untuk perilakunya di laga kontra AC Milan. Itu hal yang tidak baik di klub besar seperti Juventus," ucap Moggi saat berbicara kepada Radio Bianconera.
Hattrick untuk Portugal, Bukti Kesalahan Bukan di Ronaldo
Banyak yang mengklaim perilaku Ronaldo di laga Juventus vs AC Milan buruk, tapi dengan hattrick untuk Portugal dini hari tadi, menjelaskan bahwa ada yang salah dari Juventus.
Kesalahannya tak sepenuhnya milik Ronaldo. Juventus dan bahkan pelatih anyar mereka, Maurizio Sarri juga patut dipersalahkan karena kebuntuan yang acapkali dialami sang bintang.
Jika melihat secara taktikal, formasi andalan Maurizio Sarri yang kini sudah dipakai dalam beberapa laga terakhir Juventus, yakni 4-3-1-2 ternyata tidak cocok untuk Ronaldo dan mungkin juga mengganggu beberapa pemain.
Ya, dari 12 giornata yang sudah dilalui Juventus, 9 laga di antaranya Sarri memakai formasi 4-3-1-2 sebagai andalan dengan Cristiano Ronaldo ditempatkan sebagai striker atau penyerang tengah.
Ronaldo memang punya kualitas dan ketajaman yang sudah cukup teruji sebagai penyerang tengah. Namun dia memiliki posisi asli sebagai penyerang sayap kiri, di mana sudut pandangnya untuk melihat celah pertahanan lawan memang lebih luas dibanding bermain sebagai penyerang tengah.
Nampaknya itulah yang saat ini dirasakan oleh Ronaldo, dia tak leluasa bergerak jika dipasangkan sebagai penyerang tengah. Jika dilihat dari catatan penampilannya, khususnya di musim 2018/2019, Ronaldo bahkan memang lebih sering dipakai sebagai penyerang sayap kiri.
Ya, musim lalu adalah tahun debut Ronaldo di mana Juventus masih dilatih oleh Massimiliano Allegri. Formasi yang diandalkan oleh Allegri pun tak sama seperti Sarri, yaitu 4-3-3, dengan taktik yang kurang lebih sangat pas untuk Ronaldo.
Bahkan tak hanya saat Allegri masih melatih Juventus, Ronaldo juga terlihat kerasan dengan formasi 4-3-3, ditempatkan sebagai penyerang sayap kiri saat dirinya mampu mencapai puncak kariernya di Real Madrid.
Jika malas melihat ke belakang, kita lihat saja pertandingan Portugal vs Lithuania di Kualifikasi Euro 2020 dini hari tadi. Pelatih Portugal, Fernando Santos juga memakai formasi 4-3-3 atau yang kadang berubah menjadi 4-2-3-1.
Tapi Santos menempatkan Ronaldo di posisi penyerang kiri, tempat favorit sang mega bintang. Kita lihat sendiri, dia mencetak hattrick untuk Portugal, dan hanya selisih dua gol lagi untuk mencatatkan milestone 100 gol bersama negaranya.
"Ronaldo bagus dan fit. Saya tidak meragukan dia, seperti yang selalu saya bilang. Orang lain meragukannya, tapi saya tidak," ucap Fernando Santos dalam konferensi pers usai laga dini hari tadi soal Ronaldo yang dikabarkan meredup di Juventus.
Dengan semua penjelasan di atas, nampaknya memang benar ada yang salah dari Juventus dan Maurizio Sarri dalam memperlakukan Cristiano Ronaldo di Serie A Italia dan Liga Champions musim ini. Bianconeri harus belajar banyak dari Portugal dan Fernando Santos.