x

Polemik Potong Gaji Klub-klub Eropa: Siapa Untung, Siapa Buntung?

Minggu, 29 Maret 2020 08:42 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
Diawali Bundesliga, liga-liga di Eropa mulai menerapkan pemotongan gaji di tengah pandemi virus Corona, tetapi kebijakan ini mendapat pertentangan dari pemain.

FOOTBALL265.COM - Diawali Bundesliga, liga-liga di Eropa mulai menerapkan pemotongan gaji di tengah pandemi virus Corona, tetapi kebijakan ini mendapat pertentangan dari para pemain. 

Situasi COVID-19 makin tak terkendali di dunia. Setelah China mulai pulih, kini giliran ratusan negara lain dalam krisis.Sepak bola pun jadi satu dari sekian banyak sektor yang turut jadi korban. 

Eropa sebagai salah satu pusat pandemi saat ini benar-benar merasakan dampaknya. Hampir semua liga-liga di Eropa harus berhenti berkompetisi termasuk lima liga elite dunia.

Hampir semua klub-klub sepak bola setempat sedang terancam kerugian yang besar karena mandeknya kompetisi.

Baca Juga
Baca Juga

Sebagai salah satu klub terbesar dunia, kerugian yang didapat klub LaLiga, Barcelona, akibat pandemi virus corona ini pun mendapat sorotan luas. 

Manajemen Barcelona mengambil keputusan berani di tengah krisis dengan memotong 70 persen gaji pemain-pemainnya selama durasi tidak adanya pertandingan. 

Skema 70 persen sendiri hanya bisa diterapkan dalam kondisi keadaan memaksa (State of Emergency) yang sebetulnya telah diterapkan oleh pemerintah Spanyol sejak tanggal 14 Maret lalu.

Barcelona adalah klub dengan anggaran gaji pemain terbesar di dunia yang mencapai Rp8 triliun. Dengan potensi kerugian plus utang Rp2 triliun yang sebelumnya mereka punya, opsi pemotongan gaji  jadi pilihan paling masuk akal. 

Tak cuma Barca tentunya, klub Serie A, Juventus, juga merencanakan pemotongan gaji walau jumlah persentasenya tak sebesar Barcelona. Cristiano Ronaldo misalnya, jika di kontrak ia menerima 31 juta euro per tahun, karena COVID-19 ia 'hanya' menerima 27,2 juta euro. 

Termasuk Rekor Cristiano Ronaldo, 3 Catatan di Luar Nalar yang Menghiasi Laga SPAL vs Juventus

Juventus dan klub-klub lainnya memang tak mendapatkan pemasukan sama sekali dari tiket pertandingan dan hak siar TV termasuk juga toko merchandise. Padahal dari tiga 'lubang' itu, klub menggantungkan pemasukan untuk sumber gaji. 

Kebijakan pemotongan gaji dianut oleh banyak klub termasuk Real Madrid, Atletico Madrid, dan tim-tim di Inggris, Italia.  dan tentu saja Bundesliga yang terlebih dulu menerapkannya. Kondisi ini pun seketika melahirkan polemik karena faktanya tak semua pemain mau menerima keputusan tersebut. 

Pemain Menolak

Keputusan klub untuk melakukan pemotongan gaji ternyata tak berjalan sesuai yang direncanakan. Sejumlah besar pemain memprotes keputusan tersebut atau sekadar meminta keringanan persentase pemotongan.

Para pemain klub LaLiga Spanyol Barcelona seperti Lionel Messi dikabarkan melancarkan protes kepada manajemen atas wacana pemotongan gaji selama tidak bermain karena wabah virus corona.

Padahal, menurut media Spanyol, AS, Presiden Barcelona, Josep Bartomeu, telah mencoba meyakinkan para pemain Blaugrana untuk menerima proposal tersebut.

Apalagi, Bartomeu bersedia memberi kompensasi di mana para pemain Barcelona nantinya tidak mendapat pemotongan gaji hingga lebih dari 50 persen.

Hal yang sama juga terjadi di Liga Inggris. Bedanya, protes dilakukan dengan lebih sistematis dan elegan. Asosiasi pesepakbola Liga Inggris (PFA) turun tangan dan meminta semua pihak terkait untuk berembuk sebelum memutuskan pemotongan gaji. 

PFA meminta bertemu dengan otoritas Premier League (kasta 1) dan English Football League (kasta dua) untuk sama-sama mendiskusikan dampak finansial dari krisis COVID-19. 

Siapa Untung, Siapa Buntung?

Dalam kondisi force majeur, sulit berbicara siapa yang rugi dan untung .Semua keputusan diambil dalam tekanan dengan keterpaksaan. 

Satu hal yang pasti, pemotongan gaji akan menguntungkan klub karena di atas kertas mereka tidak perlu mengeluarkan uang sebagaimana mestinya demi menghindari kerugian yang lebih parah. 

Sedangkan bagi pemain, hal ini tentu akan melanggar kontrak yang ada. Sebuah hal yang wajar-wajar saja andai pemain menolak atau pun memprotes. 

Akan tetapi, dalam kacamata yang lebih luas, tentu tidak ada yang berharap terjadinya COVID-19 di Eropa dan dunia. 

Klub pun tentu tak mau melanggar kontrak dengan pemain mereka. Terutama klub-klub besar dengan perputaran uang yang masif. 

Peforma Sergio Ramos dkk. mendapatkan kritikan dari Zinedine Zidane usai Real Madrid dikalahkan Real Betis 1-2.

Namun, kondisi dunia sedang dalam kondisi darurat, keputusan pun harus diambil. Alangkah baiknya para pemain pun mengerti kondisi dengan hal ini. Jika tidak ada pemotongan, klub bisa bangkrut dan kesulitan di masa mendatang. 

Bukankah mereka juga tidak bermain atau pun latihan selama masa lockdown atau pun karantina? Sebuah solusi yang cukup adil tentunya bagi klub dan pemain. 

Namun, tetap menjadi hak pemain dan asosiasi pemain untuk melakukan langkah advokasi. Akan tetapi, advokasi selayaknya dilakukan dengan wajar di area pembahasan persentase pemotongan. 

Baca Juga
Baca Juga

Kondisi yang ada di Bayern Munchen patut dijadikan contoh bersama, terutama bagi klub-klub besar Eropa. Pemain Munchen telah sepakat alias lapang dada untuk memotong gaji mereka sebesar 20 persen.

Klub pun bisa belajar pada Munchen dan Bundesliga untuk melakukan pemotongan pada batas sewajarnya, yang tak mendekati 50 persen. Jika ini dilakukan, tentu tak akan ada lagi pihak-pihak yang merasa dirugikan di tengah krisisi virus corona ini. 

Real MadridCristiano RonaldoBarcelonaJuventusVirus Corona

Berita Terkini