x

Gajah Mungkur Muria Tama: Everton dari Desa di Pentas Galatama

Jumat, 24 April 2020 15:19 WIB
Penulis: Prabowo | Editor: Arum Kusuma Dewi
Tim Gajah Mungkur Muria Tama.

FOOTBALL265.COM - Publik pencinta sepak bola di Jawa Tengah, khususnya di wilayah Kabupaten Wonogiri dan Kudus pernah memiliki klub yang berlaga di kompetisi Galatama. Adalah Gajah Mungkur Muria Tama, tim yang sempat dua musim merasakan kerasnya kompetisi semi profesional pertama di Indonesia.

Meski hanya dua periode di Galatama yakni Divisi I musim 1990 dan Liga Utama 1990/1991, namun Gajah Mungkur memiliki cerita menarik tersendiri. Terutama julukan klub desa yang mampu jadi penjegal tim mewah saat itu.

INDOSPORT mencoba mengulik kisah klub itu kala berbincang dengan dua mantan pemain, Aris Budi Sulistyo (wing back), dan Ratmoko (kiper). Serta Daniel Roekito, sosok yang menjadi manajer coach Gajah Mungkur di Galatama edisi 1991/1992.

Baca Juga
Baca Juga

Awalnya, tim yang berkostum biru muda tersebut merupakan klub amatir bernama Gajah Mungkur. Adalah pengusaha sekaligus pemilik PO Tunggal Dara asal Wonogiri yang peduli dengan sepak bola, Sumaryoto Padmodiningrat sang pendiri klub itu sekitar awal 1980-an.

Lokasi latihan sendiri berada di Lapangan Krisak dan Jendi yang berada di Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri. Namun lapangan desa itu bak kawah candradimuka pemain-pemain muda yang kemudian jadi pemain nasional.

"Meski tim amatir, Pak Maryoto mengelola tim seperti klub profesional dengan pelatih nasional seperti Edi Santoso hingga Yudi Suryata. Kita juga ada mess pemain, latihan pagi dan sore, serta fasilitas lain," ungkap Ratmoko mengawali perbincangan.

Ratmoko, sosok yang melegenda bersama Persis Solo itu bergabung dengan Gajah Mungkur sejak sekitar tahun 1984 atau usia 17 tahun. Dia membeberkan fakta penting, yakni berkait satu aturan yang pantang dilanggar oleh seluruh pemain.

"Kita selama empat tahun itu dilarang ikut tarkam (turnamen antarkampung). Jadi kita hidupnya di mess latihan pagi sore," kata Ratmoko.

"Beliau pernah berkata manuto aku mengko nek wayahe metu kowe tak gawa (nurut sama saya, nanti kalau sudah saatnya keluar pasti saya bawa). Kita patuh karena semua sudah ditanggung Pak Maryoto, mulai makan, dibiayai sekolah, uang saku, sampai ada yang dikuliahkan dan masuk balai pelatihan," tambah dia.

Pabrik Rokok dan Petualangan Baru

Aris Budi Sulistyo menjelaskan, petualangan Gajah Mungkur di kompetisi Galatama dimulai tahun 1989 saat merger dengan Sukun Kudus yang merupakan perusahaan yang bergerak di sektor industri rokok. Saat itulah, mereka eksodus ke Kudus dan berubah nama menjadi Gajah Mungkur Muria Tama.

Selain Aris dan Ratmoko, ada beberapa pemain yang dinilai punya kemampuan lebih turut diboyong ke Kota Kretek. Mulai Sutarjo, Sutamto, Sutarman, Subagyo Suyatmo, hingga Wahab.

Dengan racikan pelatih pertama Muhadi, para personel dari Wonogiri itu digabung dengan beberapa pemain hasil seleksi dan pemain PS Sukun. Gajah Mungkur Muria Tama akhirnya resmi berlaga di kompetisi Divisi I Galatama 1990, yang musim itu masih terbagi dengan dua kasta, dengan level tertinggi adalah Divisi Utama.

Sebagai catatan, selain Gajah Mungkur, ada Bentoel Galatama (Jember), Gelora Dewata 89 (Denpasar), Putra Mahakam (Samarinda), Bogor Jaya (Bogor), Aceh Putra Galatama (Lhokseumawe), dan Assyabaab (Surabaya) yang berlaga di Divisi I.

Baca Juga
Baca Juga

Sementara di musim 1991/1992 hanya Bogor Jaya yang tak melanjutkan ke kompetisi yang sudah digabung dengan Divisi Utama.

Mantan pemain Gajah Mungkur Muria Tama, Aris Budi Sulistyo.

"Titik ini (musim 1991/1992) sangat berharga bagi saya karena mengawali karier profesional. Awalnya hanya sebatas penonton saja, namun akhirnya bisa bermain melawan klub hebat seperti Arseto Solo, Pelita Jaya, sampai Pupuk Kaltim," kenang Aris Budi.

"Dulu itu susah mas bisa masuk klub Galatama, karena timnya sedikit dan pemainnya banyak. Jadi ya harus punya kemampuan lebih dibanding pemain lain untuk bisa menembus tim," tambahnya.


1. Jegal Pelita Jaya Juara hingga Dibenci Nirwan Bakrie

Daniel Roekito, manajer coach Gajah Mungkur di Galatama edisi 1991/1992.

Meski berasal dari desa, namun Gajah Mungkur Muria Tama punya spirit tinggi kala bertanding di lapangan. Bak jelmaan klub Liga Inggris, Everton di mana selalu menjadi batu sandungan tim-tim besar.

Tangan dingin pelatih legendaris Daniel Roekito yang diboyong dari PON Jateng saat itu berbuah manis. Meski mengakhiri musim di papan bawah, namun mereka kerap menyulitkan, bahkan menang atas tim-tim yang dianggap banyak orang lebih mapan.

Salah satu tim yang 'punya dendam' adalah klub raksasa saat itu, Pelita Jaya. Hingga menjelang garis finis kompetisi Galatama 1991/1992, klub milik Nirwan Darmawan Bakrie itu bersaing ketat dengan Arseto Solo sebagai calon juara.

Baca Juga
Baca Juga

Secara hitung-hitungan di atas kertas, Pelita jelas diunggulkan mengingat punya materi bertabur bintang, seperti Bambang Nurdiansyah, Alexander Saununu, Iwan Setiawan, Maman Suryaman, Bonggo Pribadi, I Made Pasek Wijaya, hingga Rully Nere. Terlebih, tim asal Ibu Kota butuh kemenangan untuk mengudeta Arseto dari puncak.

Namun di Stadion Wergu Wetan, 9 Februari 1992 jadi pembuktian sahih jika sepak bola bukanlah matematika. Gajah Mungkur membalikkan prediksi dan menang 1-0 berkat gol Sutamto.

Bagi anak-anak Kudus, kemenangan itu memang tak berpengaruh banyak di klasemen. Hanya, kekalahan Pelita Jaya bak tamparan keras sekaligus mendekatkan Arseto ke tahta kampiun yang akhirnya diraih tim Biru Langit di akhir musim.

"Dari awal semua orang memprediksi Pelita Jaya yang menang, ya karena kualitas timnya memang jauh. Namun situasi itu justru membuat kita termotivasi dan akhirnya menang sekaligus menjegal mereka untuk juara yang akhirnya diraih Arseto Solo," ucap Aris Budi.

"Melawan Pelita Jaya jadi pertandingan paling berkesan bisa mengalahkan tim sebesar mereka. Kemenangan kita akhirnya ya membantu Arseto Solo juara," timpal Ratmoko sembari berkelakar.

Soal cerita penjegal Pelita Jaya, Daniel Roekito punya cerita tersendiri. Dirinya justru baru mengetahui jika laga itu krusial bagi Pelita Jaya setelah beberapa waktu pascakompetisi berakhir.

"Selama saya jadi pelatih ya intinya ingin menang, tidak peduli home atau away. Jadi saya malah tidak tahu kalau ada cerita perebutan juara antara Arseto dan Pelita Jaya," ungkap Daniel.

"Saya sampai dibenci oleh pemilik Pelita Jaya (Nirwan Bakrie) karena mengalahkan mereka. Namun bagi saya saat itu tidak memikirkan tim lain termasuk Arseto Solo juara, tapi bermain harus menang," tegas sosok yang kini tinggal di Kota Semarang tersebut.

Baca Juga
Baca Juga

Liga Galatama 1991/1992 jadi musim pertama dan terakhir bagi Gajah Mungkur Muria Tama di akhir kompetisi. Selesainya kontrak kerja sama antara PT Sukun Kudus dengan Gajah Mungkur disebut-sebut sebagai faktor bubarnya tim itu.

Terlebih, klub asli Kota Kretak, Persiku Kudus yang bermain di Liga Perserikatan lebih banyak mendapat dukungan dari para penonton.

EvertonLiga GalatamaLiga IndonesiaSepak BolaBola Indonesia

Berita Terkini