Alasan Ini Buat Posisi Kapten Messi Berujung Petaka di Barcelona
FOOTBALL265.COM - Barcelona terkesan kurang tampil meyakinkan sepanjang LaLiga Spanyol 2019-2020. Apakah petaka ada hubungannya dengan peran kapten seorang Lionel Messi?
Menyoal performa, Blaugrana baru saja mengalami hasil seri untuk kali ketiganya dalam lima pertandingan divisi utama Negeri Matador terakhir. Dimulai dari Sevilla, Celta Vigo, dan yang terbaru kala lawan Atletico Madrid di Camp Nou dengan skor 2-2.
Tidak lupa juga, jika Barcelona sudah sampai lakukan penggantian pelatih dari Ernesto Valverde ke Quique Setien akibat hanya menang sekali dan kehilangan Supercopa de Espana. Alih-alih dapat angin segar, mereka malah tetap memiliki performa menyedihkan.
Bagaimana tidak? Barcelona gagal raih tiket final Copa del Rey dan sempat alami masa naik turun saat akan menyelesaikan musim LaLiga Spanyol. Beberapa kalangan lantas meyakini semua biang kerok masalah disebabkan oleh Setien selaku pelatihnya.
Tapi bagaimana jika sejak awal permasalahan ini bukan karena Setien, tapi melainkan gara-gara peran kapten yang saat ini dipegang oleh Lionel Messi? Dilansir Sportskeeda, berikut portal berita INDOSPORT menjabarkan mengapa pilihan pemimpin lapangan mungkin tak cocok disematkan pada bintang berjulukan La Pulga tersebut.
Punya banyak trofi belum tentu setara kualitas
Messi mungkin menjadi satu-satunya orang yang memiliki banyak penghargaan bergengsi dalam olahraga si kulit bundar sehingga layak disematkan pemain terbaik sejagat. Buktinya, bisa dilihat dengan torehan enam Ballon d'Or lebih banyak dari pemain-pemain lawas seperti Ronaldinho, Ronaldo Nazario, dan lainnya.
Stereotip jika ini tanda pemimpin yang bagus langsung melekat bagi pemain Timnas Argentina tersebut. Tapi sayang anggapan yang dipercaya oleh banyak fans Barcelona ini terkesan salah total karena karakter Messi yang berbanding terbalik.
Sosok seorang pemimpin yang memang layak untuk diikuti mempunyai kepribadian extrovert alias senang bergaul dengan rekan-rekan setim lainnya. Sebut saja petinju Muhammad Ali yang menyandang status sebagai atlet terbaik sepanjang masa karena keramahtamahan hingga diingat oleh fans masa kini.
Selain itu ada Zlatan Ibrahimovic yang terkenal akan kesombongannya tapi memang memiliki mental pemimpin, terlihat kala menggenjot AC Milan yang sempat terpuruk di Italia. Lalu ada Diego Maradona yang sukses jadi kapten hingga Argentina raih Piala Dunia.
Tidak lupa ada Samuel Eto'o yang punya jiwa pemimpin kala berlaga di Timnas Kamerun 2013 silam. Selain itu ada Cristiano Ronaldo selaku rival berat Messi yang pernah jadi kapten hingga Timnas Portugal sukses menangi kejuaraan Euro 2016 lalu.
Semua pemain itu punya karakter sama yaitu gemar menjalin hubungan dengan yang lain dan punya bakat alami sebagai pesepak bola andal sehingga disegani banyak pemain. Selain itu mereka juga memiliki karakteristik yang tak dimiliki oleh Messi yakni karisma seorang pemimpin.
Megabintang Barcelona itu terkesan memang punya keunggulan yang tak ada duanya, tapi ia cenderung punya karakter introvert. Selain itu, Messi juga dikenal akan posisi yang tinggi di klub, sehingga terkadang ada pemain yang takut jika macam-macam maka bisa berujung pemecatan.
1. Bukti Nyata Mantan Rekan Setim di Barcelona yang Sukses Jadi Kapten
Lionel Messi gemar berikan contoh tapi sulit diikuti oleh rekan lain
Menurut penuturan jurnalis Sportskeeda, Raj Das, Lionel Messi belum memiliki sikap yang pantas bagi seorang pemimpin lapangan. Kapten sejatinya tak hanya gemilang kala bermain, tapi juga menginspirasi pemain lain agar bangkit.
Messi memang sangat percaya diri akan kapasitasnya sebagai pemain jempolan, hanya saja akibat terlalu tinggi ekspektasi maka hasil yang didapat juga tak memuaskan. Terlihat kala saat bermain di La Albiceleste di mana ia terkesan paling menonjol.
Benar saja, bisa dilihat akan performanya yang seolah-olah menggendong keseluruhan tim sehingga sulit bersaing lawan negara lain dengan kerja sama kompak. Tak heran hingga kini Messi bersama Timnas Argentina urung menangi Piala Dunia.
Bisa dibilang karakter Messi yang terkesan pendiam serupa Andres Iniesta dan Xavi Hernandez. Akan tetapi, dua jebolan La Masia itu masih bisa sukses persembahkan Liga Champions 2015 karena punya niat untuk berubah.
Dibandingkan mengikuti dua pemain legendaris Barcelona tersebut, Messi mungkin bisa belajar kepemimpinan dari Diego Maradona. Pemain yang punya Gol Tangan Tuhan ini mampu bangkitkan Napoli selaku tim lemah di Italia 1984 lalu.
Maradona mampu membuktikan jika ia kapten mumpuni karena tergolong sukses meraih Piala Dunia bersama Argentina tepat dua tahun saat masih berada di Napoli. Sang legenda La Albiceleste ini mungkin tak punya bakat hebat seperti Messi, tapi ia sukses tutupi kekurangan itu dengan keahlian lain sebagai pemimpin.
Kesimpulan, apakah Messi kapten yang pantas?
Secara garis besar seorang Lionel Messi memang merupakan pemain yang paling hebat di dunia karena punya bakat berbeda dari lainnya. Tapi mengingat ia juga seorang manusia, tentu kualitasnya tak sempurna.
Satu-satunya permasalahan Messi saat ini ialah kelemahannya yang tak bisa memberikan motivasi kepada rekan setim lain. Terutama saat Barcelona kalah pada babak penentuan, sebut saja di Liga Champions kontra AS Roma (2018) dan Liverpool (2019).
Berbeda dengan Messi, Carles Puyol tak pernah membiarkan hal tersebut terjadi. Bahkan faktanya, ia masih menjadi salah satu kapten paling dirindukan oleh Barcelona di ruang ganti Camp Nou.
Ketika sudah ada di lapangan, Messi terkesan bisa tampil apik lewat sumbangsih gol maupun assist di tiap pertandingan LaLiga Spanyol berbeda. Tapi usaha itu nyatanya membuat para rekan tim hanya bergantung padanya.
Salah satu contoh nyatanya ialah Antoine Griezmann yang sejatinya bisa menjadi penambah amunisi besar bagi tim Catalan, kini malah tampil kurang impresif dengan 14 gol sepanjang musim.
Bukannya bisa memanfaatkan pemain baru sebagai tandem terbaik, Messi malah mengharapkan Luis Suarez karena alasan kenal lebih lama.
Messi mungkin bukan kapten tim yang bagus, tapi ia bisa merubah anggapan tersebut dengan penyesuaian agar Barcelona terhindar dari kehancuran. Dimulai dari merangkul pemain-pemain lain dan membantu perkembangan pemain baru agar sukses tak hanya di LaLiga Spanyol, melainkan kompetisi lain.