Roman Abramovich, Jualan Mainan Murah Sampai Beli Klub Liga Inggris
FOOTBALL265.COM - Sebelum kaya raya dan menjadi pemilik klub Liga Inggris, Chelsea, Roman Abramovich sempat menjalani hidup yang cukup berat, baik sebagai pribadi maupun pebisnis.
Lahir pada tanggal 24 Oktober 1966, Abramovich yang masih kecil harus kehilangan ayah dan ibunya untuk selama-lamanya. Saat berusia 18 bulan, ia ditinggal sang ibu, Irina Michalenko. Sekitar satu setengah tahun kemudian, giliran ayahnya yang meninggal dunia.
Benar-benar masa yang sulit bagi si kecil Roman Abramovich yang menjadi yatim piatu di usia begitu muda. Ia pun kemudian diasuh oleh keluarga pamannya dan menetap di Moscow, Rusia, untuk bersekolah dan menempuh pendidikan tinggi.
Abramovich tergolong pemuda dan mahasiswa yang biasa saja di kampusnya, nilainya pun standar dan tak bagus-bagus amat, namun ia memiliki bakat lain yang ternyata membawa namanya bisa seperti sekarang, yakni berbisnis.
Ia bahkan tak berhasil menyelesaikan pendidikannya lantaran ingin fokus berbisnis dan mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya selagi masih muda.
Hanya saja, seperti pebisnis maupun pengusaha kebanyakan, perjalanannya di dunia tersebut tak berjalan mulus. Ia bahkan sempat memulai kariernya dengan berjualan mainan yang harganya tak seberapa.
Pria bernama lengkap Roman Arkadyevich Abramovich tersebut diketahui pernah menjual yellow duck, mainan bebek karet berwarna kuning yang biasa kita temui di bak mandi atau bathtub bocah-bocah balita.
Namun situasi ekonomi Abramovich mulai membaik setelah ia menikah dengan Olga Yurevna Lysova. Dari bebek karet, bisnisnya mulai merambah barang-barang mahal seperti parfum dan deodoran, semua berkat hadiah uang dari sang mertua yang ia jadikan modal.
Abramovich mulai membangun bisnis-bisnisnya dengan menyimpan uang dan berhemat, hingga akhirnya ia bisa membuka perusahaannya sendiri, Comfort Co-Op.
Koneksi Tokoh-Tokoh Ternama
Seiring itu pula, relasi seorang Roman Abramovich mulai bertambah, apalagi setelah bertemu seorang pebisnis bernama Boris Berezovsky, yang punya koneksi dengan presiden Rusia saat itu, Boris Yeltsin.
Berkat pria inilah Abramovich mengenal banyak orang penting yang kemudian membawa dampak besar bagi dirinya. Ia pun bisa bertahan di tengah sulitnya hidup setelah era Soviet-Rusia dan bahkan bisa pindah ke sebuah apartemen di Kremlin.
Bersama Berezovsky pula, Abramovich berusaha membeli sebuah perusahaan minyak Sibneft yang akhirnya berhasil setelah melalui berbagai macam tantangan, lalu setelahnya melanjutkan sepak terjang di kancah politik.
Roman Abramovich terpilih sebagai gubernur Provinsi Chukotka pada tahun 1999, di usianya yang masih menginjak 33 tahun. Ia juga berhasil menyakinkan Boris Yeltsin untuk menunjuk Vladimir Putin sebagai penerusnya dan karena hal itulah, Abramovich dan Putin menjadi rekan akrab.
Gagal dalam Pernikahan
Di tengah sepak terjangnya sebagai pebisnis dan pemilik Chelsea, Abramovich sayangnya kurang beruntung soal hubungan asmara. Ia tercatat sudah menikah dan bercerai sebanyak tiga kali. Setelah Olga Yurevna Lysova, ia menikah lagi dengan mantan pramugari bernama Irina Vyacheslavovna Malandina.
Meski telah dianugerahi lima anak, Abramovich dan Malandina juga bercerai dan muncul wanita lain bernama Dasha Zhukova. Sayang rumah tangga ini juga kandas pada tahun 2017 lalu setelah kehadiran dua buah hati.
1. Roman Abramovich dan Chelsea
Roman Abramovich dikenal luas oleh publik sebagai pemilik atau lebih tepatnya ‘penyelamat’ klub Liga Inggris, Chelsea. Ia adalah sosok yang berhasil mengangkat derajat The Blues hingga punya nama besar seperti sekarang.
Akuisisinya terhadap Chelsea pada tahun 2003 kemudian meningkatkan ketertarikan publik Rusia terhadap sepak bola Inggris, meski sebenarnya klub asal London tersebut sudah cukup terkenal, meski sedikit, berkat Dmitri Kharine, pemain yang berposisi kiper pada periode 1992 sampai dengan 1999.
Di sisi lain, kedatangan Abramovich di Chelsea memang disambut banyak orang dan para insan sepak bola dunia, tapi tak sedikit pula yang melempar tanggapan kecut ke arahnya, salah satunya eks wali kota Moscow, Yuri Luzhkov.
“Abramovich membeli Chelsea bukanlah tindakan yang bagus untuk atmosfer spiritual kami. Hal tersebut untuk keuntungan pribadi dan bagi kami yang dilakukannya itu tak lazim,” ucap Luzhkov seperti dikutip dari artikel Goal Internasional pada tahun 2009.
Abramovich membeli The Blues dengan harga 60 juta poundsterling pada zamannya dan berhasil mengubah klub tersebut dari yang biasa saja sampai besar dan diakui di kancah Liga Inggris.
Keputusannya tersebut pun juga sedikit dipengaruhi oleh mantan pelatih Timnas Inggris, Sven-Goran Eriksson. Sempat akan membeli Tottenham Hotspur, berkat rekomendasi Eriksson akhirnya Abramovich memilih Chelsea.
"Saya pergi berlibur dan tangan kanan Abramovich menelepon saya. Ia ingin membeli klub London antara Tottenham atau Chelsea. Lalu saya katakan jika ia ingin menang, belilah Chelsea karena haya perlu merombak sebagian skuatnya ketimbang Tottenham," kata Eriksson.
Sebelum Roman Abramovich, Chelsea memang hanya dianggap tim medioker di Liga Inggris, walaupun mereka memiliki sejumlah pemain seperti Dmitri Kharine, Gianfranco Zola, Tore Andre Flo, Gustavo Poyet, dan Gianluca Vialli yang juga merangkap sebagai pelatih.
Dengan demikian, memang benar apa yang dikatakan Sven-Goran Eriksson bahwa Abramovich tak perlu repot-repot merombak banyak hal. Yang perlu dilakukannya adalah memberi kucuran dana segar untuk membangun klub menjadi lebih baik.
Selain finansial, Abramovich sejatinya juga mencurahkan perhatian yang mendalam untuk Chelsea, salah satunya ditunjukkan dengan seberapa seringnya ia datang menyaksikan pertandingan tim secara langsung di stadion.
Tak hanya itu, ia bahkan menyempatkan diri datang ke ruang ganti untuk menyapa para pemain. Hal ini pula yang membuat Chelsea terus maju dan Abramovich pun menjadi idola di kalangan suporter yang melihat kebaikan hatinya.
Sayangnya, kebiasaan tersebut berhenti dilakukannya sekitar tahun 2007 silam. Kabar santer menyebut alasan di balik mulai berkurangnya kunjungan Abrahamovich adalah hubungannya yang tak akur dengan manajer saat itu, Jose Mourinho.
Waktu pun terus berlalu dan meski sudah berkali-kali diberitakan akan menjual Chelsea, hingga kini nyatanya Roman Abramovich masih betah mempertahankan klub yang telah lama dibinanya tersebut.