x

Usaha PSG dan Lyon dalam Penebusan Dosa Skandal Marseille 1993

Minggu, 16 Agustus 2020 13:13 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
Keberhasilan Paris Saint-Germain dan Lyon ke semifinal Liga Champions tak bisa dipisahkan begitu saja dengan peristiwa penting pada 1993.

FOOTBALL265.COM - Dalam mengulik sejarah sepak bola, keberhasilan Paris Saint-Germain dan Lyon ke semifinal Liga Champions tak bisa dipisahkan begitu saja dengan peristiwa penting pada 1993.

Olympique Lyon secara mengejutkan mampu membungkam lawannya, Manchester City, dalam kemenangan 3-1 di babak perempatfinal Liga Champions Eropa 2019-2020. Kemenangan itu pun mengantar Lyon ke semifinal sejak terakhir kali pada musim 2009-2010 silam. 

Kini, lengkaplah sudah daftar klub yang berhak lolos ke semifinal Liga Champions di mana Bundesliga Jerman dan Ligue 1 Prancis masing-masing menyumbang dua wakil.

Baca Juga
Baca Juga

Dari Bundesliga, ada Red Bull Leipzig yang menyingkirkan Atletico Madrid. Lalu disusul Bayern Munchen yang menggilas Barcelona 8-2 di perempatfinal. Sementara Ligue 1 Prancis diwakilkan oleh Paris Saint-Germain yang mendepak Atalanta, serta disusul Lyon yang menyingkirkan Manchester City.

Komposisi ini terbilang sangat mengejutkan. Sebanyak tiga tim kuda hitam atau debutan di babak semifinal bakal tampil berlaga di luar Bayern Munchen tentunya. 

Hal yang paling disoroti adalah kemampuan Prancis mengirim dua wakilnya ke babak semifinal. Ini merupakan pertama kalinya dalam sejarah Liga Champions, perwakilan Prancis mampu mengirim wakil sekaligus ke semifinal. 

Ya, Prancis memang bukan negara spesialis dalam kompetisi klub paling bergengsi di benua biru tersebut. Hal ini bisa dilihat dari catatan sejarah dan statistik di mana hanya ada satu klub Prancis yang pernah menjuarai Liga Champions Eropa, yakni Olyimpique de Marseille (1993). Ditambah lima kali klub yang menjadi runner up

Bandingkan dengan Spanyol (18 gelar), Inggris (13), Italia (12), dan Jerman (7) sebagai empat negara terbanyak yang klubnya menyumbang gelar juara di Liga Champions Eropa. Italia bahkan memiliki catatan 16 kali runner-up (rekor) yang ditorehkan klub-klubnya. 

Pencapaian terbaik Prancis dalam dua dekade terakhir adalah babak semifinal (2016-2017) dan final (2003-2004) yang diraih AS Monaco, serta semifinal oleh Lyon (2009-2010 dan 2019-2020). 

Baca Juga
Baca Juga

Keberhasilan dua klub ini ke semifinal pun membawa ingatan sebagian penggemar setia sepak bola kepada salah satu peristiwa penting dalam sejarah Liga Champions Eropa. Bagaimana jika kelolosan PSG dan Lyon ke semifinal musim ini merupakan bentuk penebusan dosa atas skandal Marseille 1993?


1. Penebusan Dosa Skandal Marseille 1993

Neymar berhasil menyamai rekor Lionel Messi di Liga Champions

Liga Champions 1992-1993 terasa spesial sebab itu pertama kalinya format baru kompetisi ini diperkenalkan dari sebelumnya yang bernama Piala Champions. 

Pada Mei 1993, sejarah pun tercipta ketika Olympique de Marseille berhasil menjadi juara usai mengalahkan AC Milan di partai final. Marseille menjadi tim pertama dan terakhir yang menjuarai Liga Champions Eropa. 

Mereka memang jaya saat itu setelah di liga lokal juga dipastikan juara. Namun, kurang seminggu dari kemenangan atas Milan, Marseille dihukum turun ke divis kedua. Mereka juga dilarang mempertahankan gelar juara Liga Champions alias dilarang tampil pada musim berikutnya. Kok bisa?

Usut punya usut, ternyata Marseille terlibat skandal suap. Presiden Marseille memerintahkan general manager tim, Jean Pierre Bernes, untuk menyuap tiga pemain Valenciennes, calon lawan mereka di laga penentuan juara Ligue 1. 

Mereka melakukan suap agar dapat memastikan memenangi laga dan menjadi juara Ligue 1 serta tak ada satu pun pemain pilar yang cedera. Hal itu dilakukan agar beban pikiran pemain tak terpecah saat menghadapi AC Milan di final. 

Sebab jika tidak, maka setelah laga melawan Milan, mereka masih harus melakukan laga hidup mati dengan Paris Saint-Germain. Dan rencana busuk Marseille pun berjalan mulus. Mereka menang atas Valenciennes dan juara Ligue 1, serta mengatasi AC Milan di final untuk merebut gelar Liga Champions pertama bagi negaranya.

Namun, belum ada seminggu, skandal itu terbongkar dan Marseille pun harus dihukum berat. Mereka tidak boleh mengikuti ajang Super Cup dan Intercontinental serta tampil di musim berikutnya. Di loga lokal, mereka juga didegradasi ke kasta kedua.

Namun yang mengherankan, gelar Liga Champions milik Marseille tidak ikut dicabut. Hal ini sempat membuat AC Milan berang dan meminta gelar tersebut jatuh ke tangan mereka. 

Kini, 27 tahun berselang, dua tim asal Prancis lainnya, PSG dan Lyon, tengah berjuang memperebutkan gelar juara Liga Champions kedua yang dimiliki klub asal Prancis.

Bagi mereka yang mengingat sejarah, kelolosan fantastis PSG dan Lyon ini bagaikan sebuah penebusan dosa atas kecurangan yang dilakukan Olympique de Marseille di tahun 1993. PSG dan Lyon membuktikan, sebagai klub kuda hitam alias debutan, mereka bisa lolos tanpa perlu menggunakan cara-cara curang. 

Pamor Ligue 1 tidaklah sebergengsi LaLiga, Serie A, atau Liga Primer, namun jika Lyon atau PSG mampu menjadi juara Liga Champions musim ini, tentu ini akan menjadi pesta tersendiri bagi Prancis yang juga baru memenangi gelar Piala Dunia dua tahun lalu. 

PrancisLiga ChampionsPSGOlympique MarseilleOlympique LyonLiga Prancis

Berita Terkini