Belajar dari Doktrin Lippi dan 10 Perintah Sacchi
FOOTBALL265.COM - Tiap-tiap pelatih memiliki caranya tersendiri dalam membangun sebuah tim yang kuat, dan Arrigo Sacchi serta Marcelo Lippi memiliki rahasia yang patut ditiru.
Dalam olahraga sepak bola, sosok pelatih memiliki peranan yang sangat penting. Pelatih ada sebagai perancang formasi, taktik, atau pun strategi dalam permainan timnya.
Tak cuma itu, pelatih juga memainkan peranan di ruang ganti dalam memotivasi pemain dan menyatukan skuad. Tak jarang hubungan yang buruk antara pelatih dan pemain berujung pada terganggunya performa tim.
Tiap-tiap pelatih memiliki caranya tersendiri dalam membangun sebuah tim yang kuat dan bisa meraih gelar juara. Di masa silam, khususnya di sepak bola Italia, terdapat dua pelatih legendaris yang memiliki prinsip dan doktrin yang sangat kuat.
Kedua pelatih itu adalah Marcelo lippi dan Arrigo Sacchi. Dua nama ini tercatat dalam tinta emas sepak bola Italia karena membawa kesuksesan pada timnya masing-masing.
Arrigo Sacchi dengan AC Milan-nya, sementara Marcelo Lippi dengan Juventus-nya. Sacchi juga pernah membawa Timnas Italia ke final Piala Dunia 1994, sementara Marcelo Lippi lebih mujur lagi dengan membawa trofi Piala Dunia 2006.
Kembali lagi ke soal doktrin dan aturan, Arrigo Sacchi misalnya, ia memiliki 10 hukum yang harus dipatuhi para pemainnya. Kerap kali 10 hukum ini diplesetkan menjadi 'The Ten Football Commandments'.
Perjalanan keliling Eropa mulai dari Prancis, Jerman, Belanda, sampai Swiss yang dijalani Sacchi bersama ayahnya yang seorang pebisnis sepatu merevolusi pemikirannya untuk merubah mental bermain tim sepak bola Italia. Menurutnya, bertahan adalah mental akibat malas.
Dalam 10 komandonya itu, Arrigo Sacchi menitikberatkan pada permainan sepak bola indah dan untuk menang. Artinya, dalam mencapai kesuksesan besar, sebuah tim harus bermain indah, bukan sekadar pragmatis.
Hal itu ia buktikan di tim AC Milan era 80-an akhir dan awal 90-an di mana ia membawa AC Milan berjaya sebagai The Dream Team dengan menjuarai Liga Champions dua kali beruntun serta gelar scudetto.
Di bawah Sacchi, Milan disulap menjadi tim yang menyerang dan menghibur yang belum pernah ada di Italia sebelumnya. Sacchi ingin agar 11 pemain di lapangan selalu terlibat dalam tiap momen pertandingan. Sacchi pun tak takut memakai garis pertahanan yang tinggi demi menekan wilayah lawan.
1. Doktrin Lippi
Beberapa tahun setelah era Sacchi, muncul Marcelo Lippi yang mulai meniti kesuksesan bersama Juventus. Marcelo Lippi juga memiliki pegangan tersendiri dalam menempa pemain-pemainnya.
Untuk Lippi, mungkin biasa dikenal dengan sebutan doktrin Lippi. Ada sejumlah kesamaan yang dimiliki tiap pelatih besar, misalnya semangat tim, pengorbanan tim, dan menjauhkan rasa puas diri.
Akan tetapi, doktrin Lippi memiliki sejumlah kekhususan. Jika Arrigo Sacchi punya "10 hukum" maka Lippi memiliki "8 hukum". Kedelapan hukum itu adalah:
1. Pemain bintang harus respek kepada kerja teman satu tim dan siap membantu.
2. Tiap anggota tim (termasuk pelatih) tidak boleh jumawa atas status dan rekam jejak mereka terdahulu.
3. Menjauhkan sikap individualistis
4. Tugas Lippi sebagai pelatih bukanlah untuk memberi pelajaran, tetapi memberi nasihat dan mengajak pemain untuk sadar bahwa keterampilan alami tak selamanya membawa kemenangan, melainkan kerja keras.
5. Seluruh anggota tim harus bersedia berkorban demi kemenangan.
6. Pemain harus bisa memetik tiap pelajaran dan menekankan artipengorbanan.
7. Kesalahan adalah wajar. Namun, tim yang sedikit melakukan kesalahan adalah mereka yang berhasil.
8.Mengoreksi kesalahan. Kesalahan tak boleh dibebankan kepada individu, tetapi kepada seluruh tim dan perbaikannya pun harus dilakukan secara kolektif.
Prinsip melatih Lippi memang luar biasa. Ia paham betul akan perasaan para pemainnya. Terlihat dari poin satu dan kedua di mana ia tak ingin ada pemain yang diistimewakan atau merasa istimewa.
Saat ini, banyak pemain-pemain bintang yang mendapat perlakuan khusus di tim mereka, dan hal itu tak pernah diinginkan Lippi. Terbukti, ia tak pernah membeda-bedakan bintang seperti Del Piero dan para pemain cadangan Juve, atau Ronaldo dan Christian Vieri dengan pemain Inter Milan lainnya.
Lippi juga berintropeksi kepada dirinya sendiri. Meski menghadirkan 6 scudetto dan 1 Liga Champions untuk Juventus serta trofi Piala Dunia untuk Italia, Lippi sampai saat ini adalah sosok rendah hati yang tak banyak omong dan memamerkan prestasinya layaknya pelatih-pelatih Eropa lain.
Akan tetapi, ada satu titik noda dari doktrin Lippi ini, yakni Roberto Baggio. Entah mengapa, Roberto Baggio selalu dipandang sebelah mata oleh Marcelo Lippi.
Kala bermain di Juventus, Baggio ditendang Lippi. Padahal, ia bermain sangat bagus bahkan sebelumnya meraih gelar Ballon d'Or.
Ketika Lippi datang ke inter, Roberto Baggio yang kala itu membela Nerazzurri juga dibuang Lippi. Padahal, Roberto Baggio adalah sosok yang dikenal rendah hati dan berkarisma.
Terlepas dari itu semua, tak ada gading yang tak retak. Pelatih sehebat Lippi dan Sacchi pun juga punya banyak kelemahan, bahkan dalam memegang doktrin dan prinsipnya sekali pun.