Karisma Paolo Maldini, dari Dibenci Hingga Hadirkan Kenyamanan di AC Milan
FOOTBALL265.COM - Legenda hidup AC Milan, Paolo Maldini, menunjukkan karismanya di jajaran internal manajemen klub. Setelah beberapa bulan yang lalu dirinya dibenci, kini dirinya dihormati karena memberikan kenyamanan untuk Rossoneri.
AC Milan kini duduk dengan nyaman di singgasana klasemen sementara Serie A Italia musim 2020/2021. Meskipun baru bermain empat kali, skuat Stefano Pioli sukses menyapu bersih keempat laga tersebut dengan kemenangan.
Kemenangan pertama mereka di ajang Serie A Italia musim ini diraihnya saat menjamu Bologna dengan skor 2-0. Kemenangan kedua diraih saat bertandang ke kandang Crotone dengan skor yang sama, 2-0.
Poin penuh kembali didapatkan Zlatan Ibrahimovic dan kawan-kawan saat menjamu Spezia di San Siro Stadium. Kala itu, Rossoneri menang dengan skor 3-0.
Dan yang terbaru saat Derby Milan melawan Inter, Sabtu (17/10/20) lalu. AC Milan dengan suksesnya membenamkan skuat Antonio Conte yang bertabur bintang lewat skor 2-1.
Kemenangan beruntun AC Milan dalam empat laga pertama di ajang Serie A Italia musim ini terjadi karena berbagai macam faktor. Banyak yang menilai, salah satu faktornya adalah keberhasilan Paolo Maldini dalam mendinginkan suasana yang terjadi di jajaran manajemen Rossoneri.
Tentu kita ingat betul pada medio awal bulan Juni 2020 lalu. Kala itu, manajemen AC Milan mengalami situasi pelik dan juga panas yang menyeret nama Direktur Teknis klub, Paolo Maldini.
Situasi panas saat itu tak lepas dari keinginan manajemen yang dipimpin oleh Ivan Gazidis. Pria berkepala plontos ini ingin melakukan revolusi untuk mengisi AC Milan dengan pemain-pemain muda yang murah.
Hal tersebut diperparah dengan hengkangnya Zvonimir Boban, rekan Maldini karena melakukan protes keras dan mengkritik Milan kepada media perihal ide Gazidis itu.
Maldini juga menjadi salah satu 'pemantik api' dalam jajaran manajemen kala itu. Pasalnya, Gazidis yang ingin menggantikan Stefano Pioli dengan Ralf Rangnick menuai kecaman dari legenda AC Milan tersebut.
Dilansir dari Sempre Milan, pihak klub kala itu menjajaki potensi untuk mendepak Maldini karena sang legenda memiliki sifat keras kepala. Maldini ternyata merupakan sosok yang tak mau melihat Stefano Pioli pergi.
Gazidis saat itu memang ingin memecat Pioli dan menggantikannya dengan Ralf Rangnick. Di sisi lain, Maldini keberatan dengan hal itu. Pihak manajemen melihat ini sebagai sifat keras kepala yang harus disingkirkan. Maldini dianggap egois dengan pendiriannya.
Pasalnya, sifat keras kepala Maldini sebelumnya membawa petaka dalam tubuh AC Milan. Maldini adalah orang yang keras kepala membawa Marco Giampaolo ke San Siro menggantikan Gennaro Gattuso.
Ternyata, Giampaolo gagal memberi kejayaan bagi mereka. Sekarang, Maldini juga tak mau melihat Pioli pergi. Padahal, pihak manajemen menganggap sang pelatih juga gagal, sama seperti Giampaolo.
Sekadar informasi, AC Milan kala itu mengakhiri musim 2019/20 dengan menduduki posisi keenam, di bawah AS Roma dan di atas Napoli. I Rossoneri saat itu mengumpulkan 66 poin, hasil 19 kali menang, sembilan kali imbang dan 10 kali kalah.
Namun entah bagaimana cara Maldini dalam meredam situasi panas yang ada, pria berusia 52 tahun ini berhasil meyakinkan petinggi AC Milan untuk mempertahankan Stefano Pioli di musim 2020/2021.
"Stefano Pioli telah menjadi pelatih kami di saat yang sulit. Kami selalu mengatakan akan butuh waktu untuk melihat hasil pekerjaannya dan kami telah melihat bukti kualitas dan profesionalisme selalu terbayarkan," ucap Maldini di situs resmi klub.
Karisma Paolo Maldini dalam meyakinkan Ivan Gazidis untuk mempertahankan Stefano Pioli pun setidaknya berbuah manis untuk saat ini. Pioli dengan taktik dan rasa percaya diri dari skuat AC Milan kepadanya, membuat Rossoneri kini setidaknya berada di puncak klasemen Serie A Italia.
Timbulnya rasa damai yang terjadi dalam jajaran direksi nyatanya memunculkan sebuah keharmonisan dalam tubuh tim AC Milan. Zlatan Ibrahimovic dan kawan-kawan tidak lagi terpecah belah pemikiran dan dapat terfokus pada pertandingan untuk meraih poin penuh.
Selain itu, karisma yang dimiliki Paolo Maldini ternyata tidak hanya berpengaruh pada jajaran manajemen klub saja, tetapi kepada jajaran petinggi-petinggi klub lain yang terhitung sebagai rival AC Milan.
1. Keharmonisan Maldini dengan Real Madrid dan Juventus
Kehebatan AC Milan di empat laga pertama Serie A Italia musim 2020/2021 tak lepas dari kecermatan klub dalam mendatangkan beberapa pemain potensial.
Sebut saja Brahim Diaz, bintang muda Real Madrid yang dipinjamkan oleh Los Blancos ke San Siro Stadium untuk menambah jam terbangnya.
Belum lagi ada bintang baru bernama Theo Hernandez, yang musim lalu datang dari klub yang sama dengan harga yang cukup murah, yakni 20 juta euro atau setara Rp345 miliar.
Adalah hal yang jarang untuk klub sekelas Real Madrid mempercayakan dua pemain bintang mudanya, yang memiliki bakat terpendam, untuk hengkang ke dalam satu klub yang sama.
Dilansir dari MilanNews, jurnalis asal Spanyol bernama Vicente Azpitarte mengemukakan bahwasanya Paolo Maldini adalah 'dalang' di balik semua kepercayaan Real Madrid kepada AC Milan.
Jiwa kepemimpinan yang dimiliki oleh Maldini di atas lapangan, nyatanya ia bawa ke dalam jajaran direksi petinggi klub. Maldini dengan komunikasinya yang baik mampu meluluhkan hati Florentino Perez.
"Paolo Maldini adalah sosok yang terhormat. Hubungannya dengan Florentino Perez sangatlah baik. Belum lagi kapten sekaligus bek Real Madrid, Sergio Ramos yang kerap memberikan pujian kepada Maldini. Dirinya adalah seseorang yang dikagumi di Real Madrid," ucap Azpitarte.
Aksi diplomasi yang bagus tak hanya ditunjukkan Maldini kepada klub luar Italia seperti Real Madrid saja, tapi juga kepada sang rival di Serie A, Juventus.
Walaupun secara tidak langsung, setidaknya Maldini bersama para jajaran direksi AC Milan memiliki pandangan yang sama untuk kompetisi Serie A Italia. Hal itu diungkapkan oleh presiden Juventus, Andrea Agnelli, yang mengaku bahwa dirinya pertama kali dalam satu dekade merasa akrab dengan AC Milan.
"Ini adalah pertama kalinya dalam sepuluh tahun saya melihat kedekatan dan keselarasan minat dengan AC Milan dan Inter secara nyata. Kami berbagi strategi untuk membuat nilai Serie A Italia meningkat," ujar pria berusia 44 tahun tersebut dilansir dari Sempre Milan.
"Saya sangat berterima kasih kepada Zhang dan Antonello, serta manajemen Elliott dan direksi yang bersama Gazidis. Jika kami menggabungkan merek kami, basis penggemar, dan strategi pelayanan, maka Serie A Italia akan terus bertumbuh," sambungnya lagi.
Kebangkitan AC Milan di empat laga awal Serie A Italia musim ini mungkin bisa dibilang terlalu dini untuk dapat dikatakan sebuah kesuksesan. Akan tetapi, peran nyata Paolo Maldini dalam terciptanya hubungan yang harmonis di jajaran manajemen dan skuat tim perlu diapresiasi tinggi.