Masalah Chelsea dan Tuchel Takkan Rampung dengan Kedatangan Haaland
FOOTBALL265.COM – Mendatangkan Erling Braut Haaland takkan begitu saja memecahkan masalah yang dimiliki Chelsea dan dihadapi Thomas Tuchel sejauh ini.
Chelsea dilaporkan akan menjadikan Erling Braut Haaland sebagai ‘hadiah’ untuk Thomas Tuchel di musim panas 2021 mendatang.
Ketertarikan Chelsea pada penyerang berusia 20 tahun tersebut bukan lagi rahasia. Sebab, The Blues dilaporkan hampir mendapatkan tanda tangan pemain pada 2019 lalu saat dirinya masih berseragam RB Salzburg.
Namun, Chelsea mundur dari negosiasi karena Mino Raiola selaku agen Haaland meminta gaji serta komisi untuk agen dengan nilai yang dinilai tak wajar.
Akan tetapi, melihat progres Erling Braut Haaland bersama Borussia Dortmund saat ini membuat Chelsea pun tergiur dan ingin sekali lagi mencoba mendatangkan sang pemain.
Hal ini sendiri berdasarkan keinginan sang pemilik, Roman Abramovich. Bilyuner asal Rusia tersebut disebutkan terkesan dengan Haaland dan siap memberikan dana fantastis untuk memboyongnya ke Stamford Bridge.
Apalagi saat ini Chelsea diunggulkan karena secara finansial The Blues terbilang kuat bila dibandingkan klub-klub besar lainnya yang terdampak pandemi corona.
Sehingga, misi memboyong Haaland pun menjadi misi utama Chelsea di musim panas 2021 nanti. Terlebih, The Blues melihat komposisi tim saat ini tak memiliki pendulang gol mumpuni.
Disebutkan dana Rp1,5 triliun menjadi dana yang disiapkan Chelsea untuk menggoda Dortmund agar mau melepas Haaland. Tawaran sebesar itu diyakini takkan mampu disamai klub lainnya yag tertarik pada pemain asal Norwegia tersebut.
Meski begitu, bila ditelisik jauh lebih dalam, keinginan Chelsea memboyong Haaland untuk takkan begitu saja menyelesaikan masalah The Blues.
Chelsea butuh lebih dari sekadar seorang Erling Braut Haaland untuk membantu Thomas Tuchel menyelesaikan masalah mencetak gol yang melanda klub asal London Barat tersebut.
1. Haaland Bukan Jawaban dari Masalah Chelsea dan Tuchel
Erling Braut Haaland menjadi salah satu pencetak gol terbanyak musim ini di lima liga top Eropa. Pria asal Norwegia ini telah membukukan 27 gol di segala ajang hanya dalam 25 laga saja.
Wajar jika Chelsea begitu ngotot ingin mendatangkan Haaland. Sebab, hingga artikel ini dimuat, top skor The Blues di segala ajang adalah Tammy Abraham yang membukukan 12 gol atau kurang dari setengah torehan Haaland.
Masalah krisis gol Chelsea sendiri dari barisan penyerang sejatinya sudah berjalan beberapa tahun. Terakhir kali The Blues memiliki penyerang yang mencetak banyak gol terjadi pada musim 2016/17 lalu saat Diego Costa masih di Stamford Bridge.
Setelahnya, Chelsea mencoba mengatasi masalah ini dengan mendatangkan beberapa penyerang ternama seperti Alvaro Morata, Olivier Giroud, Gonzalo Higuain hingga yang terakhir Timo Werner.
Namun tetap saja, masalah penyerangnya yang mendadak ‘seret’ gol saat membela Chelsea berlanjut sejak musim 2017/18 hingga musim 2020/21 saat ini.
Mendatangkan Haaland pun menjadi langkah Chelsea selanjutnya untuk mengatasi krisis ini. Namun, pemain berusia 20 tahun tersebut bukanlah jawaban utama dari krisis yang dialami The Blues.
Tumpulnya para penyerang tajam sekelas Morata, Giroud, Higuain hingga Werner di Chelsea sendiri tak lepas dari nihilnya pemain kreatif dari lini kedua atau lini tengah.
Untuk Morata, Giroud dan Higuain, torehan gol keduanya terbilang apik ketimbang Werner mengingat ketiganya memiliki sosok sekelas Eden Hazard yang bisa menciptakan peluang dari lini sayap dan Cesc Fabregas di lini tengah.
Sedangkan dua musim terakhir atau musim 2019/20 dan 2020/21, Chelsea tak memiliki sosok playmaker sekelas Hazard dan Fabregas.
Di dua musim terakhir, Chelsea mengandalkan sosok Mason Mount sebagai sosok kreatif di lapangan. Namun, yang ditampilkan pemain berusia 22 tahun ini jauh dari kata cukup.
Sebagai pemain yang bermain di posisi 8 dan 10 (yang identik dengan kreativitas), Mount hanya bergantung pada situasi bola mati atau Set-Pieces untuk membuat peluang. Terbukti, dalam 61 laga bersama tim utama, ia hanya mampu mencetak dua assist saja dari skema Open Play.
Memang gambaran tersebut tak menjelaskan betapa seringnya para penyerang Chelsea membuang umpan berupa assist yang dibuat Mount. Namun, statistik tersebut cukup memberi gambaran bahwa The Blues tak punya pemain kreatif dari lini kedua.
Mungkin banyak yang mempertanyakan peran Kai Havertz. Akan tetapi, Havertz didatangkan Chelsea bukan sebagai pemain kreatif, melainkan sebagai pendulang gol dari lini kedua (melihat statistiknya dari Bayer Leverkusen).
Sehingga, kedatangan Haaland pun takkan serta merta mengatasi krisis Chelsea di lini depan. Kecuali, The Blues juga turut membawa pemain kreatif yang bisa memberi asupan matang ke lini depan.
Terlebih, Haaland merupakan penyerang bertipe Poacher, penyerang yang benar-benar ancaman di kotak 16 atau ‘Fox in the Box’. Penyerang dengan tipe ini membutuhkan pemain kreatif dari lini kedua.
Hal ini pula yang menjadi fokus Tuchel bersama Chelsea. Ia sadar, sehebat apapun timnya menguasai pertandingan, tetap saja timnya bisa tumbang bila tak mampu membuat peluang di area lawan untuk memberi 'makan' ke barisan penyerang.
“Kami (Chelsea) sangat, sangat baik di 80 meter lapangan. Tapi, di 20 meter terakhir, saya tak senang sama sekali,” ujar Tuchel merujuk pada ketidakmampuan timnya membuat peluang dan melepaskan bola dengan apik di area lawan saat menghadapi Southampton.
Usai laga Southampton, ketidakmampuan Chelsea dalam membuat peluang kembali terulang di laga melawan Atletico Madrid. Meski menang, gol yang dicetak The Blues pun berasal dari kesalahan lawan.
Alhasil, meski Haaland datang di musim panas 2021 nanti, krisis yang dihadapi Chelsea takkan terselesaikan begitu saja dengan mudahnya.
Chelsea dan Thomas Tuchel butuh lebih dari sekadar Erling Braut Haaland untuk mengatasi krisis gol. Kedatangannya pun harus dibarengi dengan pemain kreatif yang tersedia di musim panas 2021 mendatang seperti Houssem Aouar, Jadon Sancho, atau Rodrigo De Paul.