On This Day: Debut Gladiator dan Pangeran AS Roma, Francesco Totti
FOOTBALL265.COM – Tepat pada hari ini 28 tahun silam atau 28 Maret 1991, pelatih AS Roma, Vujadin Boskov memasukkan bocah berusia 16 tahun di Serie A Italia 1992/93. Bocah itu pun namanya kini harum menjadi legenda. Ia adalah Francesco Totti.
Nama Totti adalah nama suci di kota Roma. Setidaknya, bagi pecinta sepak bola di ibukota Italia. Ia adalah Gladiator, ia adalah Pangeran, ia adalah AS Roma itu sendiri.
Totti menjadi pujaan dan idola bagi pendukung AS Roma di belahan dunia manapun. Meski tak bergelimang gelar, aksi dan kesetiaanya membuat pendukung Giallorossi memujanya bak dewa.
Totti lahir di Roma dari pasangan Lorenzo dan Fiorella Totti di mana ia dibesarkan di lingkungan Porta Metronia di kota Roma.
Ayah dan ibunda Francesco Totti bukanlah berasal dari kalangan sepak bola. Sang ayah adalah Pastor sedangkan sang ibunda hanyalah ibu rumah tangga. Meski begitu, ibunda tercintanya menjadi sosok penting di balik karier hebatnya bersama AS Roma dan Timnas Italia.
Sang ibu disebutkan menjadi penentu karier Totti di mana sejak kecil, Totti muda kerap ditemani sang ibu untuk berlatih sepak bola hingga ia memulai kariernya di usia 8 tahun.
Totti yang sebelumnya bermain di pekarangan dan jalanan pun bergabung dengan Fortitudo Lutidor, berlanjut ke Smith Tastevere dan Lodigiani sebelum bergabung akademi AS Roma pada tahun 1989.
Keputusan bergabung AS Roma merupakan saran dari sang ibunda karena di saat bersamaan AC Milan juga tertarik pada bakat Francesco Totti. Dari sini terlihat jelas peran sang ibu sehingga ia bisa menjadi Pangeran Giallorossi.
1. Petualangan Totti di AS Roma
Totti memulai debutnya pada tahun 1993 saat AS Roma bertandang ke Brescia. Pada musim itu, Il Lupi tengah dalam fase kritis dan finis hanya berjarak empat poin dari empat tim yang terdegradasi (saat Serie A mengadopsi sistem dua poin).
Totti masuk menggantikan Ruggiero Rizzitelli. Saat ia masuk, banyak yang menyebutkan apiknya penampilannya. Namun, banyak pula yang menganggap bahwa Totti akan bernasib sama dengan pemain muda lainnya yang kemudian akan dipinjamkan ke Serie B atau Serie C.
Anggapan terakhir tersebut ternyata salah. Debut di laga melawan Brescia menjadi pijakan pertama Totti sebelum mencetak sejarah. Tiga tahun berikutnya, Carlo Mazzone selaku pelatih anyar AS Roma memberi kepercayaan kepadanya.
Totti pun berhasil mencetak gol perdananya bagi AS Roma pada musim 1994/95 saat bermain imbang melawan Foggia. Gol tersebut menandai karier cemerlang Totti di sepak bola Italia.
Totti bermain bagi AS Roma selama 25 tahun. Dalam kurun waktu tersebut, ia menjadi pemain dengan jumlah gol terbanyak bagi satu klub dalam sejarah Serie A dengan torehan 250 gol untuk ll Lupi.
250 gol itu juga menempatkannya sebagai pencetak gol terbanyak kedua sepanjang sejarah Serie A. Selain itu, 616 penampilan di Serie A selama 25 tahun bersama AS Roma membuatnya menjadi penampil terbanyak ketiga di belakang Gianluigi Buffon dan Paolo Maldini.
Bagi AS Roma, Totti adalah Gladiator mengingat dirinya menjadi penampil terbanyak dan pencetak gol terbanyak sepanjang sejarah klub dengan 783 penampilan dan 307 gol di segala ajang.
Apa yang dicintai pendukung AS Roma dari Totti adalah kesetiaanya. Sebagai klub, Il Lupi tak begitu bergelimang gelar. Terakhir kali Giallorossi meraih titel Serie A adalah pada musim 2000/01 saat usia Totti belum genap 25 tahun.
Godaan pernah datang ke Totti saat Real Madrid datang mengetuk pintu dan menawarinya bergabung dengan proyek Los Galacticos.
Tawaran itu sempat ia pertimbangkan sebelum memutuskan bertahan. Alasannya, Totti ingin menjadi juara. Dan pada musim 2004/05, AS Roma tak menunjukkan tanda-tanda mengulang kejaraan di musim 2000/01.
“Ada masa di mana saya hampir meninggalkan AS Roma untuk Real Madrid pada musim 2004/05. Saya ingin menjadi juara. Kami memenangi Scudetto dan kalah di dua musim selanjutnya.
“Kami tertinggal. Saya ingin kami membeli pemain-pemain juara dan memboyong pelatih juara. Saya melihat (AS Roma) banyak masalah,” ungkap Totti.
Namun, Totti tetap bertahan dan meneruskan kisahnya bersama AS Roma. Keinginan menjadi juara pun ia gapai, walau tak bersama Il Lupi.
Totti merasakan gelar juara tertinggi pada 2006 saat membawa Italia menjadi kampiun Piala Dunia di mana ia bermain di setiap laga dan membuat empat assist, lebih banyak dari siapapun.
Setelahnya, petualangan Totti bersama AS Roma berlanjut sebelum di penghujung kariernya ia mengalami kesulitan dengan pelatih Il Lupi kala itu, Luciano Spalleti.
Pada akhirnya, Totti memutuskan pensiun alih-alih mengenakan jersey tim lainnya. Kabar pensiunnya Totti bak petir di tengah siang bolong.
Terlihat di laga terakhir dan perpisahannya, tangis dari pendukung AS Roma pecah di Stadion Olimpico. Ketidakrelaan pendukung Il Lupi melihat klubnya tanpa Totti terlihat dari Banner yang berbunyi: “Spevaro de mori’ prima” yang kurang lebih berarti "saya berharap saya yang mati lebih dahulu".
Totti adalah Gladiator, Totti adalah Pangeran, dan sadar atau tidak, Totti adalah AS Roma.