Thomas Tuchel dan Kepiawaiannya Menghapus Noda Hitam Lampard di Chelsea
FOOTBALL265.COM – Thomas Tuchel tengah dielu-elukan atas pencapaiannya bersama Chelsea dalam 2 bulan terakhir. Dengan magisnya, ia mampu membersihlkan noda The Blues bersama Frank Lampard.
Tuchel ditunjuk menjadi pelatih Chelsea pada tanggal 25 Januari 2021 lalu atau dua hingga tiga hari setelah The Blues memecat Lampard.
Ditunjuknya Tuchel tak lepas dari ketersediaannya yang satu bulan sebelumnya baru dipecat oleh Paris Saint-Germain.
Usai menandatangani kontrak berdurasi 18 bulan, Tuchel langsung menghadapi ujian bersama Chelsea ketika menjamu Wolverhampton Wanderers di lanjutan Liga Ingris.
Meski tak mendapat hasil maksimal di laga melawan Wolves, di laga-laga selanjutnya Chelsea menuai hasil apik bersama Thomas Tuchel. Bahkan permainan The Blues di bawah arahannya bak menghapus noda yang ditinggalkan Frank Lampard.
Dalam 13 laga lanjutan di berbagai ajang, Tuchel membawa Chelsea tak terkalahkan dan hanya kebobolan dua gol saja.
Bahkan di kancah Liga Inggris 2020/21, Chelsea yang sempat terseok-seok di peringkat kedelapan di bawah arahan Lampard, mampu kembali ke empat besar bersama Tuchel.
Lalu di pentas Liga Champions, Chelsea yang sebelumnya diragukan lolos karena sosok Lampard, mampu melaju ke fase perempatfinal dengan mengalahkan Atletico Madrid yang tak lain pemuncak klasemen LaLiga Spanyol.
Banyak yang menyebut bahwa keberhasilan Tuchel bersama Chelsea sejauh ini adalah bulan madu saja. Wajar apabila melihat sejarah bahwa The Blues selalu tampil apik usai berganti pelatih di pertengahan musim.
Namun, semua yang dilakukan Thomas Tuchel dalam 14 laganya bersama Chelsea seakan menjadi bukti magis bahwa dirinya tengah menghapus noda yang Frank Lampard torehkan bersama The Blues.
1. Cara Tuchel Menyembuhkan Penyakit Chelsea di Era Lampard
Chelsea di bawah arahan Lampard memainkan sepak bola Direct yang mengandalkan lebar lapangan dan diakhiri umpan-umpan silang untuk menciptakan peluang.
Permainan Chelsea di bawah arahan Lampard begitu mudah terbaca oleh lawan sehingga mudah dipatakahkan. Terlebih, terdapat lubang di lini pertahanan yang selama satu setengah musim tak bisa ia benahi.
Di era Lampard pada musim 2019/20, Chelsea kebobolan satu gol dari 6.33 tembakan ke gawang. Bahkan, The Blues kebobolan 39 gol hanya dari nilai 31.14 xGA (Expected Goals Against) dalam 29 laga Liga Inggris atau kelebihan 8 gol dari nilai peluang yang lawan dapatkan.
Dengan kata lain, Kepa Arrizabalaga bukanlah kambing hitam dari banyaknya gol yang bersarang ke gawang Chelsea. Karena nilai peluang lawan atau xGA berpengaruh pada sistem pertahanan yang dibuat Lampard.
Di Liga Inggris musim 2020/21, Lampard yang menukangi Chelsea hingga pekan ke-19, lawan yang dihadapi memiliki rata-rata nilai peluang sebanyak 0.98 xGA per 90 menit.
Di sinilah peran Tuchel terlihat jelas menghapus setiap kekurangan Chelsea yang menorehkan tinta buruk, terutama dalam pertahanan, pada rezim Lampard yang kebobolan 16 gol di 14 laga terakhirnya.
Entah bagaimana, Tuchel mampu mengubah pertahanan Chelsea yang gampang dijebol menjadi sulit untuk dibongkar dengan hanya kemasukan dua gol dalam 10 laga di Liga Inggris 2020/21.
Catatan kebobolan dua gol selama ditangani Tuchel membuat Chelsea menjadi tim dengan pertahanan terbaik kedua di Liga Inggris di belakang Manchester City.
Resep Tuchel sendiri tak lepas dari taktik yang ia peragakan. Menurut Adam Newson (Koresponden Chelsea untuk laman Football London), pria asal Jerman ini mengubah citra The Blues untuk menjadi tim yang mendominasi dengan bola dan mengandalkan penguasaan.
“Tuchel ingin timnya mengontrol permainan lewat penguasaan bola, mendominasi bola. Dan itu sesuatu yang mereka gapai sejauh ini,” tulis Adam Newson.
Bersama Tuchel, Chelsea bermain lebih mendominasi dengan rataan 60 persen penguasaan bola per 90 menit. Angka ini naik 5 persen dari Lampard sendiri (55 persen).
Meski cenderung sama, perbedaan terlihat dari taktik yang dijalankan di mana Chelsea di bawah Tuchel lebih banyak membuat operan sebanyak 60 kali daripada di bawah Lampard.
Selain itu, Tuchel membuat Chelsea jarang melakukan umpan silang (43 kali dari sebelumnya 48 kali per 90 menit di era Lampard) dan mengurangi kesempatan melepaskan bola silang (15 kali dari sebelumnya 18 kali per 90 menit di era Lampard).
Dalam sistem pertahanan, Tuchel mampu membuat Chelsea lebih solid lewat taktiknya. Adam Newson menyebut penerapan taktik Tuchel dalam menyerang dan bertahan sangat efektif terutama dalam memainkan Counter Pressing.
“Chelsea-nya Tuchel menyerang dengan lima pemain dan bertahan dengan lima pemain. Hasilnya, lawan akan sulit menyakiti The Blues dalam transisi karena setiap potensi lawan mampu ditutup dengan cepat,” lanjut tulisan Adam Newson.
Struktur lima pemain menyerang dan lima pemain bertahan ini terlihat jelas dalam permainan Chelsea, di mana lima pemain menyerang di ambil dari tiga pemain depan dengan dua Wing Back dan dalam bertahan menggunakan tiga bek dengan Double Pivot.
Taktik ini membuat Chelsea membatasi pergerakan lawan yang dalam 10 laganya hanya membuat satu tembakan ke arah gawang The Blues dari kotak 6 yard.
Dalam menyerang, mungkin Chelsea di bawah arahan Tuchel tak begitu efektif. Karena nilai peluang yang dibuat per laga hanya mencapai 1.38 xG (Expected Goals). Di era Lampard, The Blues mencetak nilai peluang 1.77 xG per 90 menit.
Namun, Tuchel lebih mengedepankan hasil sehingga memilih fokus memperbaiki pertahanan yang menjadi noda Lampard selama 1,5 musim menukangi Chelsea.
Dalam 10 laga di Liga Inggris, setiap lawan Chelsea di bawah arahan Tuchel hanya memiliki nilai peluang sebesar 0.47 xGA per 90 menit atau lebih rendah daripada saat di era Lampard yang lawan-lawannya memiliki nilai peluang 0.98 xGA.
Terlalu dini menilai bahwa Tuchel sukses merubah wajah Chelsea. Tapi, dalam 10 laga di Liga Inggris 2020/21 sejauh ini, Tuchel setidaknya mampu menghapus noda yang Lampard torehkan di Stamford Bridge.