Persikota Tangerang, Si Bayi Ajaib Liga Indonesia yang Diakuisisi Gading Marten
FOOTBALL265.COM – Mengenal kembali kisah Persikota Tangerang, salah satu tim dengan cerita cukup fenomenal di Liga Indonesia yang saat ini resmi diakuisisi aktor Tanah Air, Gading Marten.
Sebelumnya, isu soal Gading Marten yang resmi menjadi pemilik anyar Persikota Tangerang memang ramai dibicarakan. Kepastian ini pertama kali terdengar lewat media sosial klub, yang memposting peresmian Gading Marten sebagai owner baru pada Jumat (04/06/21) lalu.
“Selamat bergabung Gading Marten di Persikota Tangerang,” tulis Persikota Tangerang dalam caption yang menyertai unggahannya tersebut.
Resmi mencapai kata sepakat, Persikota Tangerang berharap jika Gading Marten bisa memajukan klub kebanggaan masyarakat Kota Tangerang ini untuk bisa lolos ke Liga 2 Indonesia musim ini.
Keputusan Gading Marten untuk mengakuisisi Persikota Tangerang, meneruskan jejak Raffi Ahmad dan Nagita Slavina, pasangan publik figur kenamaan Indonesia, yang beberapa bulan lalu telah resmi menjadi pemilik anyar Cilegon United FC yang kemudian di-rebranding menjadi RANS Cilegon FC.
Sementara itu, Manajer Persikota, Mahdiar mengatakan kehadiran Gading adalah untuk mensupport tim asal Tangerang. Kedua belah pihak belum memutuskan apakah tim akan diakuisisi atau berbagi saham.
"Prinsipnya seperti obrolan kemarin, kami mastiin beliau support Persikota. Detail teknis sambil jalan akan kami bahas lagi," ujar Mahdiar ke INDOSPORT.
"Minggu depan akan ada pertemuan lagi nanti baru akan ditentukan posisi Gading," imbuhnya.
Kembali ke soal Persikota, sejatinya klub yang bermarkas di stadion Benteng ini punya cerita cukup ikonik bahkan jadi legenda buat dunia persepakbolaan Indonesia.
Salah satu yang paling menonjol tentu tentang keberhasilan Bayi Ajaib menjuarai beberapa level kompetisi, hingga akhirnya mentas di kasta teratas di Liga Indonesia dan jadi kuda hitam buat klub-klub ternama.
Berdiri sejak 1994 atau beberapa musim setelah Kotamadya Tangerang resmi terbentuk, Persikota saat itu berstatus adik Persita Tangerang, lantaran laskar Pendekar Cisadane merupakan tim asal Tangerang yang lebih dulu eksis di persepakbolaan Indonesia.
Walau seumur jagung, namun Persikota berhasil mencuri perhatian. Memulai perjalanan di kompetisi Divisi II (kasta ketiga Liga Indonesia) musim 1995/1996, Persikota yang dilatih Andi Lala tampil tidak terkalahkan.
Bahkan, mereka belum pernah kehilangan poin sepanjang putaran pertama, kedua, dan ketiga. Puncaknya, Persikota berhasil keluar sebagai juara Divisi II Liga Indonesia 1995/1996 usai mengalahkan Persewangi Banyuwangi dengan skor 1-0 di partai final.
Promosi ke kasta kedua Liga Indonesia, julukan Bayi Ajaib akhirnya muncul dan tersemat buat klub Persikota. Tak cuma keberhasilan lolos ke Divisi I pada musi perdana, melainkan kesuksesan Persikota jadi juara Divisi I usai mengalahkan PSIM Yogyakarta di partai final.
Bertanding di Stadion Mandala Krida, Yogyakarta, markas dari PSIM, skuad Persikota yang masih dilatih Andi Lala tersebut berhasil menang dengan skor 3-1.
Gol-gol tim tamu dicetak oleh Ali Shaha menit ke-6’ dan Francis Yonga (12’ dan 56’). Sementara PSIM hanya mampu cetak gol hiburan lewat aksi Bambang Sumantri menit ke-71’ melalui tendangan penalti.
Persikota akhirnya keluar sebagai juara Divisi I musim 1996/1997, dan memastikan diri lolos ke kasta teratas Liga Indonesia saat itu yakni Divisi Utama. Sebuah pencapaian luar biasa buat tim yang baru terbentuk.
1. Statistik di Liga Teratas Indonesia
Mentas di kasta teratas Liga Indonesia, Persikota tampil cukup baik. Bahkan, tim yang saat itu dilatih Sutan Harhara tersebut sukses bertengger di peringkat tiga Wilayah Tengah di bawah PSMS serta Pelita Jakarta.
Namun sayang, kompetisi musim 1997/1998 sempat terhenti akibat kerusuhan 1998. Meski begitu, pencapaian Persikota si anak baru yang bertengger di tiga besar langsung jadi buah bibir. Tak heran, julukan Bayi Ajaib kian melekat buat mereka.
Di musim-musim berikutnya, Persikota terbilang stabil di Divisi Utama, bahkan pada musim 1999/2000 mereka berhasil menembus partai semifinal usai lolos dari babak 8 besar yang berisikan Persija, Arema, dan Pelita Solo.
Sayangnya, langkah Persikota terhenti usai di semifinal dikalahkan Pupuk Kaltim (PKT) Bontang dengan skor tipis 4-3. Meski kalah, namun pencapaian Persikota yang berstatus klub seumur jagung untuk tembus semifinal Divisi Utama sangatlah layak diapresiasi.
Konsistensi Persikota di kasta teratas Liga Indonesia terbilang stabil, bahkan mereka masih bisa bersaing saat kompetisi berubah format jadi sistem satu wilayah.
Total, Persikota mampu mentas di kasta teratas Liga Indonesia sejak musim 1997/1998 hingga 2007–08 tanpa sekalipun terdegradasi. Puncaknya di Liga Djarum Indonesia 2007/08, Persikota untuk kali pertama dalam 10 tahun harus turun kasta usai finish di peringkat 15 Wilayah Barat.
Lantas, dengan datangnya Gading Marten sebagai pemilik baru Persikota Tangerang, akankah dongeng sang Bayi Ajaib Liga Indonesia akan kembali terdengar dari Kota Benteng? Menarik dinantikan.