Merasa Denmark Dicurangi, Braithwaite Enggan Kritik Wasit
FOOTBALL265.COM - Penyerang timnas Denmark, Martin Braithwaite, merasa negaranya lebih pantas melaju ke final Euro 2020 pasca-kalah dari Inggris di semifinal. Ia menganggap wasit berat sebelah, meski enggan melontarkan kritik berlebihan.
Prasangka buruk Braithwaite juga dirasakan sebagian besar penikmat sepak bola yang menyaksikan duel Inggris kontra Denmark pada Kamis (8/7/21). Pasalnya, laga harus ditentukan oleh keputusan berbau kontroversi.
Usai bermain imbang 1-1 di waktu normal, Inggris mendapat angin segar usai Raheem Sterling tersungkur akibat berduel dengan Joakim Maehle di kotak penalti. Wasit kemudian menunjuk titik putih setelah sebelumnya meminta bantuan tim Video Assistant Referee (VAR).
Harry Kane yang jadi algojo The Three Lions kemudian membuat skor berubah menjadi 2-1 walau eksekusinya sempat ditahan kiper Kasper Schmeichel. Kedudukan tidak berubah hingga peluit panjang dibunyikan dan kemudian bermunculanlah teori jika The Dynamite dicurangi.
"Kami harus menerima kekalahan ini. Denmark bangga bisa maju sejauh ini, tapi tetap saja tidak senang dengan prosesnya," papar Martin Braithwaite kepada Mundo Deportivo.
"Saya rasa keadilan tidak ditegakkan di lapangan. Tapi, saya tidak boleh bicara terlalu banyak," timpal striker yang dipanggil dari Barcelona tersebut.
1. Pelatih Denmark Kesal
Kejengkelan yang sama juga dirasakan oleh pelatih Denmark, Kasper Hjulman. Ia bahkan lebih berani dalam bersuara ketimbang Braithwaite. Arsitek muda berusia 49 tahun tersebut rela kalah, namun hanya jika laga berjalan adil.
"Penalti seharusnya tidak diberikan. Saya masih tidak habis pikir dan sangat kecewa. Kekalahan biasa terjadi, namun jika begini caranya merasa jengkel itu wajar," beber Hjulman.
"Sungguh bukan cara yang menyenangkan untuk mengakhiri langkah di Euro 2020. Mungkin dalam beberapa hari ke depan saya bisa lebih tenang. Yang jelas Denmark adalah tim bagus dan bisa lebih bagus lagi," tambah eks bos Nordsjaelland itu.
Dengan ini berakhirlah mimpi Denmark untuk memberikan hadiah kesembuhan bagi penggawa mereka, Christian Eriksen, yang mundur dari tim usai terkena sakit jantung di fase grup.
Negara Skandinavia ini juga batal mengulangi prestasi serupa yang pernah mereka toreh pada 1992 silam juga saat berstatus sebagai non-unggulan.