Sejarah Gagalnya Misi Brasil Ulangi Momen Sakral Azteca 1970, Kaka Lesu
FOOTBALL265.COM - Brasil dan Azteca. Kedua kata ini berkaitan erat dalam lembaran sejarah sepak bola. Maklum, Tim Samba menyimpan memori terbaik mereka di stadion yang menjadi saksi bisu laga final Piala Dunia 1970.
Ketika itu, Brasil mengukuhkan diri sebagai tim paling kuat sekaligus terbaik sepanjang sejarah Piala Dunia versi FIFA usai menekuk Italia dengan skor telak 4-1. Pele cs. pun berhak menyimpan trofi Jules Rimet untuk selamanya lantaran telah tiga kali menjuarai turnamen ini.
Minggu, 27 Juli 2003. Brasil kembali berkesempatan menjejak rumput Azteca menyusul keberhasilan menembus final Piala Emas CONCACAF. Mereka menantang tim empunya stadion, Meksiko.
Bermodalkan skuat belia yang berisikan para generasi baru seperti Ricardo Kaka, Robinho, Julio Baptista, dan Diego Ribas, Brasil siap mengukir sejarah. Mereka ingin memenangi turnamen di luar konfederasi tempat mereka bernaung sekaligus membalas dendam kepada Meksiko.
Sebelumnya, Brasil dan Meksiko pernah bertemu di fase grup. Tim Samba keok 0-1 akibat gol tunggal Jared Borgetti. Mereka juga mengusung misi menjebol gawang tuan rumah yang belum sekalipun bergetar sedari fase grup hingga semifinal.
Namun, kenangan indah Azteca 1970 rupanya tak bisa diulangi oleh Brasil. Jangankan menang, mencetak gol saja mereka tidak sanggup kendati sempat memaksa Meksiko melakoni babak esktra setelah bermain imbang tanpa gol selama 90 menit.
Adalah gol emas Daniel Osorno yang membuyarkan mimpi Brasil. Turnamen tahun itu masih memakai sistem golden goal atau biasa dikenal dengan istilah "Sudden Death".
Penyerang lubang yang diketahui menghabiskan seluruh karier profesional di Meksiko dan Amerika Serikat tersebut menyarangkan gol melalui aksi brilian pada menit ke-97.
Daniel Osorno melakukan dribel memasuki jantung pertahanan Brasil. Dia melakukan sedikit gerak tipu untuk mengecoh bek lawan lalu melepaskan sepakan mendatar nan akurat menggunakan kaki kiri dari dalam kotak penalti.
Terasa istimewa karena sejatinya Osorno masuk sebagai pemain pengganti pada pertengahan babak kedua (65') laga final Piala Emas CONCACAF 2003. Dia menggantikan Rafael Garcia yang tampil kurang gereget.
"Jika seseorang percaya kepada Anda, berarti Anda harus berusaha keras untuk memberikan kemampuan terbaik buat mereka," tandas Daniel Osorno usai laga.
1. Gawang Steril
Meksiko bersorak kegirangan. Tim Sombrero sukses merengkuh trofi keempat sepanjang partisipasi di Piala Emas CONCACAF setelah 1993, 1996, dan 1998, sedangkan Ricardo Kaka dkk. tertunduk lesu karena Azteca lebih berpihak kepada sang empunya pada hari itu.
"Kami bisa mengontrol bola dengan baik. Inilah yang paling utama. Para pemain mampu membaca kapan harus menekan dan kapan harus mengendurkan tempo. Brasil tampak kewalahan dan kelelahan menjelang akhir laga," cetus pelatih Meksiko, Ricardo Lavolpe.
Secara statistik, Meksiko menjuarai Piala Emas 2003 tanpa kebobolan sepanjang turnamen, mengulang prestasi tujuh tahun sebelumnya (1996). Bedanya, produktivitas gol mereka kali ini sedikit lebih rendah, yakni delapan berbanding sembilan (1996).
Susunan Pemain:
Meksiko (4-4-2): 1-O. Sanchez, 18-Carmona, 3-Briceno, 5-Osorio, 2-Salazar (16-Mendez 77'); 6-Valdez, 8-Pavel Pardo, 14-Luis Perez, 20-R. Garcia (11-Osorno 65'); 21-Arellano (15-Rodriguez 66'), 9-Borgetti
Cadangan: 12-Oscar Perez, 4-Marquez, 7-Bravo, 10-Zepeda
Pelatih: La Volpe (Arg)
Brasil (4-4-2): 1-Gomes; 2-Maicon, 3-Luisao, 4-Alex, 5-Adriano (13-Coelho 61'); 6-P. Almeida, 7-Julio Baptista, 8-Kaka, 10-Diego; 11-Robinho (17-Carlos Alberto 46'), 15-Nilmar (9-Ewerthon 90')
Cadangan: 12-Negri, 14-Andre Bahia, 16-Nadson, 18-Motta
Pelatih: Gomes
Stadion: Azteca (80.000)
Gol: Osorno 97'
Wasit: Navarro (Kan)
Kartu Kuning: -
Kartu Merah: -