Tugas Berat Mauricio Pochettino Meredam Ego para Bintang di PSG
FOOTBALL265.COM - Lionel Messi telah datang ke Paris Saint-Germain dan membentuk Super Dream Team. Kini tinggal tugas Mauricio Pochettino sang pelatih untuk meredam ego para bintang.
Lionel Messi akhirnya resmi berseragam Paris Saint-Germain. Penyerang asal Argentina ini bakal mengantongi gaji yang lebih besar dari Neymar.
Messi sebelumnya telah resmi meninggalkan Barcelona setelah aturan salary cap LaLiga Spanyol membuat raksasa Catalan itu gagal membuat namanya terdaftar dalam skuat 2021/22 mendatang.
Menurut laporan L'Equipe PSG juga bakal memberikan gaji fantastis sebesar 35 juta euro atau Rp677 miliar per musim untuk Messi.
Bergabungnya Lionel Messi ke Paris Saint-Germain bak mimpi jadi nyata bagi publik Parc des Princes. Bisa dibilang, Lionel Messi menjadi pelengkap skuad bertabur bintang PSG musim depan.
Bagaimana tidak, musim ini mereka sudah memboyong tiga nama besar yakni, Gianluigi Donnarumma, Sergio Ramos, Georgino Wijnaldum dan Achraf Hakimi. Sebelum mereka tiba, PSG sendiri sudah memiliki banyak bintang dunia seperti Neymar Jr dan Kylian Mbappe.
Tak banyak klub di dunia yang bisa membayangkan sebuah tim bertabur bintang seperti PSG musim ini, bahkan Los Galacticos milik Real Madrid sekalipun. PSG tak sekadar membentuk The Dream Team, melainkan Super Dream Team yang kedahsyatannya tak terbayangkan.
Situasi ini pun secara tidak langsung memberikan tekanan kepada pelatih Les Parisien, Mauricio Pochettino. Dengan komposisi tim yang sangat kompetitif, bisa dibilang tak ada alasan bagi Pochettino untuk bisa merebut gelar Liga Champions dan Ligue 1 musim depan.
Pochettino memang patut waspada. Sebab, skuad bertabur bintang tak menjamin sebuah tim untuk bisa menjadi yang terbaik di dunia.
Meski memiliki keunggulan di banding klub lain, namun ada satu masalah besar yang mesti diatasi oleh Pochettino, yakni ego para bintang.
1. Perang Ego dan '2 Matahari Kembar'
Tak lama setelah Lionel Messi bergabung ke Paris, kabar baru muncul mengenai keinginan Kylian Mbappe untuk hengkang. Tentu hal sangat tidak diharapkan oleh pendukung PSG.
Kabarnya, pemain asal Prancis itu meminta untuk dijual ke Real Madrid lantaran tak ingin sinarnya tersaingi oleh Lionel Messi. Pemilik klub, Nasser Al-Khelaifi pun buru-buru meredam kabar ini.
Menurut Nasser, Kylian Mbappe dilarang untuk pergi dari Parc des Princes apapun alasannya lantaran ia sudah memenuhi janji untuk membentuk tim yang kompetitif untuk musim depan.
Entah kabar ini benar atau tidak, yang jelas hal seperti ini tidaklah mengejutkan. Seperti diketahui, Kylian Mbappe merupakan pemain yang dikenal memiliki ego tinggi.
Pelatih Prancis, Didier Deschamps, diketahui sudah tak bisa mengatas ego pemainnya tersebut. Maka tak heran sejumlah pemain termasuk Olivier Giroud pernah mengeluhkan hal tersebut.
Kini menjadi tugas berat bagi Mauricio Pochettino. Sebab, musim ini mereka memiliki sosok Lionel Messi yang dianggap dewa sepak bola.
Tak peduli apakaih itu seorang Kylian Mbappe sekali pun, Lionel Messi pasti akan menjadi pusat perhatian utama alias center of attention di Paris Saint-Germain. Padahal, sebelum Messi datang, Kylian Mbappe adalah bintangnya. Apalagi setelah Neymar Jr mengalami cedera.
Pochettino pun harus pintar-pintar dalam mengatur strategi serta peran. Sebab, baik Mbappe atau pun Messi merupakan spesialis sayap kiri.
Posisi penyerang sayap kiri seringkali dapat memancing pemain untuk bermain individual alias egois. Baik Messi maupun Mbappe sama-sama memiliki kemampuan untuk show off. Jika itu yang terjadi, maka keseimbangan permainan tim akan terganggu.
Belum lagi di tim tersebut terdapat 'dua matahari' yang memiliki jiwa kepemimpinan kuat. Selain Lionel Messi, ada Sergio Ramos yang juga disegani semua pemain di klub.
Untungnya, pada musim lalu Mauricio Pochettino lebih sering memainkan Kylian Mbappe sebagai striker tengah. JIka peran itu bisa kembali di lakoni Mbappe, maka setidaknya 'persaingan' di lini depan bisa diredam.
Bicara kualitas teknik, mungkin tak ada yang meragukan klub Paris Saint-Germain. Akan tetapi, jika itu bicara soal kekompakan dan atmosfer tim, maka akan lain ceritanya. Dengan usia yang masih relatif muda, mampukah Mauricio Pochettino menciptakan sebuah tim super yang seimbang?