Lika-liku Kakha Kaladze, dari AC Milan hingga Duduk di Kursi Politik
FOOTBALL265.COM - Melihat kembali perjalanan hidup Kakhaber Kaladze, mantan pemain AC Milan yang kemudian terjun ke dunia politik.
Sosok yang juga akrab disapa Kakha tersebut turut ambil bagian dalam skuat Rossoneri yang meraih trofi juara Liga Champions 2003.
Bersama para pemain hebat seperti Dida, Alessandro Costacurta, Paolo Maldini, Alessandro Nesta, Gennaro Gattuso dan yang lainnya, Kakha jadi saksi hidup keberhasilan AC Milan menekuk Juventus di Old Trafford.
Kedua tim yang bermain imbang 0-0 pada akhirnya harus menentukan pemenang dengan adu penalti yang tentunya sangat mendebarkan.
Dari kubu AC Milan, Kakha adalah salah satu eksekutor yang gagal melakukan tugas dengan sempurna. Selain dirinya, Clarence Seedorf juga gagal menceploskan bola ke gawang Bianconeri.
Namun untungnya, nasib AC Milan sedikit lebih baik dengan mencatatkan tiga eksekutor yang sukses dengan tendangannya yakni Serginho, Alessandro Nesta, dan Andriy Shevchenko.
Tiga bola masuk pun cukup untuk mengukuhkan mereka sebagai pemenang dengan skor penalti 3-2. Juventus sendiri hanya berhasil dengan dua penendangnya yakni Alessandro Birindelli dan Alessandro Del Piero.
Edisi 2003 adalah gelar Liga Champions keenam yang berhasil direngkuh AC Milan, sebelum kandas di tangan Liverpool pada Istanbul 2005 dan juara lagi di Athens 2007.
Popularitas dan talenta Kakhaber Kaladze memang tidak sebesar rekan-rekannya di AC Milan saat itu, yang namanya tetap mendunia bahkan setelah pensiun.
Akan tetapi, ia punya kisah paling menarik di antara kawan-kawannya tersebut usai memutuskan gantung sepatu, yakni sukses di dunia politik.
Hanya melihat dari biodatanya saja, orang-orang mungkin bisa menilai bahwa mantan pemain Genoa tersebut adalah sosok terpandang di dunia kariernya saat ini. Politik.
1. Dari AC Milan ke Kursi Politik
Merapat ke San Siro pada 2001 setelah bermain di Dinamo Tbilisi dan Dynamo Kyiv, Kakhaber Kaladze tampil sebagai pemain yang punya kapasitas menyerang dan bertahan.
Ia pun mendapat predikat pemain Georgia termahal sepanjang sejarah saat diboyong oleh AC Milan. Saat itu, sang raksasa Italia menggelontorkan kocek yang cukup lumayan yakni 16 juta euro. Pada tahun 2001.
Saat hijrah ke Italia, Kakha bercita-cita menyelamatkan kariernya yang mungkin akan melempem jika tetap bertahan di Ukraina saat itu.
Sempat bermain sebagai gelandang bertahan, ia pada akhirnya kembali ke posisi asalnya sebagai bek. Setelah meraih kesuksesan di Liga Champions dan Coppa Italia bersama AC Milan, popularitas Kakha di negaranya pun meroket.
Georgia mengeluarkan perangko bergambar dirinya, satu-satunya pesepak bola dari negara ini yang berhasil memenangkan Liga Champions pada waktu itu.
Kakha memutuskan pensiun pada tahun 2012 setelah hengkang dari AC Milan ke Genoa. Kepedulian dan kepekaannya terhadap berbagai masalah di kampung halaman pun membuatnya terjun ke dunia politik.
Hanya butuh waktu lima bulan bagi Kakha untuk masuk ke parlemen. Dari catatan politiknya, ia juga pernah menjabat Menteri Energi dalam kabinet Bidzina Ivanishvili pada 2012.
Tentu saja, sepak terjang Kakha di dunia politik tidak sehalus kain sutra, namun ia mempertahankan posisinya sebagai Menteri Energi sampai 2017, untuk kemudian terjun ke pemilu walikota Tlibisi pada tahun yang sama.
Pada waktu itu, Kakha memenangkan pemilu dengan perolehan suara yang cukup lumayan yakni 51,1 persen. Masa jabatannya untuk periode ini berakhir pada 2021.
Akan tetapi, tahun ini Kakha kembali mencalonkan diri sebagai petahana bersama partainya, Dream Party.