Wajib Berbenah! Ini 3 Faktor yang Buat Timnas Indonesia Gagal Juara Piala AFF 2020
FOOTBALL265.COM – Kembali jadi runner up, intip tiga faktor yang membuat Timnas Indonesia gagal raih kemenangan atas Thailand dan menjuarai Piala AFF 2020.
Pada leg kedua final Piala AFF 2020 hari Sabtu (01/01/22) lalu, Timnas Indonesia yang menghadapi Thailand berkesudahan dengan skor sama kuat 2-2.
Meski imbang, namun hasil tersebut tak mampu menghantarkan Timnas Indonesia juara lantaran pada pertemuan leg pertama Thailand berhasil menang telak empat gol tanpa balas.
Maka secara agregat, Timnas Indonesia masih kalah 6-2 atas Thailand di babak final Piala AFF 2020 kali ini.
Tambahan satu gelar di edisi 2020, membuat Thailand kian memperkokoh status sebagai raja ASEAN dengan mengumpulkan enam gelar Piala AFF dan jadi yang terbanyak sepanjang sejarah.
Sementara buat Timnas Indonesia, julukan raja tanpa mahkota kembali didapat lantaran untuk keenam kalinya skuat Merah-Putih harus puas menjadi runner-up Piala AFF.
Berkaca dari penampilan Timnas Indonesia mulai penyisihan grup hingga dua leg partai final, sejatinya ada beberapa kelemahan serta faktor yang membuat skuat Garuda untuk keenam kalinya gagal menjadi juara Piala AFF.
Apa sajakah itu? Berikut INDOSPORT coba merangkum serta mengulas:
Minim Jam Terbang
Faktor pertama adalah minimnya jam terbang bermain di level internasional bagi sebagian pemain Timnas Indonesia.
Seperti diketahui, bahwa pelatih Shin Tae-yong cukup banyak membawa pemain muda pada gelaran Piala AFF 2020.
Bahkan para pemain yang rajin starter di Timnas Indonesia seperti Alfeandra Dewangga, Pratama Arhan hingga Witan Sulaeman masih berusia 20 tahun.
Sangat jauh berbeda dengan Thailand yang rata-rata berusia 27 hingga 28 tahun, usia matang bagi pesepakbola dan bisa mengeluarkan potensi terbaiknya.
Selain minim jam terbang, tidak adanya pemain yang pernah raih gelar juara di level internasional bersama Timnas Indonesia senior juga jadi penyebab kurang garangnya skuat Garuda pada partai final.
Berbanding terbalik dengan Thailand yang mayoritas penggawa mereka pernah juara minimal sekali di gelaran Piala AFF ataupun kompetisi lain di level timnas senior.
Thailand yang materi pemainnya cukup sering raih gelar juara, terlihat sangat tenang terutama saat tertinggal dari tim lawan.
Hasilnya, Thailand yang sempat kalah 0-1 di babak pertama berhasil membalikkan kedudukan jadi 2-1 sebelum Egy Mualana Vikri membuat laga berakhir 2-2.
1. Kemampuan Striker Tidak Maksimal
Selain banyak pemain yang kurang jam terbang di level internasional, faktor teknis seperti kualitas finishing para striker Timnas juga jadi masalah serius kenapa Indonesia masih gagal juara Piala AFF.
Dari 30 pemain yang didaftarkan pada Piala AFF 2020, pelatih Shin Tae-yong membawa empat striker. Keempatnya adalah Ezra Walian, Kushedya Yudo, Dedik Setiawan sert Hanis Saghara.
Namun penampilan para striker yang dibawa ini belum membuat Shin Tae-yong puas. Bahkan Shin Tae-yong seakan tidak puas akan penampilan para striker ini di Piala AFF 2020.
"Jadi maka dari itu pemain-pemain Indonesia khususnya yang di posisi striker susah sekali untuk berkembang. Sebagai seorang striker harus kerja keras dibanding posisi lain,” beber Shin Tae-yong.
Absensi Pemain di Leg Kedua
Terakhir adalah masalah non teknis, yakni kabar absennya empat pemain bertahan Timnas Indonesia yakni Elkan Baggott, Victor Igbonefo, Rizky Dwi, dan Rizky Ridho beberapa jam sebelum final leg kedua Piala AFF berlangsung.
Pemerintah Singapura melalui Kepala Singapore Sport Institute, Su Chun Wei, mengirimkan email kepada PSSI pada Jumat (31/12) disebabkan empat pemain tersebut diduga melanggar aturan bubble.
Kehilangan empat pemain bertahan ini sejatinya sangat merugikan Timnas Indonesia. Pasalnya, pertahanan Indonesia tidak ada opsi lain untuk menahan gempuran Thailand terutama di sepanjang babak kedua.
Akhirnya, Timnas Indonesia yang hanya mengandalkan Alfeandra Dewangga dan Fachrudin Aryanto harus berjuang keras selama 90 menit tanpa tergantikan.
Tak dari sisi taktikal, kabar absennya empat pemain bertahan Timnas Indonesia sedikit banyak juga mempengaruhi mental bermain skuat Garuda.
Sehingga dalam beberapa kesempatan, para gelandang bertahan maupun kuartet empat bek Timnas Indonesia terlihat grogi hingga berujung kesalahan dalam melakukan clearance.