Dipecundangi di Piala Asia, Pengamat: Timnas Putri Lebih Baik dari Skuat STY
FOOTBALL265.COM - Walau dipecundangi di Piala Asia 2022, pengamat sepak bola, Akmal Marhali menegaskan bahwa timnas Indonesia putri punya potensi besar.
Timnas Putri besutan Rudy Eka Priyambada menjadi bulan-bulanan Australia dengan skor telak 18-0, kekalahan terbesar yang pernah dirasakan Indonesia.
Kemudian, Zahra Muzdalifah cs. juga takluk dari Thailand dengan skor 4-0 tanpa balas. Dengan demikian, mereka berada di dasar klasemen grup, kebobolan 22 gol.
Tentu masih ada kesempatan bagi timnas putri untuk setidaknya membukukan gol dalam laga pamungkas kontra Filipina, Kamis (27/1/22). Meski sulit, tidak ada yang mustahil.
Pasalnya, timnas putri pernah berjaya saat masih ada kompetisi Galanita. Bahkan, Garuda Pertiwi mampu mencetak prestasi lebih tinggi daripada timnas Putra.
Jika timnas Putra yang saat ini dibesut oleh Shin Tae-yong belum mampu mencapai semifinal Piala Asia, beda halnya dengan timnas Putri Indonesia era Galanita.
"Khusus sepak bola putri, sejatinya Indonesia punya potensi yang lebih besar dari sepak bola putra," ungkap pengamat sepak bola, Akmal Marhali via Instagram.
"Timnas Putri kita dua kali pernah meraih peringkat keempat ada Piala Asia 1977 dan 1986, prestasi yang belum pernah dicapai timnas Putra di level Asia," lanjut Akmal.
Mundurnya sepak bola putri saat ini, karena faktor nihilnya kompetisi di Indonesia. Andai kompetisi kembali digalakkan, maka Timnas tentu bisa berbicara banyak di Piala Asia.
1. Kembalikan Galanita!
Akmal Marhali mengingatkan pada era Gabungan Sepak bola Wanita (Galanita), di mana potensi pesepak bola putri dari Indonesia bisa tersebar ke mancanegara.
"Suksesnya timnas Putri ketika itu ditopang dengan digelarnya Liga Sepak bola Wanita yang dikenal dengan sebutan Galanita. Indonesia melahirkan pemain-pemain putri berbakat, berkualitas, seperti Lantang, Parbo, Atmini, Kaligis dan Rukijah," ungkap Akmal Marhali melalui Instagram.
"Sayang, Galanita terhenti pada 1993. Selanjutnya, sepak bola putri sekadar ada, hanya menggelar turnamen sebulan melalui Piala Kartini, itu pun tidak rutin," tandasnya.
Banyak yang berharap liga sepak bola putri Indonesia kembali digalakkan, dan perlahan membentuk timnas Indonesia putri yang tangguh, mulai dari level Asia Tenggara.