3 Alasan Sebaiknya Kompetisi Liga 1 2021 Ditunda
FOOTBALL265.COM - Saat ini banyak pihak yang meminta kompetisi Liga 1 2021 untuk ditunda, karena terjadi lonjakan kasus Covid-19.
Kasus Covid-19 yang melanda Indonesia akhir-akhir ini terus meningkat jumlah orang yang terpaparnya. Per hari ini saja, Selasa (08/02/22) total kasusnya mencapai 37.492.
Total sejak pertama kali virus Covid-19 diumumkan pada Maret 2020 lalu, mencapai 4.580.093. Dari jumlah tersebut, sebanyak 4.202.312 telah pulih.
Pasien yang telah dinyatakan sembuh dari infeksi virus corona bertambah 10.708 dari hari sebelumnya.
Kemudian, sebanyak 144.719 di antaranya meninggal dunia. Pasien yang meninggal dunia akibat terinfeksi virus corona bertambah 83 dari hari sebelumnya.
Meningkatnya lonjakan kasus Covid-19 dengan varian baru delta dan omicron, berimbas terhadap semua sektor salah satunya kompetisi sepak bola, Liga 1 2021 yang tengah bergulir saat ini.
Banyak pihak yang meminta opertator Liga, PT LIB dan PSSI untuk menunda lanjutan kompetisi. Kemudian PSSI meresponsnya lewat ketua umum mereka, Mochamad Iriawan.
"Jadi memanng kita harus jalan meski situasi sekarang dalam peningkatan Covid Omicron ya," kata Mochamad Iriawan kepada awak media, Minggu (30/01/22).
"Kita tahu mereka hanya dua tiga hari karantina mandiri selesai."
"Untuk klub kompetisi, saya minta klubnya untuk betul-betul bisa mengawasi para pemainnya, dan menerapkan prokes yang ketat," sambungnya.
Liga 1 2021 sendiri sempat terhenti pada November 2021 lalu. Bukan karena kasus Covid-19 melainkan karena adanya gelaran Piala AFF 2020.
Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk dukungan untuk perjuangan Timnas Indonesia, dan juga untuk klub yang tak bisa tampil dengan kekuatan terbaiknya lantaran sejumlah pemain pilar dipanggil memperkuat Timnas Indonesia.
Jika nasionalisme mampu diutamakan, tidak ada salahnya Liga 1 2021 kembali ditunda setelah melihat beberapa alasan berikut ini.
1. Banyak Pemain Positif Covid-19
PSSI dan PT LIB memang telah menerapkan sistem bubble untuk menggelar kompetisi seri keempat ini di Bali. Namun nyatanya, bubble itu tidak berjalan dengan semestinya.
Tak adanya penjagaan yang ketat membuat banyak pemain justru pergi berlibur ke sejumlah tempat wisata di Bali, saat kompetisi tengah jeda karena Piala AFF 2020 lalu.
Hasilnya, seperti bom waktu. Ketika kompetisi kembali digulirkan dan para pemain harus menjalani protokol kesehatan dengan salah satunya tes PCR, banyak pemain yang hasilnya positif.
"Totalnya ada 52 pemain dan 16 ofisial dari 12 tim," ujar Alfan Nur Asyhar seperti dilansir dari Antara.
Maka tidak heran ada klub yang harus menjalani suatu pertandingan dengan skuat seadaanya, bahkan jumlah pemainnya di bawah minimal regulias yaitu membawa 14 pemain. Ada tim yang hanya membawa 12 pemain.
Banyaknya pemain yang harus menjalani karantina adalah penyebab klub tak bisa membawa banyak pemain untuk bertanding.
PPKM Level 3
Pemerintah melalui Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan, memberitahu bawha sejumlah daerah kembali menerapkan status PPKM level 3.
Daerah tersebut yakni aglomerasi Jabodetabek, Daerah Istimewa Yogyakarta, Bali, dan Bandung Raya.
Artinya, kegiatan masyarakat benar-benar harus dibatasi mengingat kasus positif Covid-19 terus melonjak, termasuk kompetisi Liga 1 yang penetapan prokesnya sedikit longgar.
Desakan Banyak Pihak
Saran penundaan Liga 1 musim ini karena banyak pemain dan staf klub terpapar virus Covid-19, membuat sejumlah pihak mendesak operator liga untuk menundanya.
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil misalnya. Menurutnya keselamatan semua orang adalah yang nomor satu.
"Saran saya, di manapun urusan kehidupan kalau sudah emergency Covid-19 harus diambil tindakan yang terukur. Kalau semua tidak bisa main karena pandemi, ya saya rekomendasi untuk dihentikan sementara," kata dia di Kabupaten Tasikmalaya.
Desakan juga mengalir dari ketua komisi IV DPRD Bali, I Gusti Putu Budiarta. Pria yang karib disapa Gung Budiarta itu khawatir dengan kasus Covid-19 yang terus meningkat.
"Itu untuk mengamankan supaya tidak terjadi lonjakan Covid-19," kata Gung Budiarta dikutip dari Tribun Bali.
"Karena ini di Bali kejadiannya, dan termasuk masyarakat Bali yang mudah terdampak."
"Alangkah baiknya sebelum kita tahu Covid-19 itu yang kena siapa datanya, lakukan dulu penundaan sementara," ujarnya.
Dalam dunia olahraga, sportifitas memang harus dijunjung tinggi. Namun keselamatan nyawa manusia berada di atas segala-galanya.