4 Momen Tembakan Gas Air Mata di Sepak Bola Indonesia, Tragedi Kanjuruhan Paling Brutal!
FOOTBALL265.COM - Berikut adalah empat momen tembakan gas air mata oleh aparat keamanan di sepak bola Indonesia. Tragedi Kanjuruhan menjadi aksi yang paling brutal.
Gas air mata adalah senjata kimia berupa gas yang digunakan untuk melumpuhkan orang lain dengan menyebabkan iritasi pada mata, dan/atau sistem pernapasan.
Gas air mata tertuang dalam FIFA Safety Regulations, khususnya pasal 19 ayat b. Dalam aturan tersebut FIFA mengharamkan penggunakan gas air mata di dalam stadion.
Namun, baru-baru ini, Liga Indonesia mengguncang dunia usai pertandingan Arema FC vs Persebaya, Sabtu (01/10/22) malam berakhir tragis karena gas air mata.
Tercatat per hari ini, Rabu (05/10/22), ada 131 orang yang meninggal dunia, karena terlalu banyak terpapat gas air mata, dan mereka berdesakan saat keluar Stadion Kanjuruhan.
Berikut ini INDOSPORT merangkum empat aksi pelemparan gas air mata yang pernah terjadi di perjalanan sepak bola Indonesia.
1. Liga Primer Indonesia 2012
Aparat pernah berupaya menghalau penonton yang turun ke lapangan dalam pertandingan Liga Primer Indonesia (IPL) di Stadion Gelora Bung Tomo, 3 Juni 2012.
Saat itu, Persebaya 1927 vs Persija. Insiden bermula saat sebagian pendukung Persebaya (Bonek) turun ke lapangan untuk mengambil spanduk setelah pertandingan.
Namun aksi itu mendapat perlawanan dari pihak keamanan yang berusaha menghalau mereka. Suporter mulai melempari benda, polisi lantas menembakkan gas air mata.
Satu orang dikabarkan meninggal dunia setelah kekurangan oksigen dan terinjak saat berdesakan di pintu ke luar stadion. Momen ini dikenal sebagai Argapani, atau singkatan dari Arogansi Aparat Tiga Juni.
1. 2. Liga Indonesia 1996/1997
Momen penembakan gas air mata yang tak kalah menyita perhatian adalah semifinal Liga Indonesia 1996/1997 di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, 26 Juli 1996.
Duel yang mempertemukan Mitra Surabaya melawan Bandung Raya itu harus dihentikan pada menit ke-63, karena ada gas air mata yang menyasar ke salah satu bench pemain.
Aparat awalnya ingin menembak gas air mata ke arah tribun penonton, ternyata ia keliru. Asap pedas justru menyebar di tepi lapangan, membuat pemain kelimpungan.
Sebagian pemain bahkan kesulitan bangkit dan terlihat mengalami sesak napas, hingga harus mendapat pertolongan tim medis.
Pertandingan semifinal Liga Indonesia 1996/97 akhirnya dihentikan secara darurat, dan baru dilanjutkan esok harinya. Bandung Raya menang atas Mitra Surabaya, skor 1-0.
3. Kualifikasi Piala Dunia 2019
Jejak penggunaan gas air mata juga sempat menjalar hingga ke laga Timnas Indonesia, tepatnya saat aparat membubarkan massa usai Kualifikasi Piala Dunia tahun 2019 silam.
Saat itu, Timnas Indonesia berhadapan dengan Malaysia di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Kamis (05/09/19).
Dalam laga ini, kericuhan sudah pecah di tengah laga, sejumlah penonton Indonesia menyerang kelompok suporter Malaysia, mengakibatkan sejumlah penonton luka.
Timnas Indonesia akhirnya kalah dengan skor 2-3. Hasil ini membuat situasi semakin tidak terkendali. Massa berontak, sedang aparat harus melindungi para pemain.
Aparat keamanan pun melemparkan gas air mata dari arah tribun VVIP ke gate 1. Namun aksi ini tidak berlangsung lama, dan aparat diminta berhenti lewat pengeras suara.
2. 4. Liga 1 2022/2023
Kompetisi Liga 1 2022/2023 pekan ke-11 berubah menjadi tragedi. Hal ini berawal dari kekalahan Arema FC atas Persebaya Surabaya saat derby, Sabtu (01/10/22).
Aremania turun ke lapangan setelah tim kebanggaannya kalah dengan skor akhir 2-3. Menurut informasi, mereka masuk untuk menguatkan para pemain Arema.
Namun, semakin banyak suporter yang turut ke lapangan, ada pula yang melempar botol ke penggawa Persebaya, mau tak mau aparat bertindak untuk menghalau massa.
Situasi yang tidak kondusif di lapangan memaksa aparat keamanan menembakkan gas air mata, hanya saja senjata kimia itu justru diarahkan ke tribun yang banyak penonton.
Nahasnya, jalan keluar stadion Kanjuruhan yang sempit membuat banyak orang terhimpit, belum lagi paparan gas air mata mengganggu pernafasan, 131 orang yang mayoritas suporter Arema FC setidaknya meninggal dunia.