Diabaikan Belanda dan Korsel, Jasper ter Heide Bisa Jadi Saingan Asnawi di Timnas Indonesia
FOOTBALL265.COM - Jasper ter Heide sebaiknya memang mulai berpikir untuk bergabung dengan timnas Indonesia sebagai pemain naturalisasi saja saat ini.
Dengan tidak kunjung datangnya tawaran untuk membela Belanda dan juga Korea Selatan, maka tentunya ia hanya punya satu pilihan realistis tersisa untuk karier internasionalnya.
Lahir di Amsterdam, Belanda, 23 tahun yang lalu, Ter Heide mendapatkan darah Indonesia dari ibundanya.
Sementara itu akar keturunan Korea Selatan berasal dari ayahnya yang sejak masih muda sudah tinggal di Belanda karena diadopsi.
Maka dari itu, Ter Heide punya kesempatan untuk membela tiga timnas sekaligus yakni Belanda, Indonesia, dan juga Korea Selatan.
Prioritasnya saat ini adalah berbaju De Oranje yang sudah ia perkuat tim juniornya di level U-15, U-16, dan U-19.
Hanya saja kini Jasper ter Heide belum dianggap pantas untuk mendapat caps senior seperti rekan seangkatannya macam Matthijs de Ligt, Donyell Malen, Tyrell Malacia, atau Noa Lang.
Faktor kedekatan dengan budaya Korsel berkat didikan sang ayah juga membuat Ter Heide merasa ingin dipanggil oleh Taegeuk Warriors.
Sayangnya, tidak mudah untuk bisa mendapatkan paspor dari negeri gingseng. Ada syarat berat yang harus setiap pemohon kewarganegaraan jalani.
Yang pertama adalah tinggal di Korea Selatan minimal selama setengah tahun dan juga mau untuk mengikuti wajib militer.
1. Cukup Sukses di Liga Belanda
Terutama juga ayah Ter Heide pun tidak memiliki status kewarganegaraan Korsel.
Amat disayangkan jika nantinya ia gagal untuk memperkuat timnas manapun karena sejatinya merupakan pemain berbakat.
Jasper ter Heide dibesarkan oleh akademi Ajax Amsterdam. Sejak 2014 namanya sudah tercantum dalam daftar siswa De Godenzonen setelah sebelumnya sempat menimba ilmu sepak bola bersama AZ Alkmaar.
Mengingat partisipasinya bersama sangara Belanda di kelompok umur, sudah pasti bakatnya termasuk yang paling menonjol.
Hanya saja kesempatan untuk debut bersama tim senior Ajax tidak kunjung datang dan pada 2020 lalu Ter Heide memutuskan untuk hijrah ke SC Cambuur.
Walaupun saat itu Cambuur berada di divisi kedua Liga Belanda, Eerste Divisie, namun ia tidak keberatan karena di sana ia mendapatkan banyak jam terbang.
Bahu membahu bersama pemain berdarah Indonesia lain, Ragnar Oratmangoen, Jasper ter Heide pun sukses membawa SC Cambuur meraih tiket promosi ke kasta tertinggi, Eredivisie, musim 2020/2021.
Total 23 pertandingan berbuah 2 assist ia catatkan sepanjang musim. Karakter sebagai pemain versatile pun Ter Heide dapatkan usai memperankan lebih dari satu posisi seperti bek kanan maupun kiri hingga gelandang tengah juga bertahan.
Hingga kini Ter Heide masih setia bersama Cambuur meski tidak lagi menjadi pemain inti setiap pekan.
Pada medio Oktober lalu ia bahkan mencetak gol Eredivisie pertamanya kala membantu tim mengalahkan Fortuna Sittard. Lesakan tersebut tercipta lewat tendangan keras dari luar kotak penalti.
2. Pesaing Top untuk Asnawi?
Gol tersebut menjadi penanda jika Jasper ter Heide tetaplah pemain berkualitas dan bisa menambah bobot timnas Indonesia.
Saat ini posisi gelandang tengah, gelandang bertahan, dan juga fullback di Tim Garuda sudah cukup punya personel oke namun tidak ada salahnya menambah opsi.
Ter Heide bisa menjadi pesaing bagi Asnawi Mangkualam yang juga punya kelebihan sebagai pemain versatile.
Asnawi memang saat ini lebih dominan beroperasi sebagai bek kanan namun sejatinya penggawa Ansan Greeners itu adalah gelandang bertahan.
Usianya keduanya pun sebaya, 23 tahun, sehingga akan sangat menarik melihat persaingan internal yang sehat diantara mereka nantinya.
Ter Heide sebenarnya juga mau untuk dinaturalisasi menjadi pemain timnas Indonesia namun sayangnya prioritasnya yang teratas adalah Belanda dan Korea Selatan.
Andai saja ia paham jika saat ini Merah-Putih sudah mulai berbenah ke arah yang lebih baik dan punya proyek menjanjikan di bawah pelatih asal Korea Selatan, Shin Tae-yong.
Banyak pemain keturunan dan naturalisasi coba dipanggil untuk terus menggenjot prestasi skuat kebangsaan. Contoh paling sukses adalah Elkan Baggott dan Marc Klok.
Jasper ter Heide boleh masih bersikeras jika timnas Indonesia hanyalah pilihan ketiga di belakang dua negara lain yang jauh lebih maju.
Akan tetapi ia juga harus mulai berpikir realistis agar waktunya jangan habis untuk menanti sesuatu yang rasanya tidak pasti.