Suarakan Perbaikan Sepak Bola Indonesia, Arema FC Tak Ingin Tragedi Kanjuruhan Terjadi Lagi
FOOTBALL265.COM - Manajemen Arema FC terus memberikan perhatian terhadap hal-hal yang ditimbulkan dari tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022.
Termasuk dalam meringankan beban keluarga korban meninggal, penanganan korban luka hingga memberikan akses konseling psikolog terhadap siapapun yang terdampak insiden tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung.
Demi memberikan respons cepat terhadap korban yang membutuhkan, Arema FC tetap membuka crisis center yang bertempat di Kandang Singa, Kantor Arema FC Jalan Mayjend Pandjaitan no 42 Kota Malang.
 Hal ini dilakukan untuk menjangkau Aremania korban tragedi Kanjuruhan yang membutuhkan akses bantuan.
âKami tidak tinggal diam, setelah menyelesaikan bantuan bagi seluruh korban baik yang meninggal, luka berat dan luka ringan, bahkan juga memberikan beasiswa bagi korban yatim piatu. Crisis center masih kami buka di Kandang Singa untuk Aremania yang menbutuhkan bantuan,â ungkap Presiden Arema FC, Gilang Widya Pramana pada Minggu (23/10/22).
Setelah semua korban tertangani dan mendapatkan perhatian, manajemen Arema FC berusaha fokus pada percepatan pemulihan kondisi. Diakui bahwa tragedi Kanjuruhan memberikan pukulan telak kepada seluruh elemen, termasuk pemain.
âSelanjutnya kami membantu proses recovery fisik dan mental dari para pemain dan official yang sangat terpukul efek tragedi kanjuruhan. Tidak ada satu pun pemain yang tidak terpukul atas kejadian ini, tetapi kami harus bangkit dan pulih,â tambah Gilang.
1. Dukung Usut Tragedi Kanjuruhan
Dari sisi proses hukum, manajemen Arema FC saat ini juga tengah menjalani proses pemeriksaan sebagai saksi atas terjadinya insiden di Kanjuruhan.
“Terkait tragedi Kanjuruhan, sikap kami jelas, kami berduka dan kami siap koperatif terkait segala proses yang sedang dilakukan,” sambung Gilang.
Arema FC sendiri dengan tegas masih berada di jalur yang sama sesuai dengan apa yang disuarakan oleh suporter yang menginginkan perbaikan sepak bola Indonesia.
“Kami juga menginginkan tragedi ini adalah yang terakhir di sepakbola Indonesia dan menjadi bahan intropeksi seluruh stakeholder sepak bola nasional, baik federasi, klub maupun suporter demi perbaikan pesepakbolaan Indonesia."
"Kami berdiri untuk pemain dan suporter, sehingga kami berharap tragedi Kanjuruhan ini bisa diusut secara tuntas oleh semua pemangku kebijakan. Tidak ada sepakbola yang melebihi nyawa,” tegas Gilang.