Kronologi Juventus Dihukum Pengurangan 15 Poin di Liga Italia
INDSPORT.COM - Runutan kronologi yang membuat Juventus harus dijatuhi sanksi pengurangan 15 poin di klasemen Liga Italia (Serie A) musim ini.
Nasib sial harus dialami oleh klub Liga Italia, Juventus, yang baru-baru ini mendapat sanksi pengurangan poin dari Federasi Sepak Bola Italia (FIGC).
Sanksi tersebut diberikan sebagai buntut dugaan manipulasi laporan keuangan klub, termasuk soal nilai transfer sejumlah pemain yang didatangkan.
Akibatnya, Juventus disanksi pengurangan 15 poin di tabel klasemen sementara Liga Italia saat ini.
Tidak terima, Bianconeri pun melawan dan siap mengajukan banding atas putusan FIGC dalam kasus yang di Italia disebut plusvalenza tersebut.
FIGC bukan hanya memberikan sanksi terhadap klub, tetapi juga beberapa petingginya di jajaran manajemen.
Seperti Andrea Agnelli, Fabio Paratici, dan Maurizio Arrivabene, juga mendapatkan sanksi larangan aktivitas di pentas sepak bola Italia.
Tidak berhenti sampai di situ, Direktur Olahraga Juventus Federico Cherubini juga mendapatkan sanksi larangan beraktivitas di pentas sepak bola Italia selama 16 bulan.
Juventus dilaporkan memiliki waktu selama 30 hari untuk mengajukan banding atas putusan FIGC tersebut.
Tim asal Kota Turin ini pun siap menggunakan kesempatannya dan bakal mengajukan banding ke Dewan Jaminan Olahraga, yang berada di bawah Komite Olimpiade Italia (CONI).
Lantas seperti apa kronologi jelasnya sehingga tiba-tiba sepak bola Italia digemparkan dengan sanksi pengurangan poin Juventus?
1. Kronologi Juventus Disanksi
Juventus dihukum pengurangan 15 poin akibat laporan keuangan yang dimanipulasi untuk periode 2019, 2020 dan 2021.
Di tahun-tahun tersebut, Juventus diduga menggelembungkan nilai jual pemain dalam beberapa transfer, demi meningkatkan pendapatan klub untuk modal dalam anggaran.
Imbas situasi ini, para petinggi klub termasuk Andrea Agnelli, Pavel Nedved, dan Maurizio Arrivabene mengundurkan diri pada akhir 2022 lalu.
FIGC sebenarnya sudah menyelidiki kasus ini sejak musim lalu, tetapi Juventus divonis tidak bersalah.
Namun FIGC kembali membuka kasus ini, atas persetujuan Pengadilan Banding Federal setelah jaksa penuntut FIGC, Giuseppe Chine, menyampaikan permohonan.
Tetapi kasus Pengadilan Banding Federal membolehkan kasus ini dibuka kembali hanya untuk melawan Juventus, meski beberapa klub lain juga terlibat yakni Sampdoria, Empoli dan Genoa.
Chine pada awalnya meminta pengurangan sembilan poin untuk Juventus.
Selain itu, para petinggi seperti Andrea Agnelli, Fabio Paratici, Federico Cherubini, dan para pejabat direksi lainnya juga dituntut hukuman.
Namun, Pengadilan Banding Federal memutuskan hukuman yang lebih berat untuk Juventus, yaitu pengurangan 15 poin.
Hukuman itu langsung berdampak bagi tim besutan Massimiliano Allegri, dengan turun ke peringkat ke-10 mengoleksi 22 poin. Sebelumnya Juventus bertengger di peringkat tiga besar.
2. Pernyataan Juventus
“Berdasarkan keputusan tersebut, Pengadilan Banding Federal telah menolak keputusan banding yang diajukan oleh Kantor Kejaksaan Federal terhadap keputusan Pengadilan Federal Nasional,” tuls laman resmi Juventus.
“Juventus dan pihak lainnya didakwa karena tentang adanya pelanggaran disiplin sehubungan dengan kasus transfer pemain dan laporan keuangan,”
“Oleh sebab itu, kami menunggu pubilkasi alasan keputusan tersebut dan saat ini mengumumkan pengajuan banding ke Dewan Jaminan Olahraga sesuai dengan ketentuan kode peradilan olahraga,” imbuhnya.
Sekitar dua tahun lalu, COVISOC, badan pengawas untuk Serie A, membuka investigasi terhadap "lusinan" kesepakatan yang melibatkan nilai transfer pemain.
Temuan tersebut diteruskan kepada Jaksa Penuntut Umum Turin, yang lantas membuka penyelidikan kriminal pada Mei 2021 dengan nama 'Investigasi Prisma'.
Menurut investigasi tersebut, sebanyak 14.000 halaman dokumen hasil penyadapan dan dokumen elektronik berisikan bukti beberapa kasus pemalsuan laporan tahun finansial 2018/19 sampai 2020/21.
Dipalsukan lewat keuntungan modal fiktif dari transfer dan peminjaman pemain serta penghematan fiktif hasil pemotongan gaji pemain.