5 Comeback Terbaik di Fase Gugur Liga Champions, dari Remotanda Barcelona sampai Man United 1999
FOOTBALL265.COM - Babak 16 besar Liga Champions 2022/2023 akhirnya akan kembali bergulir pada tengah pekan ini. Para penikmat sepakbola dijamin bakal disuguhi banyak laga seru.
Boleh dibilang belum ada klub yang bisa benar-benar yakin akan lolos ke perempat final. Bahkan tidak juga Real Madrid yang punya keunggulan agregat 5-2 atas Liverpool.
Besar kemungkinan akan banyak comeback terjadi di leg kedua nanti terutama karena cukup banyak skor yang hanya dipisahkan satu atau dua gol saja.
Dalam sejarahnya, panggung Liga Champions sudah banyak menyaksikan comeback-comeback hebat. Tidak heran jika kompetisi ini punya prestis tertinggi di dunia untuk level klub.
Berikut ini adalah lima kisah pembalikan keadaan terbaik di fase gugur Liga Champions dari masa ke masa.
1. Manchester United 2-1 Bayern Munchen (Final 1998/1999)
Tidak lengkap membahas tentang comeback jika tidak membahas Manchester United, klub dengan DNA clutch yang mendarah daging sekaligus pelakon salah satu laga terbaik dalam sejarah Liga Champions.
Di final edisi 1998/1999, mereka dihadapkan dengan Bayern Munchen. Kedua klub punya misi yang sama-sama vital dengan Die Roten ingin akhiri puasa trofi 'Kuping Besar' sejak 1976 sementara The Red Devils hendak melengkapi treble winners mereka.
Unggul di enam menit pertama berkat gol cepat Mario Basler yang bertahan sampai 90 menit waktu normal berjalan, Bayern sepertinya bakal jadi pemenang di Camp Nou. Panitia bahkan sudah menghias trofi dengan pita warna kebesaran sang raksasa Jerman.
Namun United berkata lain. Dua pemain pengganti mereka yakni Teddy Sheringham dan Ole Gunnar Solskjaer mampu mencetak dua gol di masa injury time berkat sepak pojok David Beckham.
Saat gol Solskjaer tercipta, sontak para pemain Bayern terjatuh ke atas rumput seolah tidak percaya apa yang sudah terjadi. Wasit Pierluigi Collina bahkan sampai harus membantu mereka untuk berdiri dan melanjutkan detik-detik terakhir pertandingan.
1. 2. AC Milan 3-3 Liverpool (a.p 2-3) (Final 2004/2005)
Final memang seharusnya menjadi puncak drama sebuah kompetisi dan itupun belum cukup untuk menggambarkan bagaimana serunya partai akhir Liga Champions 2004/2005 antara AC Milan vs Liverpool.
Bermain di Atatürk Olympic Stadium di Istanbul, Turki, I Rossoneri benar-benar berada di atas angin usai unggul sejak menit pertama via lesakan Paolo Maldini dan menutup babak pembuka dengan skor 3-0 berkat brace Hernan Crespo.
Sang jawara Italia masuk ruang ganti dengan kepala tegak. Seolah mereka sudah tahu jika mereka bakal jadi juara terlebih dengan pengalaman enam kali memenangi UCL di masa lampau. Sayangnya Liverpool ogah untuk kalah sebelum peluit panjang dibunyikan.
Pada paruh kedua, The Reds mampu menyamakan skor hanya dalam tempo kurang dari sepuluh menit usai Steven Gerrard, Vladimir Smicer, dan Xabi Alonso bergiliran menjebol gawang Nelson Dida.
Laga pun berlanjut ke babak tambahan dan adu penalti. Serginho, Andrea Pirlo, dan Andriy Shevchenko yang maju sebagai algojo AC Milan gagal melaksanan tugasnya dan Liverpool berhak menjadi juara usai unggul 2-3 di babak penentuan tersebut.
3. AS Roma 3-0 Barcelona (agg. 4-4) (Perempat final 2017/2018)
Tidak ada yang mengunggulkan AS Roma saat mereka berjumpa dengan Barcelona di delapan besar Liga Champions 2017/2018. Meski Los Cules musim itu baru menjual Neymar namun Lionel Messi dan Luis Suarez saja sudah cukup membuat mereka lebih besar ketimbang I Lupi.
Benar saja, di leg pertama Serigala Italia hancur lebur karena gawang mereka jebol empat kali. Beruntung mereka masih bisa mencuri satu gol tandang via kaki Edin Dzeko.
Satu gol itulah yang menjadi modal AS Roma untuk melakukan comeback di kandang mereka sendiri, Olimpico. Tanpa diduga mereka bisa membalikkan keadaan berkat kemenangan tiga gol tanpa balas.
Start yang baik dapat mereka tunjukkan dengan mendapatkan gol kilat di menit keenam. Daniele De Rossi yang mencetak lesakan bunuh diri di leg pertama pun bisa membayar tuntas dosanya dengan mengukir gol kedua.
Saat waktu normal hanya menyisakan sepuluh menit, Konstantinos Manolas kemudian menjadi pengubur Barcelona dengan gol sundulannya memanfaatkan umpan crossing Cengiz Under. AS Roma kemudian memang tersingkir di semifinal namun kisah mereka di delapan besar akan selalu dikenang.
2. 4. Liverpool 4-0 Barcelona (agg. 4-3) (Semifinal 2018/2019)
Setelah menjadi pecundang di musim sebelumnya karena dipermalukan oleh AS Roma, Barcelona bertekad untuk menjadi juara Liga Champions di 2018/2019. Sayangnya mereka berjumpa Liverpool di empat besar.
Di leg pertama yang dimainkan di Camp Nou, Lionel Messi cs bisa menang 3-0 berkat brace La Pulga plus satu lesakan tambahan dari Luis Suarez. Hanya saja mereka membuang terlalu banyak peluang yang harusnya bisa melukai The Reds lebih dalam.
Barcelona tidak tahu jika mereka akan menyesali hal itu di leg kedua. Masing-masing dwigol dari Divock Origi dan Gini Wijnaldum membuat Liverpool bisa membalikkan agregat menjadi 4-3.
Liverpool semakin bisa tersenyum karena tidak hanya bisa lolos ke final Liga Champions, namun sekaligus bisa mengakhiri puasa gelar panjang mereka.
Trofi tersebut menjadi trofi pertama mereka di bawah asuhan Jurgen Klopp yang kemudian diikuti dengan sejumlah capaian top lainnya hingga kini.
5. Barcelona 6-1 Paris Saint-Germain (agg. 6-5) (16 besar 2016/2017)
Dua kali sudah Barcelona menjadi korban dalam daftar ini namun mereka tetaplah tim dengan kisah comeback terbaik sepanjang masa di Liga Champions usai mengalahkan Paris Saint-Germain (PSG) di fase knock-out pertama musim 2016/2017.
Secara mengejutkan, El Barca tumbang 4-0 di leg pertama dari Les Parisiens. Meskipun bermian tandang, namun ini adalah tim Barcelona yang masih memiliki trio Lionel Messi, Neymar, dan Luis Suarez.
Saat publik sama sekali tidak tidak menyangka akan ada comeback di leg kedua, Barcelona justru bisa melakukannya. Tidak tanggung-tanggung, mereka balik membantai PSG 6-1 di Camp Nou.
Gol pamungkas yang memastikan kemenangan mereka dicetak oleh Sergi Roberto di masa injury time babak kedua. PSG benar-benar tidak menyangka mereka tersingkir dari Liga Champions dengan skenario terburuk yang pernah ditulis.
Hingga kini kisah comeback Barcelona atas PSG abadi dengan nama La Remontada yang dalam bahasa Spanyol berarti comeback atau membalikkan keadaan.