Dari Kaoru Mitoma Sampai Yanto Basna, Para Pesepakbola Sarjana yang Bisa Ditiru Hokky Caraka
FOOTBALL265.COM - Penggawa timnas Indonesia U-20, Hokky Caraka, tengah berada dalam sorotan negatif dari para pecinta sepakbola tanah air.
Usai dianggap vokal dan berani dalam mengemukakan pendapatnya pada Ganjar Pranowo soal batalnya Indonesia menjadi tuan rumah sekaligus peserta Piala Dunia U-20 2023, kini ia justru dihujat karena melalaikan pendidikan.
Hal ini terkait komentar terbaru Hokky pada media yang menyatakan jika ia kesal dengan pembatalan Piala Dunia U-20 2023. Salah satu alasan kenapa ia tidak senang adalah karena sudah begitu banyak pengorbanan yang dilakukannya untuk bisa menjadi pemain Garuda Muda.
Hokky rela meninggalkan bangku sekolah di usianya yang baru 18 tahun demi mimpinya menjadi pemain profesional. Karena itulah ia kesal karena baginya Piala Dunia U-20 2023 adalah pijakannya untuk meniti karier yang lebih baik.
"Saya sendiri sudah tiga tahun ninggalin sekolah demi Indonesia. Jadi kalau beneran di banned, saya sudah ngga punya ilmu apa-apa. Ngga punya bekel untuk profesi apalah itu," beber Hokky Caraka yang memiliki 12 caps di timnas Indonesia U-20 itu.
Kontan saja komentar tersebut membuat netizen gusar. Mereka yang awalnya sempat simpati kemudian balik mengkritisi pola pikir remaja asal Gunung Kidul, Yogyakarta, tersebut.
Publik menilai jika Hokky sudah salah menelantarkan sekolah demi sepakbola. Terutama ketika mereka tahu bahwa pemain milik PSS Sleman itu mulai menekuni si kulit bundar karena memang malas sekolah.
Sebagian lain ikut mempertanyakan sistem pengembangan pemain usia muda di Indonesia yang menyebabkan Hokky bisa dengan begitu saja tidak menekuni sekolah. Andai terjadi apa-apa terhadap kariernya, dengan ilmu dari sekolah ia harusnya bisa memilih jalan hidup lain.
Akan tetapi ada baiknya untuk tidak menyudutkan penyerang berbakat yang satu ini. Toh, ia masih muda dan Hokky Caraka sendiri sudah merilis permintaan maaf atas komentarnya tersebut.
Mungkin kita hanya perlu memberikan referensi padanya jika pemain sepakbola juga bisa pintar dan belajar hingga jenjang perguruan tinggi sekalipun. Seperti para pemain top dari dalam maupun luar negeri berikut ini.
1. 1. Juan Mata
Sebenarnya jika mau dibahas semua, para pemain profesional di Eropa yang mengantongi gelar sarjana sangat banyak sekali. Bukan hal aneh lagi saat ini di benua biru para bintang top masuk dalam perguruan tinggi baik sebelum debut senior, saat masih aktif bermain, maupun pasca pensiun dari lapangan hijau.
Maka dari itu kami memilih beberapa contoh yang terkenal saja. Salah satunya Juan Mata. Pemain asal Spanyol yang identik dengan kesan elegan, cerdas, hebat, dan tentunya berpendidikan.
Mata yang saat ini masih aktif merumput di usia 35 bersama Galatasaray adalah salah satu pemain yang sangat memperhatikan pentingnya pendidikan meski ia sudah punya trofi Liga Champions dan bahkan Piala Dunia.
Tidak tanggung-tanggung, jebolan akademi Real Madrid yang besar bersama Valencia, Chelsea, dan Manchester United itu punya dua gelar sekaligus di bidang Ilmu Olahraga dan Marketing dari Universitas Camilo Jose Cela.
Bila pensiun nanti, maka Mata punya banyak opsi andai mau terus bekerja. Ia dapat terjun ke dunia kepelatihan atau bahkan menjadi agen. Pengalaman sebagai pemain semakin menambah daya tawarnya pula.
2. Kaoru Mitoma
Tidak lengkap rasanya jika membahas pesepakbola sarjana tanpa menyebut nama Kaoru Mitoma. Pemain internasional Jepang yang satu ini bahkan sukses menjadi sensasi karena orang-orang menyadari betapa jeniusnya ia.
Mitoma sejak awal memang menomorsatukan pendidikan. Bahkan ketika ia masuk dalam jajaran pemain paling brilian di akademi Kawasaki Frontale. Alih-alih menerima promosi dari tim U-18 ke tim senior, pemain yang saat ini berusia 25 tahun itu memilih untuk masuk kuliah dan bermain di tim kampus Universitas Tsukuba.
Bukannya tidak percaya diri, Mitoma justru ingin mengembangkan skill-nya di sana dengan melakukan penelitian serius. Skripsi sang winger untuk lulus adalah mengenai kelihaian dribel yang dibuat dengan pengumpulan data via kamera aksi.
Hasilnya karier Mitoma meroket setinggi-tingginya setelah itu. Kini ia bermain untuk tim kuda hitam Liga Inggris, Brighton and Hove Albion, usai hanya satu musim penuh saja menikmati Liga Jepang bersama Kawasaki Frontale.
Musim ini sembilan gol dan enam assist sudah ia kantongi di semua ajang. Tidak menutup kemungkinan Kaoru Mitoma akan jadi pemain Asia terhebat dalam satu atau dua tahun ke depan.
2. 3. Yanto Basna
Jika ingin mengambil contoh pemain lokal, maka sampelnya pun juga ternyata lumayan banyak. Kita ambil saja Yanto Basna, mantan bek timnas Indonesia asal Papua.
Basna adalah lulusan Universitas Negeri Yogyakarta dengan gelar Sarjana Olahraga. Ia kualih dengan bekal beasiswa dari PSSI karena membantu timnas U-19 menjuarau Piala AFF junior 2013.
Kuliah bukan sesuatu yang mudah bagi Basna. Selain waktu yang mepet dengan jadwal latihan maupun bertanding, motivasinya sempat diuji kala rekan-rekannya sesama penerima beasiswa mulai malas-malasan karena berbagai alasan.
Beruntung semangat dalam dirinya cukup tinggi dan berkat bantuan dosen-dosennya, Basna bisa lulus pada Juni 2020 lalu bahkan dengan ujian skripsi jarak jauh alias online.
Di Indonesia, jarang ada pemain yang punya karier sebaik dirinya. Basna pernah berkiprah di Thailand bersama Khon Kaen, Sukhothai, dan PT Prachuap. Andai tidak terkendala cedera, mungkin pria 28 tahun yang juga sempat membela Persib Bandung dan Sriwijaya ini kini tengah aktif bermain.
4. Andres Iniesta
Kembali ke Eropa, ada nama Andres Iniesta. Seseorang yang harusnya tidak butuh menimba ilmu di bangku kuliah lagi dengan kehebatannya bermain sepakbola.
Iniesta adalah pemain dengan raihan trofi sebagai berikut. 8 Liga Spanyol, 6 Copa del Rey, 7 Piala Super Spanyol, 4 Liga Champions, 2 Euro, dan 1 Piala Dunia. Ia pun pernah dinobatkan sebagai pemain terbaik Eropa pada 2012 lalu.
Tanyakan pada siapapun juga soal 10 gelandang terbaik dalam sejarah sepakbola maka nama Iniesta pasti disebutkan. Itulah bagaimana hebatnya bintang 38 tahun yang kini masih aktif tampil di Jepang untuk Vissel Kobe itu.
Iniesta tercatat punya dua gelar di Universitas Ramon Llull di jurursan Biologi dan Ilmu Olahraga. Tidak heran karena sejak masih di akademi Barcelona, La Masia, ia sudah diajarkan jika sepakbola bukan segalanya dan bila gagal menembus level pro masih ada kehidupan lain di luar sana.
La Masia tidak hanya menyediakan akademi sepakbola saja namun memastikan pemain binaannya tetap fokus pada sekolah. Mungkin inilah yang harus ditiru di Indonesia agar tidak ada pemain lain di masa depan seperti Hokky Caraka.
Baca berita sepakbola dan olahraga lainnya di Google News