Resmi Promosi! 4 Alasan Kenapa Liga Inggris Harus Waspadai Burnley Era Kompany
FOOTBALL265.COM - Burnley tidak mau lama-lama di kasta kedua Liga Inggris. Musim depan tim asuhan Vincent Kompany itu resmi kembali berlaga di Premier League.
Kepastian The Clarets mendapatkan tiket promosi ke divisi teratas diraih usai mengalahkan sesama tim papan atas Championship, Middlesbrough, pada Sabtu (08/04/23) dini hari tadi.
Bermain di Riverside Stadium sebagai tamu, Burnley mampu unggul cepat via gol Ashley Barnes di menit ke-12. Hanya saja di awal babak kedua penalti Chuba Akpom membawa tuan rumah menyamakan skor.
Beruntung Connor Roberts di menit ke-66 berhasil mengembalikan keunggulan sang favorit juara dan kedudukan tipis 1-2 bertahan sampai peluit panjang dibunyikan.
Kini mengoleksi 87 poin dari 39 laga, telah dipastikan Burnley tidak akan lagi keluar dari dua besar meskipun mereka kalah di tujuh sisa pertandingan 2022/2023 yang berhadiah promosi otomatis tanpa play-off.
Kompany yang baru menjadi pelatih mereka di awal musim ini mengaku tidak percaya akan sukses timnya. Legenda Manchester City merasa jika Burnley harusnya tidak secepat ini naik level namun ia menanggapinya dengan bahagia.
"Tentu saja tidak. Ini baru (periode) paskah dan masih ada tujuh laga tersisa namun kami sudah bisa berpesta," beber Vincent Kompany pada Sky Sports saat ditanya apakah ia memprediksi ini semua.
"Kami jelas ingin promosi ke Liga Inggris suatu hari nanti namun tidak secepat ini. (Tapi) terkadang lebih cepat memang lebih baik," tambahnya.
Dengan ini para klub Liga Inggris harus kembali memasukkan Burnley dalam daftar ancaman mereka musim depan.
Hanya saja level ancaman tersebut akan bertambah dengan adanya Kompany di posisi nakhoda tim. Apa sajakah yang membuat kombinasi keduanya begitu spesial? Simak ulasan berikut ini.
1. 1. Filosofi Menyerang nan Atraktif
Selama berada dalam komando Sean Dyche, manajer lama mereka yang mengabdi sejak 2012 hingga 2022, Burnley begitu erat kaitannya dengan gaya main yang ortodoks. Kick and Rush jadi pedoman mereka meski banyak yang menganggap filosofi itu sudah ketinggalan jaman.
Hasilnya? Cukup bervariasi. Dua kali mereka bisa promosi dari Championship ke Premier League namun dua kali pula The Clarets terdegradasi. Dyche sempat membawa timnya ke Liga Europa pada 2018/2019 namun hanya sampai ke babak play-off.
Vincent Kompany menawarkan perbedaan. Dengan bekal menjadi pemain Manchester City asuhan Pep Guardiola, ia pun mengubah Burnley jadi pemuja taktik tiki-taka ala Barcelona.
Hal ini dibuktikan dengan statistik dari FBref dimana Burnley tidak pernah keluar dari dua besar terbaik dalam kategori jumlah umpan (611,3), umpan akurat (502,7), akurasi (82%), umpan hidup yang berujung pada tembakan (17,6), dan penguasaan bola (63,4%) per 90 menitnya.
Tidak heran jika kemudian publik Turf Moor menjadi leih terhibur. Burnley yang selama ini mereka kenal kaku menjadi cair layaknya Barcelona.
2. Adaptasi Skuad yang Luar Biasa Cepat
Sukses Kompany untuk menyulap Burnley menjadi tim yang atraktif bukan merupaka proses yang mudah. Total manajer berpaspor Belgia itu harus melakukan bongkar pasang skuad besar-besaran.
Mengingat tim yang ia tangani baru terelegasi saat dirinya tiba, banyak pemain level Premier League yang kemudian hengkang karena tidak ingin tampil di Championship.
Alasan itu adalah salah satu penyebab kenapa ada 21 pemain yang meninggalkan Turf Moor sepanjang 2022/2023. Kompany pun bereaksi dengan mendatangkan 21 pemain pula.
Bukan urusan sepele melakukan adaptasi dengan masifnya gelombang pergerakan pemain seperti itu namun pada kenyataanya Kompany menguasai itu semua.
Salah satu rekrutan terbaik Bunrley musim ini adalah Nathan Tella, winger 23 tahun yang menjadi top skor liga mereka dengan 17 gol. Begitu juga dengan Bensol Hedilazio yang diboyong dari Belgia seharga 4 juta Euro dan mampu mengemas delapan gol untuk menjadi penyuplai gol ketiga terbanyak.
2. 3. Hanya Kalah Dua Kali
Burnley begitu tangguh usai dipoles sentuhan emas Vincent Kompany. Sejauh ini mereka baru menderita dua kekalahan saja di kasta kedua Liga Inggris meski sudah mengarungi 39 laga.
Klub juara Piala FA edisi 1913/1914 itu cuma tunduk di tangan Watford 1-0 dalam laga ketiga Championship yang mana masih dianggap masa transisi bersama manajemen baru.
Kemudian di tangan Sheffield United, pesaing utama mereka untuk menjadi juara pada pekan ke-20 dengan skor cukup telak 5-2. Masih sangat patut diwajarkan.
Yang patut disadari adalah bagaimana Kompany bisa menjaga konsistensi anak-anak asuhnya agar tidak tumbang di 37 pertandingan lainnya.
Ketahanan di kandang juga menjadi kunci. Belum sekalipun Turf Moor menjadi tempat publiknya menangisi kekalahan di ajang Championship.
4. Porak-porandakan Rekor Championship
Para klub besar Premier League boleh saja masih akan memandang sebelah mata Bunrley musim depan namun sebaiknya mereka memasang mode siaga.
The Clarets tampaknya bukan sekedar tim yang memenangkan promosi untuk kemudian langsung turun kasta lagi setelahnya. Kompany sudah menempa mereka jadi mesin penghancur rekor di Championship musim ini.
Burnley adalah tim dengan kepastian promosi otomatis tercepat yakni menyisakan tujuh laga. Mereka pun berpeluang besar untuk menjadi tim Championship dengan raupan poin terbanyak dalam semusim.
Saat ini rekor poin terbanyak masih dipegang Reading yang mengantongi 106 poin pada 2005/2006 silam. Andai bisa memenangkan semua laga sisa mereka maka Burnley bakal punya 108 poin.
Tentu itu bukan hal yang mustahil. Hanya saja jika Vincent Kompany memang menginginkan rekor tersebut, maka ia harus segera mengakhiri pesta promosi timnya dan kembali fokus pada laga selanjutnya.