Ada Penakluk MU! 5 Klub Top Eropa Bersejarah yang Bisa Terdegradasi Musim Ini
FOOTBALL265.COM - 2022/2023 bagi liga-liga top Eropa diprediksi akan jadi musim yang penuh dengan drama. Tidak cuma soal siapa yang bakal jadi juara namun juga yang turun kasta.
Mengingat kompetisi sudah memasuki sepertiga akhir dan kebanyakan hanya menyisakan tidak lebih dari sepuluh laga lagi, setiap tim mulai bisa memprediksi seperti apa nasib mereka saat bendera finis dikibarkan.
Tidak dinyana, rupanya banyak sekali kesebelasan dengan nama serta pamor besar yang terancam degradasi. Beberapa dari mereka sebenarnya punya lemari trofi serta sejarah panjang yang mengundang decak kagum namun karena berbagai alasan tidak bisa tampil prima musim ini.
Kehilangan mereka musim depan tentunya akan membawa banyak perubahan negatif terutama bagi fans tim-tim itu sendiri. Hanya saja roda nasib memang harus selalu berputar.
Siapa sajakah klub-klub yang terancam harus turun level pada 2023/2024 mendatang? Berikut ulasannya.
1. Leicester City
Dengan masih bisa berlaga di Eropa dengan mengikuti Liga Europa dan Liga Konferensi Europa pada musim lalu dan menjadi juara Piala FA setahun sebelumnya, tidak akan ada banyak yang mengira jika di 2022/2023 Leicester City akan menjadi kandidat relegasi Liga Inggris.
Kepergian bintang lini pertahanan, Wesley Fofana, dan kapten tim, Kasper Schmeichel, memang diprediksi membuat The Foxes melemah namun sejak menjadi juara liga di musim 2015/2016 lalu mereka terkenal sebagai klub yang selalu bisa menemukan pengganti dengan harga miring.
Sayangnya tren tersebut tidak berlanjut musim ini. 80 juta Euro hasil penjualan Fofana tidak dialokasikan untuk belanja besar di bursa transfer demi membantu James Maddison dan Jamie Vardy sebagai tumpuan utama Leicester saat ini.
Hasilnya start buruk berupa tujuh laga pertama tanpa kemenangan mereka rasakan. Sempat ada perbaikan seiring berjalannya waktu namun puasa tripoin dari pekan ke-24 sampai ke-29 akhirnya membuat manajer Brendan Rodgers yang sudah bertahan empat tahun di King Power Stadium didepak dari posisinya.
Kini Leicester berada di posisi 17 klasemen sementara Liga Inggris dengan lima laga tersisa. Sama sekali bukan tugas mudah bagi Dean Smith selaku pelatih baru mereka dengan hanya jarak satu poin dengan para rival di zona merah.
1. 2. Valencia
Selalu berada di kasta teratas sepakbola Spanyol sejak 1987/1988, memiliki belasan trofi termasuk enam liga domestik juga tujuh di level Eropa, serta kerap diperkuat pemain-pemain menarik membuat Valencia selalu bisa memberikan suguhan menarik tiap musimnya.
Los Che seringkali menjadi kuda hitam yang dapat menganggu hegemoni Real Madrid, Barcelona, dan Atletico Madrid dimana dalam sepuluh musim terakhir masih bisa empat kali finis di lima besar.
Hanya saja di 2022/2023 tampaknya Valencia tidak lagi kuat untuk terbang tinggi. Kelelawar Mestalla cuma punya rata-rata satu poin dari 30 pekan Liga Spanyol yang telah dilewati dan kini harus rela terduduk di peringkat 18 dari 20 klub.
Kombinasi buruknya manajemen kepemilikan Peter Lim, juragan asal Singapura, dan hutang klub yang terus menumpuk membuat mereka kesulitan untuk mendapatkan amunisi bermutu demi mengarungi musim ini.
Kebanyakan para pemain pilar saat ini digaet sebagai free agent atau pinjaman seperti Edinson Cavani, Justin Kluivert, Ilaix Moriba, dan Samu Castillejo yang tidak semuanya bisa dianggap sukses. Kini Valencia hanya bisa berharap penunjukan Ruben Baraja, legenda mereka, menggantikan Gennaro Gattuso di kursi pelatih pada Februari lalu belum terlambat.
3. Everton
Hanya ada tujuh klub yang belum pernah terdegradasi dari kasta teratas Inggris semenjak dibentuknya Premier League pada 1992 silam. Everton adalah salah satunya bersama dengan Arsenal, Chelsea, Liverpool, Manchester United, dan Tottenham Hotspur.
Akan tetapi bisa saja 2022/2023 akan jadi musim terakhir The Toffees menjadi anggota dari kelompok elite tersebut mengingat posisi mereka saat ini yang berada di tiga terbawah Liga Inggris dengan selisih satu poin dari zona aman saat menyisakan enam pertandingan saja.
Everton dianggap terlalu lama membuat keputusan sebelum memecat Frank Lampard dan menunjuk Sean Dyche sebagai manajer baru. Saat pergantian nakhoda, mereka sudah terlanjur berada di papan bawah hasil 13 kali menelan kekalahan.
Apa yang dialami Everton sejatinya mirip dengan Valencia. Keduanya klub berpotensi namun karena kesalahan manajemen membuat mereka terpuruk. Rezim kepemilikan Farhad Moshiri dianggap jadi alasan kenapa Goodison Park kini lebih banyak muramnya.
Di bawah kepemimpinan pengusaha Iran tersebut Everton sejatinya bisa berharap mengulangi sukses finis empat besar di 2004/2005 dengan gemar belanja mahal namun sejak 2016 tidak ada trofi yang diraih dan paling banter hanya meloloskan diri ke fase grup Liga Europa 2017/2018.
2. 4. Schalke 04
Dengan koleksi enam Liga Jerman serta lima DFB-Pokal berikut rajin mengikuti kompetisi kontinental, Schalke 04 memang layak jadi tim yang disegani di negaranya.
Meski titel kasta teratas mereka terakhir hadir di 1958 namun Die Knappen tetap konsisten untuk setidaknya bersaing menuju papan tengah dan bahkan sesekali mengancam dominasi Bayern Munchen dengan beberapa kali menjadi runner-up.
Sayangnya di 2020/2021 mereka harus turun ke Bundesliga 2 setelah menjadi juru kunci. Setelah comeback setelah hanya semusim di level kedua, Schalke justru terancam untuk kembali ke tempat yang harusnya bukan habitat mereka.
Di 2022/2023 setelah mengalami sekali pergantian manajer, Schalke hanya berjarak dua poin saja dari dasar klasemen Liga Jerman. Selisih gol -30 pun jadi yang terburuk kedua dari total 18 kesebelasan yang berkompetisi.
Kembalinya Maya Yoshida serta digaetnya gelandang bertahan jempolan dalam diri Alex Kral sebagai pinjaman rupanya tidak cukup bisa memperbaiki lini belakang yang rapuh.
5. Sevilla
Dibandingkan dengan empat klub lain, sebenarnya Sevilla masih terbilang punya posisi paling aman dari relegasi. Hanya saja mengingat Liga Spanyol musim ini berjalan dengan ketat, bukan tidak mungkin Los Rojiblancos akan terjengkang juga di akhir musim nanti.
Sudah lebih dari dua dekade mereka tidak turun ke divisi Segunda dan kali terakhir Sevilla gagal finis empat besar di Liga Spanyol adalah 1999/2000 alias musim dimana degradasi terakhir dirasakan.
Klub yang bermarkas di Ramon Sanchez-Pizjuan itu konsisten menjadi tim penantang nan alot. Dalam prosesnya sukses meraih sejumlah trofi dan yang paling kondang adalah bagaimana Sevilla bisa menjadi raja Liga Europa dengan koleksi enam trofi sejak 2006 saja.
Musim ini mereka sempat tersendat ketika dipegang oleh Jorge Sampaoli usia hanya bisa meraih delapan poin dari 19 pekan pertama 2022/2023. Beruntung di tangan Jose Luis Mendilibar situasi menjadi lebih kondusif.
Mereka melaju ke semifinal Liga Europa lagi dengan mengalahkan Manchester United di delapan besar. Hanya saja prioritas Sevilla tetaplah harus Liga Spanyol dimana delapan poin memisahkan mereka dari zona degradasi.