Dipasangi Harga di Luar Nalar, Mengapa Liverpool Begitu Nafsu Buru James Ward-Prowse?
FOOTBALL265.COM - Belum puas memboyong Alexis Mac Allister, klub Liga Inggris, Liverpool, masih ingin memburu gelandang potensial milik Southampton, James Ward-Prowse.
Degradasinya Southampton dari Liga Inggris (Premier League) menjadi kesempatan sejumlah tim besar Inggris untuk berburu pemain.
Salah satunya yang paling menonjol tentu saja adalah James Ward-Prowse. Pemain 28 tahun ini menjadi incaran utama dari tim papan atas Liverpool pada bursa transfer.
Tentu saja tidak sendiri, The Reds mesti bersaing dengan Newcastle dan West Ham yang juga memantau ketat sang pemain.
Selain itu, Liverpool juga harus menghadapi fakta bahwa Soton baru akan melepas Ward-Prowse di harga 50 juta pound. Harga yang terbilang sangat tinggi bagi pemain dari klub degradasi.
Liverpool sendiri cuma menyiapkan setengah dari budget yang diminta oleh Southampton. Meski begitu, mereka diyakini tak akan menyerah.
The Reds akan berusaha nego keras agar pemain Timnas Inggris itu bisa berlabuh ke Anfield pada musim panas ini.
Apalagi, dilaporkan oleh Dave Ockop, Soton membuka peluang untuk menurunkan harga. Lalu, mengapa The Reds begitu bernafsu untuk memboyong James Ward-Prowse?
1. Mengenal James Ward-Prowse
Sebagai pesepak bola Inggris, James Ward-Prowse belum pernah bermain di luar Southampton. Ia murni lahir dari akademi milik Soton.
Potensi James Ward-Prowse sudah tercium sejak 2015 pada laga Southampton vs Man United. Kala itu banyak orang yang menyebutnya sebagai The Next David Beckham.
Maklum, Ward-Prowse memainkan posisi wing-half yang cukup klasik seperti David Beckham. Faktanya, Ward-Prowse memang memiliki kemampuan itu.
Meski tak sehebat David Beckham, tetapi ia memiliki umpan-umpan akurat dari sisi flank. Belum laga kemampuan tendangan bebasnya. Potensinya sendiri dimanfaatkan betul oleh Mauricio Pochettino maupun Ronald Koeman saat membesut Southampton.
Ia sering digeser main sebagai gelandang kanan meski ia juga piawai di tengah. Hal ini untuk memecah konsentrasi dari pemain lawan.
Seiring waktu berjalan, permainan Ward-Prowse tidak terlalu banyak berubah. Hanya saja, beberapa musim terakhir ia lebih sering main di tengah meski sesekali ditarik sebagai gelandang kanan.
Penampilannya pun gemilang. Total, ia sudah menyumbangkan 55 gol dan 53 assist dari 409 laga bersama Southampton.
Jumlah itu tentu bisa berlipat jika ia bermain di tim yang lebih besar. Musim ini saja ia mencatatkan 9 gol dan 4 assist dari 38 laga Liga Inggris. Lalu, bagaimana kaitannya dengan Liverpool?
2. Liverpool Darurat Gelandang Kanan
Liverpool sendiri sudah pasti akan ditinggalkan oleh James Milner pada akhir musim. Sementara itu, salah satu kunci kelemahan terbesar Liverpool musim ini adalah posisi gelandang serang tengah dan kanan.
Seperti diketahui, baik Jordan Henderson, Harvey Elliot, hingga Curtis Jones tampil jauh dari ekspektasi.
Hanya Fabinho yang cukup menonjol. Hanya saja, Fabinho tak terbiasa bermain menyerang dan lebih sering dimainkan di posisi jangkar atau pun mem-back-up fullback dan bahkan bek.
Fabinho pun hanya berkontribusi 2 assist saja sepanjang musim. Sisanya, Elliot membuat 5 gol dan 2 assist dari 46 laga, Jones membuat 3 gol dan 1 assist dari 24 laga, dan Henderson yang hanya mencatatkan 3 assist saja.
Bandingkan dengan statistik James Ward-Prowse yang membuat 11 gol dan 5 assist dari 45 laga di klub yang notabene hampir tanpa bintang.
Lubang inilah yang ingin ditutup Liverpool dengan mendatangkan Ward-Prowse. Ia dinilai sosok yang tepat.
Tak hanya terbukti di lapangan, ia juga sudah paham betul gaya permainan di Liga Inggris. Diyakini, di bawah Jurgen Klopp, potensinya akan semakin maksimal.
Ward-Prowse bakal menjadi deputi yang memudahkan Mohamed Salah dalam mencetak gol. Sebab ia piawai memberikan assist atau umpan kunci, dan bahkan Ward-Prowse bisa mencetak gol langsung baik itu tembakan jauh atau pun situasi free kick.
Sebuah alasan yang masuk akal bagi Liverpool untuk memburu James Ward-Prowse yang sudah terbukti kehebatannya dan dibutuhkan di Liga Inggris dan bahkan Eropa nanti.