Move on dari Sandro Tonali, Era Baru Kejayaan AC Milan Segera Dimulai!
FOOTBALL265.COM - AC Milan semakin dekat dengan tanggal kepergian dari bintang kunci sukses mereka dalam tiga tahun terakhir di Liga Italia (Serie A) dan Eropa, Sandro Tonali.
Gelandang berusia 23 tahun tersebut tengah menanti finalisasi deal dengan Newcastle United yang kabarnya mencapai 80 juta Euro.
Bagi fans AC Milan, transfer ini jelas dianggap sebagai sebuah kemunduran besar dari klub favorit mereka.
Tonali bukan hanya pemain pilar saja dalam skuad asuhan Stefano Pioli saat ini namun juga sudah dianggap sebagai calon legenda dan ikon klub.
Datang dari Brescia saat usianya masih remaja pada musim panas 2021 silam seharga 14,5 juta Euro, Tonali dengan cepat menjelma menjadi jenderal lapangan tengah AC Milan.
Tifosi Merah-Hitam bak diingatkan lagi dengan sosok Andrea Pirlo dengan keunggulan tekhnik serta kejeliannya dalam membaca permainan.
Puncak sukses Sandro Tonali bersama AC Milan diraih pada musim 2021/2022 lalu dimana titel Liga Italia sukses dimenangkan berkat lima gol dan tiga assist yang ia torehkan dalam 36 laga.
Kemudian diikuti juga dengan keberhasilan Rossoneri dalam menginjak semifinal Liga Champions pertama mereka sejak 2006/2007 pada musim lalu.
Semua itu tidak mungkin dilakukan tanpa campur tangan Tonali yang membangun koordinasi lini tengah solid bersama Ismael Bennacer, Franck Kessie, juga Brahim Diaz.
Jelas saja jika kemudian rumor penjualan pemilik 12 caps senior Italia itu ke Newcastle membuat fans merasa kecewa berat.
1. Kebijakan Kontroversial yang Bagus?
Gerry Cardinale selaku presiden klub dalam beberapa waktu ke belakang selalu dianggap sebagai antagonis berkat kebijakannya yang tidak populer di mata para penggemar.
Dimulai dari pemecatan duo direktur Paolo Maldini dan Ricky Massara meski mereka sudah berhasil mendatangkan serta memperpanjang kontrak para pemain top.
Kemudian disusul dengan usaha pelepasan Sandro Tonali yang tidak kalah mengagetkan yang bisa saja disusul dengan kepergian Theo Hernandez selaku pemain yang tidak kalah vital dalam tim.
Hanya saja akan selalu ada sisi positif yang bisa disimak. Demi mengejar sukses, terkadang butuh pengorbanan ekstra yang harus dieksekusi.
Hal itulah yang mungkin sedang Cardinale perjuangkan dengan keinginannya mengimplementasikan cetak biru baru di San Siro.
Sang pengusaha Amerika Serikat itu hendak menjadikan AC Milan sebagai klub yang mengacu pada statistik dan data dalam perekrutan pemain terutama mereka yang terbang di bawah radar.
Setelah direkrut dan dimatangkan, nantinya para talenta itu akan dijual kembali dengan harga yang jauh lebih tinggi. Sistem yang dikenal sebagai 'moneyball' itu belum populer di Liga Italia namun sudah mulai menjamur di Liga Inggris berkat sukses Brighton & Hove Albion dan Brentford.
Meski kesannya membuat AC Milan menjadi sapi perah yang selalu digembosi raksasa Eropa lain, namun Gerry Cardinale justru menghindari resiko yang juga tidak kalah berbahayanya yakni investasi yang tidak sehat.
Saat sebuah klub menumpuk pemain bintang dan meraih segunung trofi dengannya itu bukan sebuah masalah, namun jika tidak biasanya akibatnya akan fatal.
Klub tersebut akan terus percaya dengan grup pemain yang mereka punya itu namun terus menuai kegagalan demi kegagalan. Pada akhirnya para bintang yang menua kemudian harus dilepas murah atau bahkan secara cuma-cuma karena habis kontrak tanpa kemudian bisa memberikan cukup laba untuk bisa diputar lagi di bursa transfer.
2. Danai Transfer Sendiri
Contoh paling sesuai soal kasus ini adalah Tottenham Hotspur di era manajerial Mauricio Pochettino (2014-2019). The Spurs kala itu dianggap sebagai calon tim besar dengan pelatih muda nan jenius serta skuad penuh potensi.
Dele Alli, Son Heung-min, Moussa Dembele, Jan Vertonghen, Toby Alderweireld, Danny Rose, Kyle Walker, dan Christian Eriksen adalah tulang punggung mereka. Beberapa kali nama-nama tadi hendak dibeli oleh tim lain namun Tottenham percaya mempertahankan mereka adalah opsi terbaik.
Nyatanya selama kurang lebih lima musim satupun trofi tidak kunjung datang dan satu per satu pemain tadi pergi dengan gratis atau sempat dijual namun dengan harga di bawah saat mereka masih berada di performa puncak.
Hanya Son dan Kane yang masih bertahan saat ini namun keduanya juga dirumorkan akan pergi cepat atau lambat tanpa meninggalkan keuntungan besar bagi klub.
AC Milan harus belajar dari situasi tersebut. Melepas Sandro Tonali saat ini mungkin terasa menyesakkan namun di masa depan bisa jadi mereka justru bersykur karena bisa meraup laba semaksimal mungkin dan memutar lagi uangnya untuk membeli pengganti yang tepat di bursa transfer.
Sejauh ini mereka sudah dihubungkan dengan Arda Guler, Davide Frattesi, Daichi Kamada, Marcus Thuram, Samuel Chukwueze, Christian Pulisic, dan masih banyak lagi.
Kelompok pemain ini punya satu kesamaan yakni mereka belum pernah punya prestasi besar di liga top Eropa sehingga butuh melakukan pembuktian.
AC Milan yang masih belum benar-benar bangkit dari julukan raksasa tidur bisa menjadi platform yang tepat untuk mereka membangun reputasi level tinggi.
Dana hasil penjualan Sandro Tonali bisa menutup kebutuhan AC Milan untuk mendatangkan nyaris mereka semua ke San Siro.
Hanya waktu yang bisa membuktikan apakah nantinya kebijakan ini akan berbuah lebih banyak lai trofi Liga Italia dan Liga Champions untuk Rossoneri namun jika benar demikian, para tifosi berhutang ucapan terimakasih pada Gerry Cardinale.