Kasus-Kasus Menarik yang Bisa Menginspirasi Kesuksesan Moneyball ala AC Milan
FOOTBALL265.COM - Klub Liga Italia (AC Milan), belum lama ini dikabarkan ingin mengadaptasi metode moneyball yang biasa digunakan dalam olahraga bisbol.
Moneyball di sini tentu saja bukan istilah yang bisa diartikan secara harfiah menjadi uang dan bola, tetapi sebuah metode evaluasi pemain berdasarkan data dan statistik.
Meski bersifat matematis, moneyball pada dasarnya sebuah konsep yang bisa membawa keuntungan besar dengan modal kecil.
Metode maupun konsep moneyball, bahkan sudah pernah diangkat ke layar lebar melalui film yang dibintangi oleh Brad Pitt.
Film ini pun mengukir sejarah tersendiri dalam dunia olahraga bisbol, yang terinspirasi dari buku karya Michael Lewis dengan nama tokoh dan kisah yang nyata.
Adalah Billy Beane, manajer tim bisbol Oakland Athletics, yang dihadapkan pada tantangan mencari pemain-pemain baru namun dengan harga yang murah.
Billy Beane berusaha membuat Oakland Athletics bisa bersaing dengan tim-tim besar nan kaya raya, meski mereka memiliki bujet yang sangat minim.
Metode dan konsep moneyball inilah yang kemudian diterapkan di klub Liga Inggris, Brentford, oleh pemiliknya, Matthew Benham.
Tidak hanya film, kisah masyhur Matthew Benham yang berhasil membawa Brentford diperhitungkan di Liga Inggris ini juga bisa menjadi inspirasi AC Milan jika ingin fokus memakai moneyball.
Matthew Benham sendiri merupakan mantan pejudi, yang pasti sudah sangat berpengalaman untuk urusan perputaran uang.
1. Prinsip Moneyball yang Menjanjikan
Di sepak bola, konsep moneyball biasanya berkutat pada sejumlah statistik seperti Expected Goals (xG), Expected Assist (xA), dan Post-Shot Expected Goals (PSxG).
Dengan bujet yang terbatas, Matthew Benham memilih fokus pada pemain yang berasal dari tim-tim kecil baik di dalam maupun di Liga Inggris.
Mereka yang berasal dari tim-tim kecil biasanya bernilai lebih rendah tapi masih bisa dipoles untuk menghasilkan keuntungan alias profit.
Pemain-pemain itu pun dipilih dan ditentukan nilainya berdasarkan data, statistik, dan hitung-hitungan matematis.
Berdasarkan hasil kerja keras Brentford dan konsep moneyball-nya, maka lahirlah sejumlah pemain-pemain seperti Neil Maupay dan Ollie Watkins.
Selain Brentford, FC Midtjylland juga dikenal sebagai klub yang pernah mengusung konsep moneyball dalam proses perekrutan mereka.
Dari metode tersebut, merapatlah Tim Sparv, pemain yang didatangkan dari klub kasta kedua Liga Jerman pada 2014, Greuther Furth.
Direktur olahraga FC Midtjylland saat itu, Rasmus Ankensen, menerima laporan berbasis moneyball sebanyak 20 lembar yang mendarat di meja kerjanya.
Setelah menelaah laporan tersebut, FC Midtjylland pun mendatangkan Tim Sparv dan apa yang terjadi?
“Saat saya sampai di Denmark, Ankersen berkata bahwa dia telah menganalisis ratusan data tentang pertandingan-pertandingan saya,” ucap Tim Sparv, dikutip dari Sempre Milan.
“Dia dan timnya tahu segalanya. Mulai dari jumlah tekel, berapa banyak saya mencapai kotak penalti, dan jumlah tendangan saya ke gawang,” ujarnya lagi.
2. Moneyball ala AC Milan?
Bahkan dalam kesaksiannya, Tim Sparv mengaku hanya mencatatkan satu gol, namun ada barometer tersendiri dari FC Midtjylland yang akhirnya membuat mereka melakukan perekrutan.
“Saya hanya mencetak satu gol, tapi saya mencolok di hal-hal lain,” tambah gelandang yang berada di FC Midtjylland selama periode 2014 s.d. 2020 tersebut.
Tim Sparv juga mengingat, bahwa Matthew Benham selaku pemilik klub saat itu (sebelum membeli Brentford), selalu menekankan satu hal.
“Jika kita tidak dapat bersaing secara ekonomi dengan klub besar, kita harus menemukan bongkahan emas tersembunyi dengan cara sendiri, melalui statistik,” jelasnya.
Memakai moneyball, baik Brentford maupun FC Midtjylland berhasil mengubah nasib dan sejarah mereka yang awalnya berakar sebagai klub kecil dengan bujet minim.
Di sisi lain, AC Milan yang sudah mengantongi nama besar di kancah Liga Italia, kontinental, dan dunia, bisa memanfaatkan moneyball untuk tujuan lain yang tidak kalah menjanjikan.
Tidak hanya menghemat bujet, AC Milan bisa merekrut lebih banyak bibit-bibit muda, mungkin dari klub antah-berantah sekali pun.
Hanya saja, meski berbasis datam Tim Sparv juga melihat adanya faktor x lain yang bisa berpengaruh, seperti feeling, mood, bahkan ketidakberuntungan pemain dalam suatu laga.
Namun memang, tim yang bekerja dengan mengusung konsep moneyball harus bekerja ekstra keras dengan sederet data dan statistik matematis.
Apakah AC Milan nantinya bisa berhasil seperti Brentford dan FC Midtjylland jika ikut-ikutan memakai metode dan konsep moneyball?