3 Fakta Penyebab Kekalahan Memalukan Bali United dari Lee Man di Liga Champions Asia 2023
FOOTBALL265.COM - Jawara Liga 1 musim lalu, Bali United tak bisa berbuat banyak dalam preliminary stage Liga Champions Asia 2023-2024 saat melawan klub asal Hongkong, Lee Man.
Ada tiga fakta mencolok yang membuat Bali United kalah memalukan 1-5 dari Lee Man FC di Stadion Hongkong pada Rabu (16/8/23) malam WIB.
Bali United sejatinya datang dengan kesiapan bagus. Mereka sudah merasakan ketatnya atmosfer Liga 1 selama delapan pertandingan. Sementara Lee Man FC belum ikut kompetisi dan hanya sempat tiga pekan berlatih di Korea Selatan.
Namun, Bali United seperti tim yang diajari main bola oleh Lee Man FC. Runner up Hongkong Premier League 2022-2023 itu dengan mudah mencetak lima gol ke gawang Adilson Maringa.
Mitchel Paulissen mencetak brace ke gawang Bali United. Sementara tiga gol lain dicetak Gil Martins, Everton Camargo dan Jose Angel.
Kekalahan ini secara otomatis membuat Bali United langsung terlempar ke Piala AFC 2023-2024. Sementara Persija Jakarta resmi gagal berlaga di Asia.
Berikut ini tiga fakta penyebab kekalahan memalukan Bali United di Hongkong, yang dirangkum oleh FOOTBALL265.COM Simak ulasan berikut ini!
1. Kualitas Pemain Asing
Lee Man FC memiliki pemain asing yang jauh lebih berpengaruh untuk tim. Performa Mitchel Paulissen, Everton Camargo, Gil Martins, Jose Angel dan Henry Anier sangat mendongkrak permainan tim.
Paulissen yang musim lalu berlaga di Eredivisie bersama FC Cambuur punya pengaruh luar biasa. Ia mencetak dua gol menit ke-8 dan 56.
Begitu pula dengan Gil Martins yang punya pergerakan luar biasa. Ia mencetak satu gol dan dua assist. Pergerakan Everton juga tak kalah licin, hingga dengan mudah memperdaya Ricky Fajrin dan tercipta gol ketiga.
Sementara para pemain asing Bali United tak bisa berbuat apa-apa. Privat Mbarga sempat membuat bek Lee Man FC, Tsui Wang Kit mencetak gol bunuh diri. Namun setelah itu Privat menyia-nyiakan tiga peluang emas untuk mencetak gol.
Eber Bessa dan Mohammed Rashid juga tak bisa berbuat banyak di lini tengah. Makanya, kedua pemain ini diganti dua pemain lokal, Ardi Idrus dan Ramdani Lestaluhu pada menit ke-62.
Situasi lebih parah diperlihatkan Jefferson Assis. Top skor Liga Malta itu terlihat tak efektif ketika diperankan sebagai gelandang sayap kiri. Jefferson pun hanya bermain satu babak, sebelum digantikan M Rahmat.
1. 2. Strategi Monoton
Tak ada seorang pun yang meragukan strategi Stefano Cugurra Teco di Liga 1. Umpan-umpan crossing dari sayap kanan dan kiri, serta peluang set piece, terbukti tepat dalam mengamankan tiga gelar Liga 1.
Namun, strategi itu tak ada artinya ketika berlaga di kompetisi Liga Champions Asia yang memiliki level tinggi. Lee Man FC dengan mudah mematahkan setiap crossing Ricky Fajrin, Eber Bessa hingga Novri Setiawan.
Ketika strategi itu dengan mudah dipatahkan bek-bek jangkung Lee Man FC, Teco tak melakukan perubahan signifikan. Justru strategi monoton itu masih dipakai sampai akhir laga.
Alhasil, bukannya menambah gol, gawang Bali United malah dengan mudah jebol lima kali. Gol-gol Bali United tercipta karena Paulissen kerap tak mendapat pressing ketat.
Transisi dari menyerang ke bertahan juga sangat buruk. Terlihat dalam beberapa kesempatan Gil dan Everton bisa dengan mudah mengeksploitasi dua sayap Bali United.
3. Mentalitas Asia
Bali United selalu menjadi kandidat juara di Liga 1. Mereka kerap mendapatkan kemenangan dalam situasi tertinggal. Namun, mentalitas domestik itu tak ada artinya di Asia.
Sebenarnya, Bali United tak bermain jelek sepanjang babak pertama. Setelah skor menjadi 1-2, Bali United mampu mendominasi penguasaan bola.
Makanya, Privat Mbarga sempat beberapa kali memberikan ancaman. Salah satunya ketika tinggal berhadapan dengan kiper Lee Man FC, Ka Ho Chan. Namun, peluang itu gagal berbuah gol.
Gol ketiga dari Lee Man FC meruntuhkan mentalitas Bali United. Gol itu tercipta dengan proses serangan balik yang sangat sederhana.
Sebelum melepaskan sepakan melengkung, Everton Camargo dengan mudah melakukan nutmeg ke Ricky Fajrin. Parahnya, tak ada bek yang meng-cover posisi Ricky ketika dilewati Everton.
Dalam posisi mentalitas yang sudah runtuh, Bali United tak bisa berbuat banyak di babak kedua. Bahkan, dalam situasi kalah 1-4, Bali United masih tak berani "mengganggu" pemain Lee Man FC yang menguasai bola.