Curhat Radja Nainggolan Mati-matian Tolak Tawaran Gabung Juventus Karena Hal Ini
FOOTBALL265.COM - Pesepak bola keturunan Indonesia-Belgia, Radja Nainggolan curhat bahwa ia mati-matian menolak tawaran ke Juventus karena tim Nyonya Tua 'main mata' dengan wasit.
Diketahui, Radja Nainggolan adalah anak dari perempuan Belgia bernama Lizy Bogaerts, yang berpasangan dengan Marianus Nainggolan, seorang Batak Toba dari Indonesia.
Namun Radja dan saudara kembarnya, Riana dibesarkan oleh ibunya seorang diri, karena sang ayah meninggalkan mereka saat masih anak-anak.
Maka dari itu, tak heran jika Radja Nainggolan tidak mengetahui silsilah darah Indonesia saat ia masih muda. Ia tumbuh sebagai pesepak bola berbakat di Belgia, lalu merantau ke Italia.
Radja Nainggolan akhirnya bergabung ke Cagliari Calcio di tahun 2010, saat usianya menginjak 22 tahun. Performa Radja terus menanjak dan menjadi incaran klub besar.
Bahkan, Radja Nainggolan blak-blakan jika Juventus merayunya untuk pindah ke Turin, hanya saja ia menolaknya dan memilih hijrah ke klub rival, yaitu AS Roma di tahun 2014 lalu.
Saat berbincang di kanal YouTube Sport77, Radja Nainggolan mengaku puncak kariernya adalah saat membela AS Roma, walaupun setelah itu ia hengkang ke Inter Milan.
"Puncak karier saya adalah AS Roma. Saya merasa sangat bahagia di dalam maupun di luar lapangan," ungkap Radja Nainggolan.
"Ketika saya pindah ke Inter, saya merasa sedikit kecewa karena harus meninggalkan Roma. Tetapi begitulah adanya," curhat sang gelandang berdarah Indonesia tersebut.
"Saya memilih Inter karena saat itu pelatih Inter adalah (Luciano) Spaletti, dan dia juga merupakan pelatih saya ketika membela AS Roma," imbuhnya.
1. Alasan Radja Nainggolan Ogah ke Juventus
Host YouTube Sport77, Mamat Alkatiri bertanya kepada Radja Nainggolan, apakah benar Juventus pernah memberinya tawaran agar sang gelandang pindah ke Turin.
Radja Nainggolan membenarkan hal tersebut, lalu ia menjelaskan alasan mengapa ia tak kunjung menerima tawaran Juventus, karena bertentangan dengan prinsip hidupnya.
"Mereka (Juventus) menginginkan saya itu benar. Bahkan mereka menunggu tiga hingga empat tahun, namun saya selalu menolaknya karena itu terasa seperti candaan," jelas Radja.
"Ketika saya bermain di Cagliari, sebelum di AS Roma, selama dua hingga tiga tahun mereka (Juventus) meminta saya untuk bergabung."
"Namun pada akhirnya saya menolaknya karena setiap kali kita melawan Juventus, saya merasakannya sendiri, mereka selalu menang dengan bantuan wasit," imbuhnya.
"Saya bilang pada diri saya sendiri bahwa saya harus pindah ke tim lain, tim yang lebih besar seperti AS Roma untuk bermain melawan Juventus."
Ketika akhirnya Radja berseragam Roma dan menantang Juventus di Turin, Giallorossi kalah dengan skor 2-3. Perilaku wasit sangat mencolok saat Juventus dapat dua penalti.
"Kami harus kalah di pertandingan tersebut. Jadi sama saja, baik Cagliari atau tim besar seperti Roma, sistemnya sama (harus kalah). Karena itu saya tidak menyukai Juventus."
"Mereka memiliki tim yang baik, memiliki organisasi yang baik. Saya rasa Juventus merupakan klub terbesar dalam 10 tahun terakhir di Italia, mereka tidak memerlukan bantuan wasit untuk menang. Itu opini saya."
Meski begitu, Radja Nainggolan tidak serta merta menyalahkan Juventus. Ia mengaku penolakan ini adalah karena prinsip dan pilihan hidupnya saja.