Perjuangan Raisa Aribatul, Atlet Putri Indonesia yang Berjihad di Lapangan Basket
INDOSPORT: Soal pencoretan dari Timnas basket?
Raisa: Pada 2008 saya berkesempatan masuk Timnas Indonesia wanita muda usia 18 tahun. Malam jelang pertandingan, saya dapat telepon dari Perbasi Pusat kalau mau bermain, saya harus menanggalkan jilbab karena aturannya sudah begitu.
Dari situ saya baru tahu, ternyata di basket itu ada aturan tidak boleh berjilbab, saya akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri. Sedih pastilah, karena pelarangan itu tidak masuk akal, padahal jilbab bukan halangan yang masuk teknik.
INDOSPORT: Buat petisi di change.org untuk menghilangkan larangan berhijab bagi pebasket?
Raisa: Awalnya sekitar dua sampai tiga tahun lalu ada komunikasi dengan pebasket dari Inggris, Bosnia, dan Amerika Serikat. Mereka pebasket pro yang memakai jilbab juga. Kita sharing karena punya nasib yang sama, ada salah satu teman saya di Bosnia yang aktivis juga menangani masalah perempuan.
Akhirnya pada bulan Juli tahun ini, kita sepakat serentak membuat petisi dalam bahasa masing-masing, untuk menghimpun dukungan dari negara masing-masing.
Pada Agustus 2014, FIBA sudah menerima masukan soal aturan larangan berjilbab bagi pebasket yang harus dihapus. FIBA menerima dengan syarat jika aturan tersebut harus diuji coba dan dilakukan survey untuk membahas perihal hal itu dan butuh dua tahun.
Harusnya pada Agustus tahun ini aturan tersebut sudah keluar, tapi hingga sekarang belum juga dikeluarkan.