Review Episode 2 'The Last Dance': Kontribusi Tak Sebanding dengan Apresiasi

Selasa, 28 April 2020 18:49 WIB
Editor: Abdurrahman Ranala
© Twitter@ESPN
Serial dokumenter Michael Jordan dan Chicago Bulls, The Last Dance, di Netflix. Copyright: © Twitter@ESPN
Serial dokumenter Michael Jordan dan Chicago Bulls, The Last Dance, di Netflix.

FOOTBALL265.COM - Serial 'The Last Dance' sudah tayang perdana sejak 19 April 2020. Berikut review episode 2 'The Last Dance' versi INDOSPORT. 

Serial 'The Last Dance' yang menceritakan kisah Michael Jordan dan Chicago Bulls di era 90-an, masih cukup menjadi perbincangan hangat. Sejak tayang perdana pada 19 April lalu, 'The Last Dance' mendapat sorotan dan pujian yang positif. 

Apalagi di tengah pandemi corona ini, banyak orang yang harus beraktifitas di rumah sehingga punya waktu luang untuk menyaksikan serial 'The Last Dance'. 

Hingga tulisan ini dibuat, 'The Last Dance' sendiri sudah tayang hingga episode 4 dan masih mendapat perhatian yang cukup tinggi tak hanya dari para pencinta basket, namun juga penonton serial dan film pada umumnya. 

Berikut review episode 2 'The Last Dance' versi INDOSPORT

Sinopsis

Berlatar kebangkitan Chicago Bulls di era 90-an, dipimpin oleh Michael Jordan, salah satu dinasti paling penting dalam sejarah olahraga. 

Plot

Di episode 2 ini, 'The Last Dance' masih memakai alur maju-mundur seperti episode pertama. Alur ini memang cukup umum digunakan dalam serial atau film dokumenter. 

Masih melanjutkan cerita perjalanan Micheal Jordan dan Chicago Bulls setelah kesuksesan mereka merengkuh 5 gelar NBA. 

Tokoh

Jika pada episode pertama Michael Jordan mendapat porsi hingga tiga perempat durasi, kali ini rekan satu tim Michael Jordan yang mendapat jatah tampil cukup banyak. 

Scottie Pippen, adalah rekan duet Michael Jordan, dan Jordan menganggap Pippen sebagai rekan duet yang paling hebat yang pernah ia temui. 

Konflik bermula ketika Scottie Pippen berada dalam tahun terakhir dari masa kontraknya bersama Chicago Bulls. Belum ada niat baik dari manajemen Chicago Bulls untuk memperpanjang kontraknya. 

Justru Pippen dihadapkan dengan situasi bahwa dirinya akan di-trade ke klub lain. Padahal, Scottie Pippen punya kontribusi yang sangat besar pada permainan tim.

Scottie Pippen menjadi pencetak skor terbanyak kedua di tim, pencetak rebound terbanyak kedua, dan menjadi peraih total steal dan bloc terbanyak. 

Buktinya, saat mengawali musim 1997-1998, Scottie Pippen harus absen di sejumlah laga awal karena cedera yang dideritanya. Hasilnya, Chicago Bulls kalah dalam 4 pertandingan beruntun. 

Sebuah hasil yang sangat buruk bagi juara bertahan NBA. Situasi buruk tersebut masih belum membuka mata dari Jerry Krause, General Manager Chicago Bulls saat itu. 

Konflik antara Jerry Krause dan Scottie Pippen pun tak dapat dihindarkan. Padahal Jerry Krause pula lah yang merekrut Scottie Pippen ke Chicago Bulls di awal kariernya.

Soundtrack dan Background Music 

Di episode kedua ini, mulai muncul lagu-lagu rap yang cocok dengan situasi dan adegan yang berlangsung sehingga menjadi nilah tambah dari episode 2 ini. 

Kelebihan 

Episode 2 'The Last Dance' mulai melebarkan konflik ke anggota tim yang lain selain Michael Jordan sehingga menambah variasi konfilk dan cerita. 

Meskipun, Michael Jordan tetap mendapat porsi yang cukup banyak di episode 2 ini. 

Kekurangan

Meski berhasil mengangkat konflik yang berbeda dari episode pertama, episode kedua masih memiliki problem yang sama dengan episode pertama, bagian akhir dari episode tak memberikan cliffhanger yang menarik. 

Selain itu, terjadi lompatan dalam plot ketika cerita Scottie Pippen berpindah ke cerita Michael Jordan, namun tidak diberikan plot device yang tepat.

Saat menonton episode kedua, terasa sekali lompatan cerita yang mencolok dan kurang runut dari cerita yang sebelumnya sudah disajikan.