FOOTBALL265.COM - Istilah kebijakan 'pay to win' atau membayar untuk menang bukanlah hal asing dalam dunia game eSports, termasuk FIFA 20. Siapa sangka, hadirnya layanan ini sempat membuat seorang pro player merasa kesal.
Dilansir laman berita Dexerto, baru-baru ini pro player FIFA 20 bernama Ivan 'BorasLegend' Lapanje merasa kecewa dan melayangkan kritik kepada pengembang game seri FIFA karena kebijakan membayar 6 ribu dolar AS (Rp84 juta) jika ingin berkompetisi di tingkat lanjut.
Melalui media Twitter, BorasLegend pun mengunggah beberapa alasan mengapa tidak sependapat dengan cara FIFA memberikan kesempatan pemain untuk ikut serta pada kompetisi eSports internasional.
EA wants people to spend 6000 dollars in order to compete on equal terms. In if you do so, and manage to qualify in the stacked qualifier you are guaranteed a whopping 500 dollars.
— BorasLegend (@ivanlapanje) October 30, 2019
Padahal, hadiah yang diperebutkan pada kompetisi FIFA 20 internasional bertajuk Global Series Qualifiers hanya mencakup 50 ribu dolar AS (Rp701 juta) dan hanya untuk pemenang. Sementara yang kalah justru akan merugi karena telah menghabiskan uang untuk membeli kartu impian.
FIFA sendiri merupakan game bergenre simulasi sepak bola terpopuler sepanjang masa. Memiliki mode Ultimate Team membuat game besutan EA ini memungkinkan gamers untuk membuat tim impian dengan pemain-pemain kondang dari klub sepak bola berbeda dalam bentuk kartu.
For a visual reference.
— BorasLegend (@ivanlapanje) October 30, 2019
86 rated team.
20.800.000 coins and rising. pic.twitter.com/g8DDqRt8JC
Inilah yang menjadi dasar munculnya kompetisi eSports dengan mengumpulkan kartu pemain dengan berbagai rating berbeda untuk membuat tim sempurna. Namun untuk mendapatkan kartu terbaik, gamers diharuskan menggunakan kocek dengan harapan mendapat kartu terbaik.
Tak ayal hal ini memaksa gamers harus membeli lagi kartu-kartu pemain dengan harapan bisa mendapat rating tinggi. Hal ini tentu bakal menguras uang dan bisa merugikan gamers.