eSports

Sisi Gelap eSports: Judi dan Dugaan Pengaturan Skor

Senin, 27 April 2020 20:32 WIB
Penulis: Ester Marika | Editor: Arum Kusuma Dewi
© Kickstarter
Ilustrasi gamer. Copyright: © Kickstarter
Ilustrasi gamer.

FOOTBALL265.COM - Kehadiran virus Corona membuat orang terpaksa mengurung diri di rumah sehingga jumlah orang - orang yang bermain game pun semakin meningkat drastis. 

Virus yang dinilai merugikan banyak orang ini malah membuat industri eSports meraup untung besar. Bahkan sejumlah sponsor raksasa seperti BMW, Coca - Cola, dan Louis Vuitton menyatakan siap mendukung para gamer yang beralih dari olahraga tradisional dan berasal dari seluruh dunia ini.

Kondisi ini ternyata juga menjadi peluang segar bagi beberapa oknum untuk melakukan kecurangan. Tidak hanya di olahraga tradisional, kecurangan seperti pengaturan skor, judi dan kecurangan bermain (cheating) juga terjadi di dunia olahraga elektronik alias eSports. 

Kejadian ini nyata adanya di Victoria, Australia pada Agustus lalu. Situs BNNBloomberg membeberkan, 6 orang pemuda yang mengikuti turnamen eSports Counter Strike: Global Offensive ditangkap setelah ketahuan melakukan judi dan menghilang di 5 pertandingan. 

Polisi bahkan butuh waktu enam bulan untuk menyelidikinya hingga pelaku akhirnya tertangkap. Hukuman bagi pelaku yang terbukti melakukan kecurangan pun tidak main-main yaitu 10 tahun penjara.

Kasus lainnya terjadi pada gamer asal India, Nikhil "Forsaken" Kumawat yang ditangkap akibat melakukan peretasan atau nge-cheat untuk memenangkan game.

Begitupun dengan gamer asal Korea, Lee “Life” Seung-hyunwas yang mendekam di penjara selama 18 bulan akibat ketahuan melakukan kecurangan serupa di 2 pertandingan kompetisi eSports.

Kecurangan seperti ini secara tidak sadar rupanya sering terjadi di tunamen megah dunia, misalnya saja The International dan Fort Nite World Cup yang berhadiah jutaan dolar Amerika. Sebagian hadiah tersebut ternyata berasal dari hasil taruhan judi. 

Hasil penelitian Eilers & Krejcik Gaming melaporkan praktik taruhan judi yang awalnya 5,5 triliun dolar Amerika (2016) di prediksi bisa melonjak hampir 3 kali lipat atau senilai 13 triliun dolar Amerika. 

Para sindikat judi ilegal ini akan melakukan berbagai cara untuk memanipulasi permainan, selayaknya yang terjadi di olahraga tradisional. Salah satunya yaitu dengan menyuap atau memaksa pemain agar tidak memenangkan kompetisi. 

Menurut Direktur Komisi Integritas Esports (ESIC) Australia, Stephen Hanna, nyatanya tindak kecurangan yang merajalela di dunia perkompetisian eSports mustahil dibersihkan. 

“Tidak mungkin bisa untuk memberantas sepenuhnya tindakan kecurangan seperti judi dan pengaturan skor. Yang bisa dilakukan hanyalah membatasi kecurangan ini agar tidak semakin meluas lagi."

Tahun lalu negara Swedia bahkan memperkenalkan regulasi baru sebagai upaya mencegah tindak kecurangan dan melindungi dunia olahraga dari pelaku judi yang umumnya menawarkan taruhan kepada remaja di bawah umur. Upaya pencegahan ini juga diberlakukan oleh negara Spanyol dan Amerika Serikat. 

ESIC bahkan bekerja sama dengan kepolisian Australia mengedukasi para pelaku judi yang tertangkap tentang judi terlarang dan peretasan. Tes narkotika pun dilakukan untuk memastikan para pemain tidak menggunakannya sebagai doping untuk meningkatkan konsentrasi saat berkompetisi.

Beberapa saluran televisi bahkan menambah saluran khusus untuk memberitakan perkembangan seputar eSports. Hal ini juga sebagai upaya untuk pencegahan skandal korupsi dan tindak kecurangan yang bisa mengotori dunia kompetisi eSports.