Olimpiade Tokyo: Cerita Haru di Balik Medali Emas Lamont Marcell Jacobs
Di Olimpiade Tokyo 2020, Lamont Marcell Jacobs adalah pelari nonunggulan yang bisa membuktikan diri sebagai kuda hitam.
Hal ini bahkan diakui langsung oleh Andre De Grasse, yang kembali menambah medali perunggu usai memenangkannya di gelaran Rio 2016. Ia bahkan tidak menyangka Jacobs ternyata bisa berlari secepat itu.
Dilihat dari tayangan lomba, Jacobs awalnya bersaing ketat dengan dua pesaingnya, Fred Kerley (AS) dan Akani Simbine (Afrika Selatan). Namun jelang garis finis, kecepatannya pun melesat dan akhirnya tampil sebagai pemenang.
Juara lari 100m putra Olimpiade Tokyo 2020 merupakan awal yang baik bagi Jacobs untuk semakin menasbihkan dirinya sebagai salah satu sprinter terbaik dunia.
Meski sempat dibanding-bandingkan dengan Usain Bolt karena hanya mereka berdualah sprinter yang berhasil meraih medali emas Olimpiade di nomor 100m putra setelah Justin Gaitilin (2004), Jacobs enggan besar kepala.
“Apa yang harus saya katakan? Sangat susah jika harus membandingkan saya dengannya (Bolt). Dia adalah wajah olahraga ini. Ini bukan saatnya membanding-bandingkan, kita harus melihat apa yang akan terjadi nanti,” ucapnya.
Hingga detik ini, rekor Usain Bolt sebagai manusia tercepat di Olimpiade memang belum tersaingi, termasuk oleh Jacobs yang meraih catatan waktu 9,80 detik.
Usain Bolt masih memegang rekor sprinter tecepat untuk 100m putra sepanjang masa dengan 9,63 detik saat berlaga di Olimpiade London 2012. Sementara itu, rekor dunianya adalah 9,58 detik yang ia raih di Berlin pada 2009.
Walaupun tokoh legendaris seperti Usain Bolt belum tertandingi dan belum ada duanya, cabor atletik khususnya sprinter kini sudah punya bintang baru yang siap bersinar. Ia bernama Lamont Marcell Jacobs.