3 Atlet yang Juga Berprofesi sebagai Dokter
Selain dari dunia sepakbola, ada pula atlet dari cabang olahraga lari yang juga berprofesi sebagai seorang dokter. Adalah Mohammad Sarengat, pria kelahiran Banyumas, 28 Oktober 1940 silam yang dikenal sebagai atlet lari atau sprinter.
Perjalanannya untuk menjadi seorang pelari nyatanya dilalui dengan banyak halangan dan dilema. Pasalnya, orang tuanya merupakan seorang guru dan juga pemain tenis. Pria yang lahir sebagai anak tertua dari 10 bersaudara tersebut awalnya menggeluti dunia tenis mengikuti jejak orang tuanya.
Sejak kecil, ia bersama ayahnya, Prawirosuprapto, bermain tenis dengan bola bekas dan raket seadanya. Namun, saat menempuh pendidikan di SD hingga SMA, Sarengat terobsesi dengan pamannya yang merupakan penjaga gawang Timnas PSSI, Mursanyoto.
Bermula dari situ, Sarengat pun menggeluti dunia sepakbola dengan menjadi penjaga gawang di kesebelasan sekolahnya dan kemudian bergabung dengan klub Indonesia Muda (IM) Surabaya.
Karena selalu ditempatkan di bangku cadangan, Sarengat pun memutuskan untuk menyerah dalam dunia sepakbola dan beralih ke cabang olahraga atletik. Siapa sangka, keputusan yang dilakukannya itu membuahkan hasil yang sangat memuaskan.
Saat menjadi seorang pelajar SMA, Sarengat pernah mengikuti juara lomba tingkat SMA di Surabaya dan menjadi juara. Berawal dari lomba tersebut, dirinya pun dilirik oleh Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) dan diboyong ke Jakarta.
Selama menjadi atlet lari, Sarengat telah mengharumkan nama Indonesia dengan memecahkan rekor lari se-Asia, yang mana dirinya mencatat waktu 10,2 detik pada Asian Games 1962 silam dan dinobatkan sebagai manusia tercepat di Asia, dikutip dari Liputan6.com (13/10/14).
Selain itu, dirinya juga turut mempersembahkan dua medali emas saat berlaga di nomor lari 100 meter dan lari gawang 110 meter.
“Sarengat, rakyat telah melimpahkan kamu di Pelatnas selama setahun, mulai dari pakaian kamu dan sepatumu, sekarang rakyat minta bukti.” - Bung Karno.
Sayangnya, kariernya di dunia olahraga lari itu harus terhenti ketika dirinya harus kembali melanjutkan pendidikan. Sejak menggeluti dunia lari, pendidikan Sarengat sempat terhenti dan sering kali mengalami kegagalan untuk lulus dalam ujian sekolah di SMA. Diketahui bahwa dirinya berhasil lulus dari SMA setelah tiga kali mengikuti ujian akhir sekolah.
Namun, masalah pendidikan kembali menghinggapi Sarengat ketika akan melanjutkan pendidikannya ke jenjang kuliah. Mantan Kepala Staf Angkatan Darat (AD) pertama, Letnan Jenderal GPH Djatikusumo, memberikan saran kepadanya untuk masuk dinas AD supaya bisa mendapatkan beasiswa kedokteran.
Sejak itu, Sarengat pun memilih mundur dari kehidupannya sebagai seorang atlet lari dan beralih profesi menjadi dokter TNI AD. Bahkan, Sarengat sempat menjadi dokter pribadi bagi dua Wakil Presiden RI saat itu, Sri Sultan Hamengkubuowono IX dan Adam Malik.
Dirinya juga dikatakan mendirikan Sports Campus Wijaya Kusuma (SCWK), klinik rehabilitasi pengguna narkoba. Menurut laporan, klinik tersebut dibangun pasca anak lelakinya terjerat narkoba dan berhasil disembuhkan.
Sayangnya, pada 2009 lalu Sarengat terserang penyakit stroke dan komplikasi penyakit. Manusia tercepat di Asia itu pun wafat pada 13 Oktober 2014 lalu di Rumah Sakit Pondok Indah.