In-depth

GANEFO: Olimpiade 'Tandingan' yang Lambungkan Nama Indonesia

Kamis, 9 Agustus 2018 15:32 WIB
Editor: Abdurrahman Ranala
 Copyright:
Politik dan Olahraga

Berbeda dengan pandangan International Olympic Committee (IOC) bahwa olahraga tidak boleh dicampur aduk dengan politik, GANEFO menjadi jawaban bahwa olahraga dan politik tak bisa dipisahkan. 

Pernyataan dari IOC bahwa "Sports are sports! Do not mix sports with politics" dibalas oleh Indonesia terutama melalui Menteri Olahraga saat itu Maladi. 

"Sport tidak dapat dipisahkan dengan politik, yang secara terus terang dan terbuka dinyatakan oleh Indonesia kepada dunia" ~ Maladi, Menteri Olahraga era Presiden Soekarno

Apa yang disampaikan oleh Maladi tersebut kembali disampaikan saat konferensi persiapan GANEFO pada 27 April 1963. Sikap IOC yang memisahkan politik dari olahraga menjadi bumerang ketika sejarah mencatat keputusan politk di Olimpiade dan African Games. 

Maladi menyampaikan "Bukankah itu politik jika Belgia menolak ikut sertanya Jerman dan Austria dalam Olimpiade 1920 Antwerpen? Bukankah itu politik jika pemerintah kolonial di Afrika melarang atlet nasional dari negara-negara jajahan Afrika untuk ikut serta dalam African Games 1929 di Aleksandria?" 

Standar ganda yang dipakai oleh IOC yang digunakan untuk mencekal keikutsertaan Indonesia di Olimpiade tersebut membuat Presiden Soekarno geram. 

"IOC telah menunjukkan bahwa IOC hanyalah sebuah alat imperialisme, termasuk politik. Olimpiade telah terbukti secara tersbuka sebagai alat imperialisme. Maka lebih baik kita terus terang saja, bahwa sport tidak dapat dipisahkan dengan politik, dan Indonesia secara terang-terangan sekarang mengusulkan untuk menggabungkan olahraga dengan politik," ujar Bung Karno dalam pidatonya, dikutip dari buku berjudul 'GANEFO, Olimpiade Kiri di Indonesia' karya Muhidin M.Dahlan. 

2