In-depth

Agung Hercules dan Banyaknya Binaragawan yang Mati Muda

Kamis, 1 Agustus 2019 18:48 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© alumni212.id
Agung Hercules dikabarkan meninggal dunia, Kamis (01/08/19). Copyright: © alumni212.id
Agung Hercules dikabarkan meninggal dunia, Kamis (01/08/19).

FOOTBALL265.COM - Kabar duka datang dari komedian sekaligus binaragawan, Agung Santoso, atau yang akrab disapa Agung Hercules. Agung Hercules meninggal dunia hari ini, Kamis (01/08/19) pukul 16.00 WIB, akibat mengidap kanker glioblastoma

Binaragawan berusia 51 tahun itu sempat dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tangerang. Ia menjalani operasi sebanyak tiga kali untuk menghilangkan penyakit tersebut.

Selama mengidap penyakit kanker glioblastoma, Agung Hercules mengalami perubahan fisik yang cukup drastis.

Badannya yang kekar berotot menjadi lebih kurus dan rambut yang tadinya gondrong harus dicukur habis.

Aung Hercules merupakan salah satu binaragawan populer di Indonesia. Kepopulerannya ini didapat dari kombinasi penampilan fisiknya yang kekar dengan kemampuannya menyanyi dan melawak. 

Kabar sakit dan meninggalnya Agung Hercules terbilang mengejutkan lantaran almarhum terlihat memiliki tubuh bugar dan kekar. 

Namun, meninggalnya seorang binaraga di usia relatif muda bukanlah hal yang baru. Di Indonesia maupun dunia ada sejumlah kasus di nama seorang binaraga harus mati di usia relatif muda. 

Penyebabnya tentu beragam. Penyakit yang menimpa Agung mungkin tak ada kaitan langsung dengan kegiatannya sebagai binaragawan. 

Namun, banyak pula yang ternyata harus meninggal muda karena berkaitan langsung dengan dunia binaraga. Ada yang meninggal karena penyalahgunaan obat-obat hormon, ada pula yang meninggal karena malfungsi organ tubuh, sampai serangan jantung. 

Dallas McCarver, binaragawan asal Amerika Serikat, dianggap memiliki masa depan cerah berkat prestasinya di usia muda. Sepanjang 2012-2015, ia memenangkan tiga dari lima kejuaraan yang diadakan Federasi Binaraga Internasional (IFBB). 

Namun Dallas McCarver harus mengubur mimpinya menjadi binaragawan dunia karena pada 2017 ia harus bertarung dengan infeksi pernafasan yang berkembang menjadi bronkitis. 

Penyakit ini membuatnya menjadi sulit bernapas. Akirnya, pada Agustus 22 2017, ia ditemukan meninggal dunia di rumahnya pada usia hanya 26 tahun. Hasil otopsi mengungkapkan dirinya menderita pembesaran hati dan ginjal, nefrosklerosis (ginjal yang mengeras), paru-paru berat, dan karsinoma tiroid papiler.

Kasus serupa juga menimpa seorang binaragawan terkenal asal Austria, Andreas Munzer. Pada Maret 1996 ia mengalami pendarahan internal di perutnya. 

Tindakan dokter untuk menghentikan pendarahan membuat ginjal dan levernya tak berfungsi. Akhirnya, dua hari kemudian ia dinyatakan meninggal dunia.

Dallas McCarver dan Andres Munzer adalah sebagian kecil saja dari kasus mati muda yang menimpa binaragawan. 

Masih banyak lagi kasus-kasus serupa misalnya saja yang menimpa Anthony D’Arezzo (meninggal usia 44 tahun), Nasser El Sonbaty (47 tahun), Rich Piana (46 tahun) sampai Daniele Seccarecci (33 tahun).

Lalu, mengapa para binaragawan ini harus menjemput ajal di usia muda? Apa yang salah dari mereka?

'Mati karena Otot'

Kematian prematur cukup umum terjadi dalam profesi binaraga. Kebanyakan dari mereka meninggal karena obsesi untuk membesarkan otot. 

Banyak dari para binaraga ini ingin mencapai kondisi fisik tertentu dengan menembus batas ketahanan tubuhnya sendiri. Pemakaian obat-obatan penambah hormon dan steroid yang tak terkendali membuat tubuh mereka rusak.

Penggunaan zat-zat kimia pembesar otot tersebut diketahui dapat menambah beban pada persendian dan menekan lever. Parahnya, penggunaan steroid berlebihan bisa berdampak pada munculnya tumor lever, penyakit ginjal, dan serangan jantung. 

Dalam sebuah wawancara dengan Paul Solotaroff, binaragawan asal Amerika Serikat, Steve Michalik, menjelaskan bahwa usahanya untuk menang di panggung binaraga bagaikan sebuah 'pengalaman mendekati kematian'. 

Salah satu cara yang ia gunakan adalah dengan meminum sedikit mungkin air selama seminggu sebelum bertarung demi mengurangi kadar cairan dalam tubuh. 

Tak hanya penggunaan obat-obatan, steroid, atau lainnya, ternyata kematian dari binaragawan juga bisa disebabkan dari konsumsi kalori berlebih. 

Melansir laman Daily Mail edisi 2015 lalu, seorang penggila kebugaran Dean Wharmby dari Rochdale meninggal di usia 39 tahun setelah berjuang melawan penyakitnya selama lima setengah tahun. 

Dean diketahui terobsesi membesarkan tubuhnya. Untuk mendapatkan tubuh binaragawan yang sempurna dia mengonsumsi 10 ribu kalori sehari dari makanan seperti pizza, burger, roti isi daging babi, dengan tujuh sampai delapan minuman energi kaleng.

Jalan Pintas

Tak ada yang salah dengan profesi binaragawan maupun keinginan untuk membesarkan otot tubuh. Namun, cara untuk mencapainyalah yang terkadang diselewengkan. 

Dalam pernyataan yang dikutip dari kompas.com (09/10/12), pegiat binaraga Indonesia, Ade Rai, pernah menjelaskan mengenai cara memiliki tubuh binaragawan. 

Menurutnya, cara pertama dan paling lazim dilakukan atlet binaraga atau bodybuilder adalah dengan melakukan latihan rutin selama beberapa waktu. 

"Karena latihan terus-menerus tersebut, otot dapat dibentuk sesuai keinginan kita." ujar Ade. 

Namun, menurut Ade, ada calon dan atlet binaraga yang cenderung menggunakan jalan pintas untuk mencapai bentuk tubuh ideal. 

"Dengan pertolongan obat-obatan hormon maupun steroid, maka otot dapat dipacu berkembang lebih cepat," kata Ade.

Ade menambahkan, penggunaan obat-obatan hormon dan steroid secara sembarangan dan berlebihan mampu menimbulkan efek buruk bahkan kematian pada beberapa atlet binaraga. 

Jika bukan kasus kematian, setidaknya ada kasus kerusakan organ tubuh pada atlet binaraga setiap tahunnya yang meningkat. 

1