FOOTBALL265.COM - Simpang siur soal olahraga elektronik atau eSports terus bergulir. Perdebatan mengerucut soal apakah olahraga game eSports masuk cabang olahraga atau bukan.
Menteri Dalam Negeri dan Olahraga Hesse (negara bagian Jerman), Peter Beuth menyatakan bahwa rencana memasukkan eSports dalam cabang olahraga adalah kekeliruan.
"Saya masih tidak mengerti bagaimana menggerakkan ibu jari dan telunjukmu bisa disebut sebagai bagian dari olahraga, bahkan jika ada yang bergerak di layar sekalipun. eSports tidak ada hubungannya dengan olahraga. Kita perlu memusnahkan istilah itu,“ kata Beuth seperti dilansir dari Spieltimes.com.
Menurutnya, eSports hanya akal-akalan perusahaan besar Amerika yang bergerak di bidang game agar perusahaan mereka untung besar.
“Olahraga yang sehat bagi anak-anak adalah membawa mereka ke gym dan ke lapangan,” kata politisi Jerman itu.
Tapi Ketua Asosiasi eSports Indonesia (IeSPA) Eddy Lim juga punya alasan mengapa game online juga bisa dikategorikan sebagai olahraga.
Menurutnya, eSports dimainkan oleh manusia dan ada unsur kompetisi. Itulah yang membuat eSports bisa masuk dalam kategori olahraga.
Lagipula, tidak semua atlet identik dengan otot-otot besar. Ada juga atlet yang perawakannya sedang-sedang saja dengan otot kecil, sebut saja atlet catur, bridge, panahan, dan menembak.
Justru eSports membuka peluang bagi siapa pun yang kemampuan fisiknya rata-rata, atau mereka yang punya keterbatasan fisik, untuk ikut kompetisi olahraga.
"Tidak perlu badan besar, semua bisa main eSports," kata Eddy pada awak redaksi berita olahraga INDOSPORT.
Yang penting, orang tersebut harus unggul di bidang logika eksakta karena eSports menuntut pemain untuk menganalisa permainan lawan, kemudian mengatur strategi untuk menghadapinya.
Keunggulan membuat strategi ini dapat membuat pemain menumbangkan lawan dalam waktu sesingkat mungkin.
Bermain game online untuk hiburan tentu berbeda dengan bermain game secara profesional dalam eSports. Dalam eSports, ada kompetisi antar pemain dengan peraturan tertentu.
Terus Dikaji
Salah satu Youtuber terkenal di Indonesia yang juga atlet eSports, Ericko Lim angkat bicara. Ericko menganggap eSports bisa menjadi investasi dengan penghasilan yang cukup memuaskan.
“Presiden aja bilang jika eSports ini memiliki potensi untuk perputaran uang sebanyak ratusan triliun dalam waktu singkat, sehingga para gamers masa kini hidup lebih berkecukupan,” ujar Ericko melalui kanal Youtube pribadinya.
Pria berusia 24 tahun ini mengungkapkan bahwa data yang sudah disimpulkan merupakan nyata. Sehingga tidak mengherankan jika gamers di Indonesia saat ini menjadi profesi yang menjanjikan.
Ericko juga mengungkapkan untuk menggeluti eSports bukan hanya sebagai seorang atlit. Ada berbagai posisi yang juga bisa digeluti selain menjadi seorang atlit
Berbagai profesi itu bisa memberikan keuntungan yang menjanjikan. Profesi ini berupa Caster atau komentator, pembawa acara, coach atau pelatih, event organizer atau bahkan bisa menjadi seorang jurnalis berita khusus untuk eSports.
Pemerintah terutama Kementerian Pemuda dan Olahraga sendiri kini tengah berupaya membangun pemahaman yang tepat tentang eSports.
eSports sendiri sempat masuk sebagai cabang olahraga eksebisi atau cabang olahraga uji coba pada ajang Asian Games 2018 kemarin.
Dan kini, Indonesia tengah mempersiapkan diri untuk mengirimkan sejumlah atlet eSports-nya ke ajang SEA Games 2019 nanti di Filipina.
Bahkan Komite Olimpiade Internasional (KOI) pun tak luput mengakui bahwa eSports sendiri sebagai sebuah olahraga karena telah memenuhi beberapa aspek khusus.
Deputi Pemberdayaan Olahraga Kemenpora, Raden Isnanta mengungkapkan beberapa aspek tersebut turut dimiliki dan dijalani oleh para atlet yang berkecimpung di dunia olahraga elektronik itu.
“Atletnya harus tahan bermain satu game dengan lama. Berarti harus secara fisik menyiapkan daya tahan yang cukup, keseimbangan berfikir, keputusan, konsentrasi. Itu yang kita lihat dari sisi sport,” jelasnya pada awak redaksi berita olahraga INDOSPORT, Jumat (02/08/19) lalu.
Lebih jauh lagi, Raden mencoba menggambarkan secara spesifik bagaimana eSports masuk dalam kategori olahraga lewat penggunaan otot tubuh.
“Olahraga harus menggunakan otot-otot besar, sementara catur atau eSport, menggunakan otot kecil tapi ini bisa dibenarkan jika kita melihat konteks persiapannya yang harus olahraga,” jelas Raden.
Raden mengakui masih ada perbedaan sudut pandang yang bermunculan di antara publik punya kemungkinan besar untuk mampu mengarahkan definisi dari eSports.
“Kami akan mengundang pakar, siapa saja pesertanya, narasumbernya supaya nanti dalam hal mengambil langkah, Menpora punya dasar ilmiah,” kata Raden.
Langkah ini diambil oleh Kemenpora pada 7-8 September 2019 mendatang. Tak hanya mengundang para pakar, namun juga para orang tua untuk hadir dan berdiskusi.
Diskusi kajian ini nantinya tak hanya menjadi dasar ilmiah bagi Kemenpora untuk mengambil langkah selanjutnya, namun juga bekal bagi para stakeholders untuk mengambil kebijakan-kebijakan lainnya.
“Pengkajiannya juga nanti akan termasuk membicarakan soal regulasi dan standarirasi eSports. apakah Indonesia akan ikut membendung, membatasi atau mengawal. Kita akan cari solusinya nanti,” tutupnya.