In-depth

Efek Domino Mundurnya Olimpiade Akibat Virus Corona di Cabor Sepak Bola

Rabu, 1 April 2020 05:05 WIB
Editor: Coro Mountana
© Grafis:Yanto/Football265.com
Penundaan Olimpiade Tokyo akibat serangan virus corona ternyata menimbulkan efek domino di cabang olahraga (cabor) sepak bola. Copyright: © Grafis:Yanto/Football265.com
Penundaan Olimpiade Tokyo akibat serangan virus corona ternyata menimbulkan efek domino di cabang olahraga (cabor) sepak bola.

FOOTBALL265.COM – Penundaan Olimpiade Tokyo akibat serangan virus corona ternyata menimbulkan efek domino di cabang olahraga (cabor) sepak bola.

Sedianya, Olimpiade Tokyo digelar pada tahun ini, tepatnya 24 Juli hingga 9 Agustus mendatang. Namun rencana itu urung terlaksana gara-gara wabah virus corona yang terus berkembang hingga menjadi pandemi dunia.

Melansir dari Bloomberg, Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan panitia penyelenggara Olimpiade Tokyo akhirnya mencapai kesepakatan dengan menggelar upacara pembukaan pada 23 Juli 2021. Sedangkan, Olimpiade Tokyo akan ditutup pada 9 Agustus 2020.

Tapi masalah tak selesai sampai di sana karena mundurnya jadwal Olimpiade Tokyo akibat virus corona justru menimbulkan efek domino pada cabor sepak bola.

Padatnya Jadwal

Pertama, dengan mundurnya Olimpiade ke setahun berikutnya, akan menimbulkan masalah dengan padatnya jadwal di 2021. Seperti yang kita tahu, banyak ajang sepak bola tingkat internasional digelar pada tahun 2021 juga.

Sebut saja Piala Dunia U-20 2021, Euro 2021 hingga Copa America 2021 yang bakal membuat agenda sepak bola di tahun 2021 sangatlah padat. Jadwal padat itu pada akhirnya akan berdampak pada kebugaran pemain.

Pemain sepak bola seperti Ansu Fati misalnya, wonderkid Barcelona berkebangsaan Spanyol itu bisa mengalami kelelahan yang luar biasa. Pemain seperti Ansu Fati pasti tenaganya akan dipakai untuk Piala Dunia U-20 dan Euro.

Mungkin Spanyol akan mengambil kebijaksanaan untuk memainkan Ansu Fati hanya di salah satu ajang saja. Tapi jelas itu akan menjadi kerugian bagi Ansu Fati yang pasti ingin bermain di dua pesta akbar sepak bola tersebut.

Selain Ansu Fati, wonderkid Real Madrid asal Brasil yaitu Vinicius Junior juga bisa merasakan efek domino dari penundaan Olimpiade Tokyo. Sebagai anggota skuat Brasil U-21, Vinicius Junior jelas tenaganya juga dibutuhkan untuk ajang sekelas Copa America.

Tak hanya masalah padatnya jadwal yang akan merugikan para pemain, tetapi juga mundurnya Olimpiade Tokyo berimbas pada permasalahan usia.

Masalah Usia

© Alex Caparros/Getty Images
Ansu Fati mencetak gol di laga Barcelona vs Valencia, Minggu (15/09/19) dini hari WIB, di Camp Nou. Copyright: Alex Caparros/Getty ImagesAnsu Fati mencetak gol di laga Barcelona vs Valencia, Minggu (15/09/19) dini hari WIB, di Camp Nou.

Sejak tahun 1992, IOC memutuskan cabor sepak bola di Olimpiade hanya bisa diikuti oleh pemain yang berusia di bawah 23 tahun ditambah 3 pemain senior. Tentu aturan itu akan menimbulkan masalah besar untuk kasus Olimpiade Tokyo.

Pasalnya dengan pemunduran jadwal Olimpiade Tokyo ke 2021 itu, akan membuat sejumlah pemain sepak bola yang usianya 24 tahun tak boleh ikut. Padahal para pemain itu bisa main jika Olimpiade main di tahun ini.

Menukil dari Evening Standard, permasalahan aturan pembatasan usia pun coba diperjuangkan oleh Federasi Sepak Bola Australia (FFA). FFA disebut menggelar pembicaraan dengan FIFA dan OIC meminta agar aturan U-23 diubah jadi U-24.

“Perubahan ini akan memastikan para pemain yang berjasa meloloskan negara mereka ke Olimpiade tahun ini tapi mungkin tidak bisa terlibat saat Olimpiade digelar tahun depan karena batasan usia, memiliki kesempatan mewujudkan mimpi mereka mewakili negaranya,” ujar CEO FFA, James Johnson.

Hingga berita ini diturunkan, OIC bersama FIFA masih belum memutuskan apakah akan mengubah mengenai aturan pembatasan usia dalam cabor sepak bola di Olimpiade Tokyo.

Pada akhirnya akibat virus corona, Olimpiade pun mengalami pemunduran jadwal yang ternyata menimbulkan efek domino bagi para pemain sepak bola.