In-depth

Subur di Olahraga hingga Konser, Mengapa Fenomena Calo Sulit Diberantas di Indonesia?

Sabtu, 17 Juni 2023 06:30 WIB
Penulis: Nadia Riska Nurlutfianti, Miranti | Editor: Prio Hari Kristanto
© indosport
PBSI tidak bisa menyalahkan calo karena mereka mendapatkan tiket secara resmi meski telah menetapkan satu KTP hanya untuk dua tiket. Copyright: © indosport
PBSI tidak bisa menyalahkan calo karena mereka mendapatkan tiket secara resmi meski telah menetapkan satu KTP hanya untuk dua tiket.
PBSI: Mereka Beli dengan Sistem Sah

Tak lama kemudian dari kejauhan calo tersebut memantau seraya menunjuk ke arah kami untuk mengingatkan rekannya agar waspada tidak membocorkan informasi apapun.

Terkait fenomena ini, Broto Happy selaku Kepala Bidang Humas dan Media PBSI mengatakan bahwa masalah calo sudah di luar kuasanya.

PBSI tidak bisa menyalahkan calo karena mereka mendapatkan tiket secara resmi meski telah menetapkan satu KTP hanya untuk dua tiket.

"Calo ini memang hal lama yang terus ada kan. Kami juga tidak bisa menyalahkan atau melarang karena mereka juga belinya lewat mekanisme yang kami tetapkan," kata Broto Happy.

"Tidak ada hukum yang kuat untuk mengikat untuk para calo ini juga kan. Padahal kita sudah lakukan penjualan secara online," katanya.

Penggelembungan Harga

Selain itu INDOSPORT juga berhasil mengumpulkan sejumlah data dari para penonton yang membeli tiket yang dijual oleh para calo.

Menurut salah satu penonton yang tidak mau disebutkan namanya, mereka membeli tiket Indonesia Open 2023 dengan harga tak masuk akal.

Sekadar informasi, PBSI menjual tiket untuk babak 32 besar mulai dari Rp125 ribu sampai Rp300 ribu. Lalu untuk babak 16 besar mulai Rp200 ribu sampai Rp550 ribu, babak perempat final Rp425 ribu sampai Rp1,1 juta.

Kemudian babak semifinal senilai Rp500 ribu sampai Rp1,550 juta dan final Rp550 ribu hingga Rp2 juta, di mana semua harga yang tertera didapatkan berdasarkan presale dan harga normal.

Jika di babak 16 besar harga untuk kategori (CAT) 2 dijual dengan harga normal senilai Rp250 ribu, CAT 1 sebesar Rp350 ribu dan VIP senilai Rp550 ribu, tetapi calo menjualnya dengan harga dua kali lipat!

Untuk CAT 2 mereka jual senilai Rp500 ribu sampai Rp600 ribu, sedangkan kelas VIP senilai Rp1,2 juta. Namun harga tersebut bisa lebih murah jika dibeli dengan jumlah banyak.

“Ya Rp500-600 ribulah untuk satu tiket untuk CAT 2, kalau lebih banyak bisa lebih murah lagi. Saya beli empat Rp550 ribu per tiket jadi Rp2,2 juta,” kata narasumber penonton yang datang dari Bogor tersebut.

Narasumber itu juga mengatakan bahwa semua calo kompak menjual tiket seharga Rp600 ribu. Meski demikian, ia rela merogoh kocek dalam untuk menonton acara ini karena hanya digelar satu tahun sekali dan Indonesia Open kali ini akan menjadi edisi yang terakhir digelar di Istora Senayan.

“Semua calonya sudah kompak Rp600 ribu, tapi kan ini satu tahun sekali dan terakhir di Istora Senayan,” tambahnya.

Memahami Modus para Calo

Berdasarkan informasi yang dihimpun, para calo tersebut kebanyakan merupakan pekerja harian. Mereka melakukan modus operandinya dengan sudah mengantre di depan pintu Istora Senayan sejak subuh agar bisa mendapatkan tiket secara On The Spot (OTS).

Mereka juga biasanya membawa anak kecil maupun seseorang sebagai anggota keluarga agar bisa membeli banyak tiket. Selain itu, calo juga membeli tiket dari penonton dengan harga murah kemudian dijual lagi dengan mahal.

Hal serupa juga terjadi dalam penjualan tiket sepak bola di FIFA Matchday antara Timnas Indonesia vs Argentina yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno pada 19 Juni 2023 nanti.

Sejak dibuka, tiket FIFA Matchday ludes hanya dalam lima menit saja. Namun tak lama kemudian dijual kembali dengan harga mahal oleh calo di media sosial.

Sebagai informasi, PSSI menetapkan harga CAT 3 sebesar Rp600 ribu, lalu CAT 2 Rp1,2 juta, CAT 1 Rp2,5 juta, dan VIP Barat-Timur Rp4,25 juta.

Meski demikian, calo tiket Timnas Indonesia vs Argentina terancam merugi menyusul turunnya minat penonton usai Lionel Messi dilaporkan tak akan tampil di Jakarta.

Walau menjanjikan jika mendapatkan untung besar, tetapi calo juga merupakan ‘pekerjaan’ penuh risiko. Pasalnya, tiket yang dijajakkan belum tentu bisa laku terjual sehingga berakhir merugi.

Selain itu, juga calo dibayangi hukuman penjara yang sudah diatur dalam perundang-undangan di Indonesia terutama jika menjual tiket palsu.