Bos tim balap pabrikan Yamaha, Lin Jarvis mengaku tak begitu berminat soal penambahan jumlah seri musim depan nanti. Sebelumnya, para pembalap sendiri telah mengajukan rasa tak setuju mereka dengan ide tersebut.
Indonesia rencananya akan menggantikan posisi Finlandia yang dikabarkan terkendala masalah keuangan. Hal itu sendiri telah dikonfirmasi langsung dari CEO Dorna, Carmelo Ezpelata soal prioritas kawasan Asia Tenggara untuk menjadi tuan rumah MotoGP.
Namun beberapa waktu lalu, para pembalap juga sempat mengeluhkan padatnya jadwal untuk MotoGP 2018 dengan 19 seri, bertambah menjadi 20 seri. Tentu aja hal itu kemudian menjadi beban, baik untuk pembalap maupun tim mereka.
"20 balapan sangat banyak, tidak hanya untuk pembalap, tapi juga untuk media, kita semua, staff, intinya kami tidak ingin lebih dari 20," ungkap Jarvis, seperti dilansir Crash.net.
Ia pun menilai, jika benar akan diberlakukan 20 seri, setidaknya mereka harus mengurangi sejumlah kegiatan lain, seperti beberapa sesi tes untuk menghemat waktu sebaik mungkin.
"Saya setuju dengan para pembalap dimana 20 balapan itu lebih dari cukup," ungkap Livio Suppo, bekas bos Honda yang menaungi Marc Marquez dan Dani Pedrosa beberapa waktu lalu.
Indonesia menjadi salah satu yang disebutkan oleh Dorna, melihat pasar industri motor di kawasan Asia Tenggara terbilang cukup tinggi. Hal itu membuat Indonesia masuk dalam daftar kandidat yang cukup kuat untuk dipilih oleh tim pabrikan maupun sponsor.
Hingga kini, kabar terakhir soal penyelenggaraan MotoGP di Indonesia masih terus menjadi perbincangan, melihat pemerintah telah mengajukan proposal ke Dorna, yang dibarengin dengan pembangunan Sirkuit Jakabaring desain arsitek sirkuit ternama, Herman Tilke pada 2019 nanti.
Tapi dengan melihat kondisi penolakan soal jumlah seri dalam semusim yang dilontarkan oleh para pembalap dan tim balap mereka, bukan tidak mungkin MotoGP Indonesia yang rencananya menjadi seri ke-20 akan dibatalkan.