In-depth

Demi Masa Depan MotoGP, Marquez Harus Rela Sering Kalah

Selasa, 20 Agustus 2019 15:34 WIB
Penulis: Luqman Nurhadi Arunanta | Editor: Arum Kusuma Dewi
 Copyright:

FOOTBALL265.COMMarc Marquez menjadi tokoh antagonis selama tiga musim terakhir MotoGP. Kehadirannya dianggap membuat MotoGP terasa membosankan.

Marquez saat ini memimpin jauh di puncak klasemen MotoGP 2019 dengan raihan 321 poin atau selisih 58 angka dari pembalap Ducati, Andrea Dovizioso, yang menduduki urutan kedua.

Pembalap Repsol Honda tersebut hampir selalu meraih podium kecuali di MotoGP Amerika Serikat. Selebihnya, Marquez tidak pernah absen dari podium pertama atau kedua.

Marquez sudah enam kali meraih kemenangan dan empat kali runner up. Ia terakhir gagal meraih juara di MotoGP Austria, Minggu (11/08/19), setelah disalip Dovizioso di tikungan terakhir.

Marquez telah berhasrat meraih kemenangan perdana di Sirkuit Red Bull Ring dan sekaligus memutus dominasi Ducati. Akan tetapi, ia menyadari kalau pertarungannya dengan Dovizioso akan mengambil risiko besar.

“Saya lebih unggul dalam pengereman, tetapi dalam pengereman butuh risiko yang besar,” ujar Marquez seperti dilansir dari laman Crash.

“Saya bilang baiklah kita akan mencoba tapi hanya sampai batas tertentu saja. Saya tidak akan melakukan sesuatu yang gila, jadi untuk alasan itu saya memulai putaran terakhir di depan dan mencoba bertahan karena saya tidak menyerang.”

Marquez terkenal sebagai pembalap yang suka mengambil risiko demi mengejar kemenangan. Akan tetapi, ia bersikap lebih bijak di MotoGP Austria saat berduel dengan Dovizioso.

Ia tidak ingin terjatuh saat berduel dengan Dovizioso dan membuang poin di MotoGP Austria. Toh, gap poinnya dengan Dovizioso masih terbilang aman meskipun ia merelakan puncak podium.

Dengan raihan poinnya saat ini, Marquez sebenarnya sudah tak terkejar untuk meraih juara MotoGP 2019. Dovizioso hanya menjadi satu-satunya pesaing Marquez setelah Valentino Rossi, Maverick Vinales, dan bahkan Jorge Lorenzo tidak mampu berbuat banyak.

Marquez berpeluang menyelesaikan musim balapan 2019 seperti musim 2016 dan musim 2018 lalu saat balapan masih menyisakan tiga seri. Marquez juga pernah melakukannya saat menjadi juara MotoGP 2014.

Satu kata yang terlintas di benak pecinta MotoGP menyaksikan dominasi Marquez, membosankan. Sama seperti saat Rossi menjadi juara MotoGP 2001 sampai 2005.

Kebosanan ini barangkali akan bertahan sampai Marquez setidaknya berhasil menyamai rekor sembilan kali gelar juara dunia yang digenggam Rossi. Honda juga akan senang-senang saja menerima Marquez sampai lebih dari tahun 2020, batas tahun kontraknya di Honda habis.

“Firasat saya mengatakan Marquez akan kembali juara musim 2019 ini. Jelas dia unggul. Saya bertaruh dia akan tetap jadi juara musim 2020 mendatang,” ujar pandit Neil Hodgson seperti dilansir dari laman Daily Star.

“Saya kira dia akan tetap di Honda dengan motor dan tim yang sangat familiar untuk meraih gelar kesepuluh dan mengalahkan rekor Valentino Rossi. Baru setelah itu mungkin dia akan pindah.”

Melihat semua kebosanan ini, haruskah Marquez harus sering kalah demi persaingan MotoGP di masa mendatang? Bagaimana cara agar Marquez bisa kalah?

Alih-alih berharap Marquez kalah, rival lainnya sudah sepatutnya mulai mengejar dominasi The Baby Alien, seperti menyiapkan komposisi motor dan pembalap terbaik.

Yamaha sebagai pesaing Honda harus mulai menyuplai Rossi dan Vinales dengan motor terbaik. Fabio Quartararo yang disebut punya potensi mengalahkan Marquez di masa depan juga layak diberi kesempatan mentas bersama tim pabrikan.

Meminta Marquez untuk kalah mungkin tidak akan terwujud dalam waktu dekat. Ia akan terus menghadirkan kebosanan di MotoGP jika tidak ada gebrakan dari sang rival atau Marquez yang justru ‘mengalah’ dengan pindah dari Honda, cedera, atau mulai tak lagi kompetitif.