FOOTBALL265.COM - Mantan pembalap MotoGP sekaligus rival Valentino Rossi di atas lintasan balap, Max Biaggi, seringkali memanfaatkan media sosial untuk berkomunikasi dengan penggemarnya dan penggemar dunia balap motor.
Kali ini, dia berbicara tentang ‘pembalap tua’ setelah dua hari yang lalu mengikuti sesi latihan bebas di Mugello dengan motor RSV4X.
Biaggi yang pernah merebut gelar dunia SBK di usia 41, mengakui betapa sulitnya menjadi pembalap di usia 40 tahun lebih, terutama ketika menyangkut kondisi fisik meskipun secara mental tak pernah berubah.
Segala kesulitan di usia kepala empat membuatnya lebih memilih pensiun sebelum usia 40 tahun, sedangkan rivalnya, Valentino Rossi masih setia pada kariernya. Dikutip dari GPOne, Biaggi membeberkan konsekuensi sebagai ‘pembalap tua’ sebagaimana dengan apa yang dia alami.
“Anda harus berusaha dua kali lebih keras untuk mendapat hasil yang sama ketika Anda muda,” katanya.
Ini pelajaran yang Biaggi alami sendiri ketika dia masih menjadi pembalap dan Valentio Rossi, pembalap lain yang berusia 40 tahun, pasti mengerti maksudnya.
“Setelah usia tertentu, semuanya benar-benar berubah. Waktu pemulihan berubah pada level kondisi fisik Anda, keinginan Anda untuk mengambil resiko pun berubah, seperti kemampuan Anda untuk bereaksi terhadap sesuatu yang terjadi dalam hitungan detik, ” tambahnya.
Biaggi pun mengatakan walaupun keinginan hati masih sama seperti sebelumnya, tapi kadang pikiran Anda tidak mengikutinya.
"Ketika Anda sudah melewati kepala empat, oh, ini kenyataannya bagi semua pebalap. Tentu saja latihan konstan, keinginan baja, talenta, mencoba menghilangkan perasaan ini (takut). Namun percayalah, Anda harus bekerja dua kali lipat dari para pebalap muda di level kompetisi yang sama," terangnya.
Biaggi mengalami itu beberapa tahun lalu di perlombaan dunia SBK pada usia 40 tahun lebih. Pada kalimat terakhirnya mungkin ditujukan ke Rossi agar memberikan ruang pada pembalap muda.
“Sepeda motor adalah hidupku, tetapi masa depan adalah milik anak muda! Benar kan?" tutupnya.
Penulis: Karina Kusuma Wijaya