In-depth

Bicara Data, Ducati Beruntung Pernah Diperkuat Andrea Dovizioso

Kamis, 26 November 2020 08:23 WIB
Editor: Pipit Puspita Rini
© INDOSPORT
Andrea Dovizioso berfoto dengan kru timnya usai memenangkan seri MotoGP Qatar. Copyright: © INDOSPORT
Andrea Dovizioso berfoto dengan kru timnya usai memenangkan seri MotoGP Qatar.

Ducati melakukan debut Grand Prix pada 2003, ketika era MotoGP memasuki tahun kedua dengan motor empat tak dan kapasitas mencapai 990cc. Sebelum 2002, persaingan elite balap motor ini masih bernama 500cc.

Pada 2007, dibuatlah batasan maksimal motor yaitu empat tak dengan kapasitas maksimal 800cc. Ducati ketika itu meraih kejayaan berkat penampilan fantastis pembalap asal Australia, Casey Stoner.

Stoner yang baru bergabung dengan Ducati dan menjalani musim keduanya di kelas premier mememenagi 10 dari 18 balapan yang digelar dan berhak atas gelar juara dunia.

Tak hanya gelar juara dunia pembalap, Casey Stoner yang berpartner dengan Loris Capirossi memastikan Ducati menjadi pabrikan pertama dari Eropa yang bisa menjadi juara dunia konstruktor di kelas elite selama 30 tahun.

Kemegahan prestasi inilah yang selalu ada dalam target Ducati saat menjalani musim-musim berikutnya di MotoGP. Namun, mimpi itu tak mudah diwujudkan.

Pada 2008, Casey Stoner menjadi runner-up dalam perebutan gelar juara dunia. Dua musim berikutnya dia berada di urutan keempat, dan setelah itu memutuskan bergabung dengan Honda selama dua musim sebelum akhirnya pensiun.

Dari Rossi ke Dovi

Ditinggalkan Stoner, Ducati kedatangan sang megabintang pemilik sembilan gelar juara dunia, Valentino Rossi dari Italia. Rossi yang tidak nyaman dengan keberadaan Jorge Lorenzo di Yamaha memilih bergabung dengan pabrikan asal Italia tersebut.

Namun, Rossi pun tak bisa menaklukkan Desmosedici yang memang spesial. Dia bertahan dua tahun berseragam Ducati dengan masing-masing berada di peringkat ketujuh dan keenam pada akhir musim. Ini merupakan hasil terburuk Rossi sejak naik ke kelas premier pada 2000.

Rossi akhirnya kembali memperkuat Yamaha pada musim 2013. Kursi kosong yang dia tinggalkan inilah yang akhirnya diisi oleh pembalap Italia lainnya, Andrea Dovizioso. Ketika itu, motor yang dipakai di MotoGP sudah naik menjadi 1000cc.

Seperti Rossi, Dovizioso juga tidak bisa langsung menemukan kecocokan dengan Desmosedici. Setahun pertama dia lalui tanpa sekali pun mencicipi podium.

Baru pada musim kedua Dovizioso merasakan naik podium dan semakin banyak pada musim berikutnya, hingga akhirnya kemenangan pertama diraih bersama Ducati pada GP Malaysia 2016.

Tiga musim berikutnya, yaitu pada 2017, 2018, dan 2019, menjadi gebrakan terbesar Doviziozo bersama Ducati. Dia mampu bersaing ketat dengan Marc Marquez (Repsol Honda Team) dalam perebutan gelar juara dunia, meskipun selalu berakhir dengan menjadi runner-up.

Terbaik Setelah Stoner

Casey Stoner sudah membuktikan diri sebagai pembalap terbaik yang pernah dimiliki Ducati. Ketika Desmosedici disebut sebagai motor yang paling sulit untuk "dikendalikan", dia bisa menjadi juara dunia pada debutnya bersama Ducati.

Setelah Stoner pergi pada akhir 2010, Ducati harus menunggu selama 7 tahun untuk bisa bersaing ketat dalam perebutan gelar juara dunia, dan itu dipersembahkan oleh Andrea Dovizioso.

Bisa dikatakan, pria yang kini berusia 34 tahun tersebut merupakan pembalap terbaik yang dimilki Ducati, setelah Stoner.

Namun, perjalanan Ducati dan Dovizioso harus berakhir dengan kurang harmonis pada pengujung MotoGP 2020. Dovizioso pergi setelah merasa kecewa dengan beberapa orang yang ada di tim.

"Memang kami tidak menjadi juara dan itu seharusnya menjadi sesuatu yang sempurna. Namun, saya  bahagia (dengan hasil itu) dibandingkan beberapa orang di Ducati, dan itu sesuatu yang benar-benar membuat saya kecewa," kata Dovizioso.

"Karena kami tidak merayakan hasil itu, dan kami menjalani tiga tahun yang spesial dengan cara biasa-biasa saja. Bukan dangan cara yang spesial, tetapi biasa saja," ujar Dovizioso menjelaskan alasan kekecewaannya.

"Ini sesuatu yang membuat saya tidak bahagia. Kecewa. Dan setiap situasi bisa berpengaruh pada keputusan dan alsasan mengapa kami berada di kondisi sekarang (meninggalkan Ducati)," ujar dia lagi.

Tak hanya berpisah dengan Ducati, Andrea Dovizioso juga meninggalkan MotoGP, dan entah kapan akan kembali.