Wawancara Khusus

Mengenal Lyanny Mainaky, Generasi Anyar Penerus Kejayaan Klan Mainaky di Bulutangkis

Minggu, 27 November 2016 13:00 WIB
Penulis: Lanjar Wiratri | Editor: Galih Prasetyo
 Copyright:
Belajar di Jepang

INDOSPORT: Bagaimana kompetisi bulutangkis di Jepang? 

Lyanny: Saya kalau ikut kejuaraan tidak atas nama klub, melainkan sekolah. Mulai dari jenjang SMP sampai SMA. Kejuaraannya beragam juga, tapi jenjangnya panjang kalau mau ikut yang nasional. Karena harus lolos wilayah dulu, kemudian kota, dan provinsi. 

Selanjutnya dari setiap provinsi hanya satu wakil per-nomor yang bisa ikut. Saya paling mentok urutan kedua provinsi.

INDOSPORT: Ada perbedaan iklim bulutangkis di Jepang dengan Indonesia?

Lyanny: Waktu mewakili sekolah di Jepang itu rasanya bagaimana gitu. Karena tempat saya sekolah, olahraga bulutangkis jadi perhatian kalau ada yang mewakili. Bedanya antara Jepang dengan Indonesia dari segi antusiasme pendukung dan fasilitas latihan. Di sana tidak pakai karpet seperti disini. Di Jepang langsung lantai dari kayu.

INDOSPORT:  Pengalaman yang berkesan mengeyam ilmu bulutangkis di Jepang seperti apa?

Lyanny: Yang menarik (Lyanny terdiam sejenak dan senyum-senyum). Ada suatu kejuaraan yang pernah saya ikutin itu sedikit aneh. Maksudnya, pemenang setiap babak malah jadi linesman dan yang kalah berperan sebagai wasit. Sudah gitu, dalam sehari bisa enam kali main hingga final. Bayangkan capeknya, hehehe.

486