Pebulutangkis Indonesia Bersinar di Luar, Melempem di Dalam, Mitos atau Fakta?
Saat memiliki banyak prestasi, seseorang tentunya akan memiliki rasa bangga terhadap dirinya sendiri. Hal ini bisa dibilang sesuatu yang wajar dan hampir pasti dialami oleh seluruh manusia di dunia.
Namun, kebanggaan yang berlebihan pada diri sendiri ini bisa berbahaya dan nantinya dikenal dengan istilah narsisme, yakni perasaan cinta yang berlebihan terhadap diri sendiri.
Istilah narsisme ini sendiri pertama kali dikenalkan oleh tokoh psikologi terkemuka asal Austria, Sigmund Freud. Dalam bukunya On Narcissism: An Introduction yang terbit 1914 silam, Sigmund mengambil contoh mitos Yunani, Narkissos sebagai salah satu akibat buruk sikap mencintai diri sendiri yang berlebihan.
Dalam kisahnya, Narkissos begitu mencintai dirinya sendiri, hingga akhirnya ia tenggelam lantaran terus memandangi bayangan wajahnya yang berasal dari pantulan kolam.
Berkaca dari ajaran Sigmund tersebut, para pebulutangkis Indonesia bisa jadi tengah mengalami sindrome narsisme.
Keberhasilan meraih gelar juara yang banyak saat bertanding di negera lain mulai membuat terlena saat bermain di negara sendiri. Hal itu membuat mereka bisa saja menganggap remeh lawan dan menjadi tidak siap bila lawan melakukan strategi baru usai mempelajari pola permainan mereka.
Contohnya bila melihat permainan Kevin/Marcus di babak pertama Indonesia Open 2017. Terlepas dari kondisi Kevin yang tengah cedera, pasangan berjuluk duo minion itu kerap melakukan kesalahan sendiri yang jelas menguntungkan lawannya.
Sikap sombong karena kebanggaan berlebihan ini lah yang perlu dihilangkan dari benak para pebulutangkis Indonesia, bila ingin mengakhiri puasa gelar juara di negeri sendiri.
Legenda bulutangkis Indonesia, Tan Joe Hok pernah mengatakan bahwa diri sendiri merupakan lawan tersulit yang harus ditakulukan para pebulutangkis Indonesia bila ingin terus berprestasi.
"Kalau dilihat, secara basic teknik permainan bulutangkis mereka cukup bagus. Tapi, masalahnya mereka punya kemauan gak? ‘Saya mau! Saya Bisa! Saya mau latihan keras dan benar!’ Ada gak yang seperti itu?” ujar Tan saat diwawancarai awak INDOSPORT.
“Semua itu balik lagi kepada pemainnya masing-masing, kamu mau jadi jago gak? Kalo mau jadi jago harganya sangat mahal sekali, kamu harus bisa mengatasi segala-galanya. Terutama mengatasi diri sendiri ya,” tambah orang Indonesia pertama yang meraih gelar juara All England itu.