Serupa tapi Tak Sama, Nasib 2 Keturunan China yang Berkarier Sebagai Pelatih Bulu tangkis

Jumat, 28 Juni 2019 12:10 WIB
Penulis: Shella Aisiyah Diva | Editor: Indra Citra Sena
© INDOSPORT
Tong Sin Fu pernah melatih Bulutangkis Indonesia dan China. Copyright: © INDOSPORT
Tong Sin Fu pernah melatih Bulutangkis Indonesia dan China.

FOOTBALL265.COM - Siapa tidak kenal Tong Sin Fu dan Liang Chiu Sia? Dua pelatih legendaris yang mengantarkan para pebulu tangkis legendaris Indonesia mencapai puncak kejayaa. Lantas bagaimana nasib mantan dua pelatih ini saat ini?

Liang Chiu Sia merupakan mantan pebulu tangkis China yang lahir di Cirebon, Jawa Barat, pada 9 September 1950. Dia merupakan kakak kandungan dari pebulu tangkis legendaris, Tjun Tjun.

Meskipun lahir di Indonesia, Chiu Sia ternyata lebih memilih bermain untuk China dan menjadi salah satu pebulu tangkis sukses di sana pada era 1970-an.

Sejumlah prestasi pun berhasil diraih Liang Chiu Sia selama membela China. Tercatat ia pernah menyumbangkan medali emas Asian Games 1974 dan 1978, juara China National Championships 1975 dan masih banyak lagi.

Sukses menjadi pebulu tangkis China tak lantas membuat Chiu Sia melupakan tanah kelahirannya, Indonesia. Tepat setelah memutuskan mundur dari dunia yang membesarkan namanya, ia pun kembali ke negara tempatnya dilahirkan.

Pada 1987, Chiu Sia kembali ke Indonesia dan akhirnya ditunjuk oleh PBSI untuk melatih sektor tunggal putri Indonesia. Keputusan menunjuknya sebagai pelatih pun ternyata membuahkan hasil yang manis.

Bagaimana tidak, Chiu Sial menjadi otak di balik kesuksesan Susy Susanti merengkuh emas di Olimpiade Barcelona 1992 dan berhasil meraih gelar juara dunia setahun berikutnya (1993).

Tak hanya Susy Susanti, Lindaweni Fanetri pun juga menjadi salah satu anak didikan Chiu Sia yang menorehkan banyak prestasi. Keyakinan dan kepercayaan kepada atlet didikannya membuat mereka bisa sukses menorehkan prestasi yang membanggakan untuk negaranya.

Siapa yang tidak tahu Susy Susanti? Pecinta bulu tangkis pasti sangat paham dengan sosok srikandi yang memiliki segudang prestasi tersebut. Namun, sekali lagi dia tidak akan menjadi Susy yang bergelimang gelar tanpa tangan dingin seorang Liu Chiu Sia.

Tong Sin Fu

Lantas, bagaimana dengan Tong Sin Fu? Dia merupakan mantan pebulu tangkis yang lahir di Teluk Betung, Lampung pada 13 Maret 1942 silam dan tumbuh besar di Jakarta.

Tong muda juga merupakan seorang pebulu tangkis berbakat dan pernah menjadi salah satu pemain junior terbaik Indonesia era 1950-an. Tetapi, di tahun 1960, ia memutuskan mudik ke China bersama rekannya asal Surabaya, Hou Chia Chang.

Tak butuh waktu lama baginya untuk beradaptasi dan ia pun langusng berhasil meraih juara di level nasional dan tak terkalahkan di China, baik secara individu maupun tim, mulai 1965 hingga 1975.

Sayang, akibat kebijakan pemerintah China yang membatasi ruang gerak atlet mereka, membuatnya hanya populer di dalam negeri saja dan kalah tenar dengan pemain asal Indonesia, seperti Tan Joe Hok dan wakil Denmark, Erland Kops.

Paling tinggi di luar level nasional, Tong pernah tampil di ajang Ganefo (Games of The New Emerging Force) edisi 1963 dan 1966, dengan meraih gelar juara tunggal putra.

Tong juga pernah memenangi dua medali perunggu di Asian Games 1974, masing-masing di nomor ganda bersama Chen Tien Hsiang dan ganda campuran bersama Chen Yuniang.

Berselang empat tahun kemudian di Asian Games 1978, Tong juga meraih gelar di nomor ganda campuran bersama Ling Changai dan meraih medali perak di sektor ganda bersama Lin Shinchuan.

Memutuskan pensiun pada 1979, Tong akhirnya kembali ke Indonesia pada 1986 dan ditunjuk menjadi pelatih di Pelatnas Cipayung. Dia berhasil melahirkan pebulu tangkis top seperti Icuk Sugiarto, Alan Budikusuma, Ardy Wiranata, dan Hariyanto Arbi.

Tong juga menjadi dalang di balik kesuksesan Indonesia merengkuh dua trofi Piala Uber 1994 dan 1996. Sayang, tidak seperti Liang Chiu Sia yang diijinkan menetap di Indonesia, dia terpaksa harus mengungsi kembali ke China setelah permohonan untuk menjadi WNI ditolak pada 1998.

Keputusan pemerintah Indonesia saat itu sepertinya kurang tepat, karena ketika Tong Sin Fu memutuskan kembali ke China dan melatih di sana, lahirlah para nama-nama hebat seperti Xia Xuanze, Xi Jinpeng, plus Lin Dan yang sampai saat ini masih aktif bermain.